Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Ditulis dari Jabal An-Nur, Makkah Al-Mukarramah, lokasi Gua Hira, tempat wahyu pertama turun kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Baca Juga: Genosida Terselubung, Kekejaman Israel di Tanah Palestina
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ مَن كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُۥ نَزَّلَهُۥ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ (٩٧) مَنْ كَانَ عَدُوًّ لِلهِ وَمَلَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكَلَ فَإِنَّ اللهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِيْنَ (٩٨) (البقرة [٢]: ٩٧ـــ٩٨)
“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (97) Barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir (98).” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 97-98).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, bahwa ayat tersebut turun sebagai tanggapan terhadap rasa kebencian dan permusuhan kaum Bani Israil terhadap malaikat Jibril Alaihi Salam. Mereka menuduh Jibril Alaihi Salam membawa wahyu yang berat dan penuh hukuman, sehingga mereka membenci malaikat tersebut.
Baca Juga: Mengenang Tragedi Titanic, Refleksi Kemanusiaan dalam Cahaya Iman
Kebencian kaum Bani Israil kepada Jibril Alaihi Salam karena keengganan mereka menerima wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Mereka iri karena kenabian tidak diberikan kepada bangsa mereka, sehingga mereka memusuhi Jibril Alaihi Salam sebagai pembawa wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Kebencian kepada Jibril menunjukkan penyimpangan akidah dan moral Bani Israil. Mereka menyangka bahwa mereka dapat memilih siapa yang layak mereka sukai di antara utusan Allah Ta’ala. Sikap ini mencerminkan keangkuhan mereka dalam beragama.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala membantah sikap mereka dengan menegaskan bahwa kebencian terhadap Jibril merupakan bentuk kebencian terhadap Allah Ta’ala, karena Jibril Alaihi Salam hanya menjalankan perintah-Nya saja.
Permusuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah puncak dari segala kejahatan dan kezaliman. Jika kepada tuhannya saja mereka musuhi, apalagi kepada manusia yang sejajar dalam jenis dan golongannya. Tentu permusuhannya akan lebih keras dan ganas.
Baca Juga: Inilah 10 Kelebihan Pendidikan Pesantren
Permusuhan kaum Yahudi kepada Allah Ta’ala merupakan penyimpangan dari fitrah manusia. Berangkat dari penyimpangan akidah (keyakinan) dan moral itulah, kaum Yahudi sejak dahulu hingga saat ini terus melakukan kejahatan, membuat kerusakan, mengobarkan fitnah, kebencian dan peperangan, baik kepada umat Islam, maupun kepada umat manusia semuanya.
Yahudi Dalang Perang Dunia I dan II
Dalam sebuah buku berjudul “Yahudi Dalang Perang Dunia I dan II,” diungkap bahwa tragedi perang dunia yang terjadi merupakan skenario busuk kaum Yahudi. Mereka merancang konspirasi agar dunia menjadi kacau, peperangan terjadi di mana-mana, sehingga mereka mengambil keuntungan besar dari bencana kemanusiaan itu. Faktanya, Yahudi adalah pihak pertama yang meraih keuntungan besar setelah perang dunia ke II berakhir, yaitu berupa kemerdekaan negara ilegal Israel di atas tanah bangsa Palestina.
Buku tersebut menunjukkkan secara logis dan kronologis, bagaimana para elite Yahudi merancang kedua perang dunia itu. Banyak hal yang terjadi dalam prahara Perang Dunia I dan II ternyata telah ditulis dalam buku “The Protocols of Zion,” yang mereka jadikan sebagai “kitab suci.”
Baca Juga: Urgensi Boikot Ekonomi Zionis Israel
Dalam buku mereka tersebut, juga sudah dirancang peran organisasi-organisasi seperti: illuminati, Freemasonry, dan gerakan Zionisme dalam memuluskan rencana jahatnya menghancurkan dunia melalui kekacauan dan peperangan.
Tidak hanya kedua perang dunia tersebut, kaum Yahudi juga mendalangi berbagai revolusi di berbagai belahan bumi, mulai Revolusi Bolshevik (1917), Revolusi Jerman (1918-1919) hingga Revolusi Turki (1924) dan lainnya yang menyebabkan puluhan juta nyawa menjadi korban.
Ideologi komunis yang menyebar di berbagai negara, termasuk di Asia Tenggara sebenarnya lahir dari tokoh-tokoh Yahudi. Sejarawan William G Carr menyebut, tokoh Komunis seperti: Karl Mark, Stalin dan Lenin adalah keturunan dari seorang Yahudi.
Sementara itu, seorang pendeta Yahudi bernama Emmanuel Rabinovich, dalam Sidang Darurat Pendeta Yahudi Eropa (12/1/1952) mengatakan, “Untuk mencapai tujuan akhir, bisa saja kita memerlukan cara yang menyedihkan, seperti pernah kita lakukan pada masa Hitler yaitu kita sendiri mengatur terjadinya peristiwa penindasan terhadap sebagian bangsa kita sendiri. Dengan kata lain kita akan menumbalkan sebagian putra bangsa kita sendiri pada suatu peristiwa yang akan kita atur dari belakang layar.” Peristiwa itulah yang kemudian dikenal dengan Holocaust.
Baca Juga: Zionis Israel Bukan Bangsa, Tapi Virus Peradaban!
Dunia pernah mengalami krisis ekonomi beberapa kali, antara lain krisis pada tahun 1980, 1998 dan 2008. Beberapa pakar menyebut, tokoh Zionis Yahudi George Soros lah pelakunya. Ia bersama Yahudi lainnya membuat konspirasi dengan memonopoli mata uang dunia (USD) agar perekonomian negara-negara berkembang porak-poranda.
Beberapa tahun silam, terjadi pandemi Covid 19. Puluhan juta nyawa melayang, hampir semua negara di dunia merasakan dampak kerugiannya. Politisi AS, Robert F Kennedy Jr menyebut, pandemi tersebut merupakan bagian dari strategi Zionis untuk menghancurkan kehidupan umat manusia. Klaim tersebut tentu menjadi kontroversi di kalangan para elit dunia.
Bentuk kejahatan lainnya adalah, mereka juga menjadi dalang berbagai kemaksiatan, perjudian (saat ini dikenal judi online), menjerat negara-negara berkembang dengan utang, menjerat masyarakat dengan pinjaman cepat (pinjol), semua itu adalah jebakan riba.
Mantan Presiden AS Benyamin Franklin (w. 1970) pernah berkata: “Ada bahaya besar mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi mana pun Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral kejujuran dalam dunia komersial. Mereka hidup mengisolasi diri dan berusaha mencekik leher keuangan penduduk pribumı, seperti yang terjadi di Portugal dan Spanyol,” katanya.
Baca Juga: Palestina Adalah Negeri Para Nabi, Bukan Tempat Para Penjajah
Yahudi Memusuhi Semua Manusia
Sesungguhnya, orang-orang Yahudi bukan hanya memusuhi umat Islam dan bangsa Palestina saja, tetapi mereka juga memusuhi semua umat manusia. Hal itu terlihat jelas dalam ajaran yang tercantum dalam “The Protocol of Zion.”
Salah satu ajaran sesat dalam The Protocol of Zion yang menjadi keyakinan mereka, bahwa selain dari suku dan ras Yahudi, maka dianggap sebagai binatang (ghoyim) yang boleh disiksa, dirampas hartanya, dijadikan sebagai budak, bahkan boleh dibunuh.
Hal itulah yang secara jelas dan gamblang diucapkan oleh para petinggi penjajah Zionis Yahudi yang menjabat sebagai menteri di kabinet perang, di antaranya: Itamar Ben Gvir dan Yoaf Gallant yang menyebut orang-orang Gaza sebagai binatang yang boleh diburu dan dibunuh.
Baca Juga: Jama’ah sebagai Benteng Keimanan dan Ukhuwah
Dari keyakinan sesat itu, mereka akan terus memusuhi orang-orang selain golongan mereka, tanpa memperdulikan nilai-nilai kemanusiaan, HAM dan hukum humaniter internasional.
Kejahatan dan kedurhakaan mereka terus berlanjut dan bertambah. Hal itu terlihat jelas sejak peristiwa Nakbah 1948 lalu hingga saat ini, mereka terus melakukan kejahatan dengan mengusir, merampas dan membunuh rakyat Palestina.
Meskipun lembaga dunia PBB berulang kali memperingatkan Zionis Yahudi melalui resolusi-resolusinya, namun hal itu tidak ada yang dilaksanakannya. Ratusan resolusi PBB tidak dilaksanakan.
Mereka juga mengkhianati setiap perjanjian perdamaian dan gencatan senjata yang telah disepakati dengan para pejuang Palestina. Semua itu menjadi bukti pengkhianatan mereka yang akan terus berlanjut dan bertambah.
Baca Juga: Al Aqsa Tak Pernah Sendiri, Umat Sedang Bergerak
Sesama Yahudi Saling Bermusuhan
Permusuhan yang dahsyat sesungguhnya juga terjadi di antara sesama Zionis Yahudi. Permusuhan itu timbul karena mereka berebut kekuasaan, pengaruh dan urusan-urusan dunia lainnya.
Di antara sesama mereka, tertanam kebencian mendalam. Satu dengan lainnya saling menjegal dan menjatuhkan. Jika kita melihat mereka bersatu, itu sebenarnya hanya kamuflase saja. Jika kita melihat mereka kuat, itu hanya fatamorgana saja. Mereka sesungguhnya sangat lemah, rapuh dan sangat takut dengan kematian.
Hal itu disebut dalam firman Allah Ta’ala:
Baca Juga: Pentingnya Regenerasi dan Kaderisasi
وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ…(المائدة [٥]:٦٤)
“Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka (orang Yahudi) sampai hari kiamat.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 64).
Konflik yang selama ini dilancarkan Israel terhadap Palestina, khususnya di Gaza, ternyata membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat Israel sendiri. Kekerasan yang terus-menerus dilakukan terhadap Palestina tidak hanya menimbulkan kecaman internasional, tetapi juga memicu ketegangan sosial, politik, dan ekonomi di dalam negeri Israel.
Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan sosial dan politik di Israel semakin memanas. Masyarakat Israel terpecah menjadi beberapa kelompok dengan kepentingan yang saling bertentangan.
Baca Juga: Dinamika Hidup Berjama’ah di Era Modern
Kelompok ultra-ortodoks, nasionalis sayap kanan, dan liberal sekuler sering berseteru mengenai isu-isu seperti kebijakan terhadap Palestina, hukum agama, dan hak-hak minoritas. Ketegangan ini mencapai puncaknya sejak tahun 2024 hingga sekarang, ketika protes besar-besaran melanda kota-kota besar Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem.
Pada awal tahun 2025, bentrokan antara kelompok ultra-ortodoks dan sekuler terjadi di Yerusalem, mengakibatkan puluhan korban jiwa. Situasi semakin buruk ketika milisi bersenjata dari kedua kelompok mulai muncul, menciptakan kekacauan yang sulit dikendalikan oleh pemerintah. Beberapa analis memprediksi bahwa Israel berada di ambang perang saudara. []
Mi’raj News Agency (MINA)