Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yahudi Ultra-Ortodoks Kembali Bentrok dengan Militer Israel

sri astuti Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 19 September 2025 - 14:24 WIB

Jumat, 19 September 2025 - 14:24 WIB

32 Views

Kelompok Yahudi Ultra-Ortodok melakukan aksi protes menolak wajib militer dengan memblokir jalan di Rute 4 Israel tengah. (Foto: Erik Marmor/ Flash90)

Tel Aviv, MINA – Yahudi ultra-Ortodoks kembali terlibat bentrok dengan militer israel terkait penolakan wajib militer.

Insiden ini bermula saat para pengunjuk rasa melawan penangkapan para penghindar wajib militer yang dibawa menggunakan van. Mereka dilaporkan menghentikan kendaraan dan bentrok dengan tentara. Almayadeen melaporkan.

Menurut pernyataan militer yang dirilis Rabu (17/9) malam, beberapa penghindar wajib militer Yahudi ultra-Ortodoks akan diadili dalam proses disiplin dan dikirim ke tahanan militer.

Salah satu tahanan berhasil melarikan diri selama bentrok tersebut.

Baca Juga: Warganet Murka, Sebut Trump “Mengerikan” karena Rayakan Genosida di Knesset

Ribuan surat panggilan wajib militer baru-baru ini telah dikirimkan kepada Yahudi ultra-Ortodoks, yang secara historis dibebaskan dari wajib militer. Dorongan untuk mengakhiri pengecualian yang telah lama berlaku ini muncul di tengah agresi Israel yang terus berlanjut terhadap Gaza.

Memasuki tahun kedua genosida, militer berada di bawah tekanan. Beberapa prajurit cadangan bertugas selama ratusan hari tanpa rotasi. Tuntutan untuk wajib militer di semua sektor masyarakat semakin gencar, termasuk seruan untuk merekrut orang Yahudi ultra-Ortodoks yang saat ini mewakili sekitar 14% dari populasi Yahudi Israel.

Insiden ini menegaskan kesenjangan budaya dan ideologis antara segmen sekuler dan agama dalam masyarakat Israel, khususnya terkait isu wajib militer.

Sekitar 66.000 pria ultra-Ortodoks usia militer saat ini mendapatkan manfaat dari pengecualian tersebut. Koalisi sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kini terjebak di antara meningkatnya tekanan publik untuk memberlakukan wajib militer, dan dukungan politik yang ia peroleh dari partai-partai ultra-Ortodoks.

Baca Juga: Anggota Parlemen Israel Protes Pidato Trump, Serukan Pengakuan atas Palestina

Upaya untuk mengubah undang-undang wajib militer telah tertunda, dengan media Israel melaporkan tidak ada perdebatan formal yang diperkirakan akan terjadi hingga hari raya Yahudi pada pertengahan Oktober.

Sementara itu, perlawanan dari komunitas ultra-Ortodoks tampaknya semakin meningkat.

Sementara pemerintahan Netanyahu menghadapi ketidakpuasan yang semakin meningkat, baik secara internal maupun eksternal, isu wajib militer dapat semakin menggoyahkan koalisinya yang sudah rapuh.

Protes di Al-Quds yang diduduki dan wilayah lainnya juga diperkirakan akan terus berlanjut, seiring komunitas ultra-Ortodoks melawan apa yang mereka anggap sebagai ancaman eksistensial terhadap cara hidup mereka. []

Baca Juga: Hampir 2.000 Tahanan Palestina Dibebaskan, 9.100 Masih Ditahan

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda