Oleh: Zaenal Muttaqin, wartawan dan redaktur di Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Yahya Ayyasy, satu nama yang mungkin jarang didengar kisahnya, namun bagi tentara Israel nama ini ibarat ‘hantu’ yang sering mengganggu ketenangan hidup, menakutkan, dan ancamannya terasa namun tidak diketahui di mana keberadaannya.
Inilah seorang pemuda yang berjiwa besar, berkorban semata-mata karena Allah, mewakafkan dirinya demi agama dan bumi Palestina tercinta dalam perjuangan mengembalikan kehormatan dan membebaskan bumi Palestina dari cengkaman Zionis Israel.
Tanggal 5 Januari 2015 adalah peringatan ke 19 tahun wafatnya mujahid yang juga insinyur bom di Brigade Izzudin Al-Qassam, Yahya Ayyash. Dialah insinyur yang juga arsitek bom yang lahir dari medan jihad Palestina. Sudah lama ia ikut dalam barisan syuhada di bumi para nabi, Palestina. Ayyasy telah mendirikan madrasah jihad untuk menggebleng para generasi mujahid sesudahnya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Yahya Ayyasy lahir pada tahun 1966, di Desa Rafat. Saat lahir, ia diberi nama Yahya Abdullathif Sathi Ayyasy. Ayyasy kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga yang taat beragama, sehingga ia melewati masa kecilnya dengan penuh ketenangan dan kasih sayang. Selain itu, ia juga dikenal sebagai anak yang sopan dan alim.
Ia belajar di desanya dan menamatkan SMU dengan prestasi yang luar biasa. Kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Birzeit University, jurusan Teknik Elektro dan lulus pada tahun 1988 dengan nilai memuaskan (cumlaoude).
Selanjutnya, ia menikah dengan anak bibinya pada 1992. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai anak dan diberi nama Barra yang lahir pada 1993. Ketika anaknya lahir, Yahya Ayyasy sedang berada dalam pengasingan.
Dua hari sebelum ia gugur, anak keduanya lahir dan diberi nama Abdullathif dengan mengambil nama kakeknya. Namun ketika ia gugur dan dibawa kerumahnya, anak keduanya itu akhirnya diberi nama Yahya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Menurut beberapa sumber, Yahya Ayyasy bergabung dan aktif dalam jajaran Brigade Izzudin Al-Qassam sejak awal tahun 1992, dan memfokuskan keahliannya di bidang bom ranjau. Saat itu ia berhasil mendapatkan solusi tepat ketika gerakan perlawanan Hamas kesulitan mendapatkan bahan peledak.
Yahya Ayyasy berhasil membuat bahan peledak sendiri dari bahan-bahan kimia dasar yang banyak terdapat di toko-toko obat, apotik dan klinik umum.
Sejak pertama kali memegang setir kendaraan yang dipenuhi oleh alat peledak, sebagai persembahan untuk Palestina dan wujud perlawanan total terhadap kebiadaban Israel yang tidak dapat memahami bahasa kecuali dengan perlawanan, Yahya Ayyasy telah menyadari apa yang akan menimpa dirinya.
Bahkan seluruh komandannya merasa kehabisan cara untuk mencegah Yahya Ayyasy, dan akhirnya mereka mengakui bahwa tidak mungkin melarang seorang pemuda yang memang rindu meminang bidadari dengan menghendaki syahid.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Sang Insinyur”, itulah lambang legenda hakiki perjuangan rakyat Palestina. Sosok mujahid yang telah berhasil menumpas rasa frustasi rakyat Palestina. Dengan aksinya, dia mampu membangkitkan semangat juang seluruh pemuda Palestina. Mampu mengembalikan semangat jihad dalam kehidupan seluruh rakyat yang sedang berjuang dan melakukan perlawanan terhadap Israel di tanah yang diberkahi, Palestina.
Perjuangannya akan selalu dikenang dan ditulis dengan tinta emas, sebuah legenda yang mengisahkan keteguhan seorang pejuang sejati dalam berjihad dengan kondisi sulit sekalipun.
Yahya Ayyasy adalah master di balik serentetan operasi perlawanan terhadap Zionis Israel. Terutama setelah peristiwa pembantaian di Hebron pada 25 February 1994 yang dilakukan oleh Baruch Goldstein. Perlu diketahui hari itu adalah Purim Yahudi, Baruch Goldstein memasuki sebuah ruangan Masjid Ibrahimi di Hebron. Ia mengenakan seragam militer lengkap dengan lambang dan pangkatnya, yang mencitrakan seorang perwira sedang aktif bertugas.
Tanpa aba-aba, dari pintu masjid, ia memberondong sekitar 40 orang jamaah masjid yang sedang bersujud menunaikan shalat. Semuanya syahid. Ada yang mengatakan jumlah yang syahid hanya 29 orang. Ketika itu, statistik memang sangat jauh dari kebenarannya. Sementara 125 orang terluka parah.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Dua bulan setelah itu Yahya Ayyasy memberi jawaban pertama, melalui proses persiapan yang matang dia mengguncang entitas Israel di mana Raed Zakarneh melakukan serangan peledakan di sebuah bus Israel. Aksi itu berhasil menewaskan sembilan orang Israel dan melukai 50 lainnya.
Setelah melalui persiapan matang, seminggu setelah operasi pertama, kembali ia memberi pelajaran pada Israel dengan mengirim Amer el-Amarna yang meledakkan sebuah bus di Hadera dan menewaskan delapan orang Israel serta melukai puluhan lainnya. Akibat peristiwa itu Israel menyatakan keadaan darurat dan menempatkan nama Ayyasy dan gambar pada setiap pos tentara penjajah.
Bermula ketika militer Israel secara kebetulan menemukan mobil yang dipenuhi bahan peledak yang siap untuk dioperasikan. Setelah menangkap beberapa orang dan melakukan introgasi ketat, akhirnya agen Syabak (Dinas Intelijen Dalam Negeri Israel) dari militer Israel, untuk pertama kalinya memasukan nama Yahya Ayyasy dalam daftar orang-orang yang diburu pihak keamanan Israel.
Pada tanggal 25 April 1993, Ayyasy memutuskan lari dari rumahnya. Hal itu dilakukan setelah upaya penangkapan pihak militer Israel semakin gencar atas dirinya. Dugaan Yahya sangat tepat, karena pada sore harinya, satu kekuatan besar militer Israel mendatangi rumahnya dan melakukan penggeledahan hingga memeriksa ruang bawah rumah tersebut.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Ketika tidak berhasil menemukan Yahya Ayyasy, militer Israel dengan biadab menghancurkan sebagian harta milik pribadinya. Sejak itu, Yahya Ayyasy memulai kehidupan baru. Ia hidup dalam pelarian dan pengasingan untuk melangsungkan jihad dan perlawanan terhadap penjajahan Israel.
Presiden Yitzhak Rabin pada akhir pemerintahannya bersumpah di depan media Israel untuk balas dendam pada mereka yang berada di belakang operasi itu, Peristiwa itu juga telah mengubah “pemikiran Israel” dalam memandang perlawanan Palestina. Terlebih lagi dengan adanya ancaman perlawanan yang lebih kuat dan mengejutkan, itu terbukti juga dengan adanya sebuah ledakan besar di jalan utama “Tel Aviv” yang disebut “Dizengoff,” di mana bus meledak, menewaskan 22 warga Israel dan melukai puluhan lainnya.
Selama hampir tiga tahun lebih, kiprah jihad Sang Insinyur ini telah mengalirkan madu perjuangan bagi Bangsa Palestina dan menyuntikkan racun di tubuh Zionis Israel. Mereka salah total dalam menggunakan strategi pencarian Yahya Ayyasy. Mereka selalu mengalami kegagalan demi kegagalan.
Kebanggaan mereka terhadap badan intelejen sekaliber Syabak mulai terkikis, meragukan eksistensi Syabak bahkan seluruh kesatuan militer Israel. Bukan hanya itu, mereka sempat mendapat malu yang sangat, ketika pada suatu hari mengadakan penggeledahan di rumah Yahya Ayyasy, setelah aksi serangan bom oleh Sholih Shawi di Tel Aviv, dan menekan keluarganya dengan mengancam ibunda Yahya Ayyasy.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Namun di luar dugaan, dengan bangga dan penuh percaya diri ibunda Sang Insinyur berkata, “Kami sudah serahkan Yahya Ayyasy tanpa kami tinggalkan sedikitpun dalam hati kami, sejak ia menjadi orang nomor satu yang kalian buru. Sesungguhnya Yahya Ayyasy sudah menjadi anak kandung Brigade Izzuddin al Qassam. Maka carilah di sana kalau kalian berani.”
Ternyata, perkataan ibunda Yahya Ayyasy ini sempat menjadi berita besar koran ternama Israel, Yedeot Aharonot.
Pada hari Jumat, 5 Januari 1996 silam, televisi Israel mengumumkan Ayasy telah tewas di Beit Lahia, Jalur Gaza. Bom yang ditanam oleh agen Israel di telepon selulernya, meledakkan kepalanya dan itu menjadi peristiwa paling emosional bagi rakyat Palestina dan Hamas.
Meski jasadnya hancur, dia telah mewarisi generasi perakit bom selanjutnya di Brigade Izzudin al-Qassam. Peledak-peledak itu yang telah meluluh lantakkan militer Israel merupakan peninggalan dari buah pemikiran Yahya Ayasy.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Saat pemakamannya, sekitar setengah juta warga Palestina di Jalur Gaza mengiringi jenazahnya. Para pelanjutnya juga bersumpah untuk melanjutkan perjuangan dan perlawanannya dengan aksi yang lebih dahsyat yang akan mengguncang Israel. Seperti kata pemimpin senior Hamas Mahmud Zahar, jiwa Ayasy selalu ada di setiap nyawa pejuang Palestina dan perang Intifada.
“Orang terhormat akan memilih cara kematian yang dia cintai untuk berjumpa dengan Allah, karena akhir kesudahan seorang manusia pasti akan datang juga selama Allah telah menakdirkan.”
“Orang-orang Yahudi bisa mencabut tubuh saya dari Palestina, tapi saya akan menebar pada semua orang dengan sesuatu yang mereka tidak bisa mencabutnya.” Demikian diantara ucapan emas yang pernah keluar dari lisan Yahya Ayyasy sebelum gugur sebagai syuhada. (T/R11/R02)
(Dinukil dari banyak sumber)
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Mi’raj Islamic News Agency