Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yakhsyallah Mansur: Pancasila Lahir Atas Peran Santri

Widi Kusnadi - Sabtu, 10 Maret 2018 - 13:44 WIB

Sabtu, 10 Maret 2018 - 13:44 WIB

172 Views

Konsolidasi Penyelenggara Madin, TPQ & Tahfidz Al Fatah

Konsolidasi Penyelenggara Madin, TPQ & Tahfidz Al Fatah

Bogor, MINA – Pembentukan Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia tidak terlepas dari santri/">peran santri di dalamnya. Imam Jamaah Muslimin (Hizbullah) Yakshallah Mansur menegaskan hal itu dalam sambutannya pada acara Konsolidasi Penyelenggara Madin, TPQ & Tahfidz Al Fatah yang diselenggarakan Majelis Tarbiyah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Cileungsi, Sabtu (10/3).

“Secara tidak langsung KH Hasyim Asyari adalah tokoh dibalik tercetusnya Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia dan berkat gagasannya,” terang Imam Yakshya.

Mengutip penjelasan Prof. Dr. Maksum Makhfudz, ia menyebut KH Hasyim Asyari yang merupakan tokoh santri menyampaikan pesan politik melalui putranya KH Wahid Hasyim kepada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bingung atas penolakan tokoh non muslim Indonesia Timur terhadap bunyi “Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluknya” dalam sila ke 1 Pancasila.

Pesan politik tersebut, lanjutnya, berisi uraian situasi politik Indonesia saat itu yang mirip dengan situasi politik di masa pembentukan masyarakat Madinah oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Berdasarkan hal itu KH Hasyim Asyari menyetujui penghapusan tujuh kata pada Sila ke I menjadi hanya Ketuhanan Yang Maha Esa.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Melalui pesan pengasuh Pesantren Tebu Ireng itu, perdebatan atas tujuh kata tersebut dapat diakhiri. “Untuk menghargai pendapat teman-teman non Muslim saya setuju tujuh kata itu dihilangkan,” ujar pendiri organisasi Nahdhatul Ulama itu, seperti dikutip Imam Yakhsya.

Mengakhiri ceramahnya, ia mendorong agar acara konsolidasi bertema “Memantapkan Peran Madin, TPQ dan Tahfidz Sebagai Lembaga Kaderisasi dan Dakwah” dapat merumuskan strategi penyebaran dan perkembangan madrasah diniyah di pelosok-pelosok daerah.

Kegiatan konsolidasi itu dihadiri 35 utusan dari berbagai jaringan Pesantren Al Fatah se-Indonesia. Acara tersebut berlangsung selama dua hari di aula kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fatah. (L/RA02/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
MINA Millenia
Indonesia
Indonesia