Cileungsi, Bogor – Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur mengatakan, sekali haq (kebenaran) itu tegak, maka kebatilan tidak akan tegak.
Hal itu disampaikannya dalam kajian al Qur’an surat Saba’ ayat 49 selepas shalat Shubuh berjama’ah di Masjid At Taqwa Komplek Ponpes Al-Fatah, Kamis (13/12).
Menurut Yakhsyallah, tegaknya haq itu tidak akan pernah seiring sejalan dengan tegaknya kebatilan. “Tidak akan pernah terjadi, di manapun ketika kebenaran itu sudah tegak, maka kebatilan juga akan tegak. Pasti salah satunya akan kalah,” ujarnya.
Ia menambahkan, apakah kebenaran itu secara individu atau secara sosial, maka semuanya sama. Misalnya ketika seseorang sudah mengamalkan kebenaran, maka tidak akan mungkin di sisi lain ia juga mengamalkan kebatilan (keburukan).
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
“Itu baru secara individu. Begitu juga secara kehidupan berjama’ah (sosial). Ketika kebenaran itu sudah menjadi pakaian dan diamalkan dalam keseharian, maka tidak kebatilan tidak akan pernah bersanding dengan kebenaran itu,” jelasnya.
Tegaknya kebenaran (haq) dan runtuhnya kebatilan menurutnya adalah sunnatullah. Ia mencontohkan bagaimana Islam pernah berjaya selama kurang lebih 700 tahun di Eropa tepatnya di Andalusia.
“Bayangkan, selama lebih kurang 700 tahun Islam atau kebenaran berjaya di Eropa (Andalusia). Namun, setelah itu, kebenaran itu runtuh dan merajalelalah kebatilan (keburukan atau kemaksiatan) di sana,” tambahnya.
Terakhir, imaam menyampaikan pesan kepada semua jama’ah shalat Shubuh agar senantiasa istikomah dan bersungguh-sungguh memegang dan mengamalkan kebenaran yang sudah Allah berikan ini.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
“Kebenaran yang hari ini sudah kita amalkan adalah nikmat besar dari Allah semata. Karena itu, jaga dan rawatlah kebenaran ini. Jangan sampai Allah cabut dari diri kita. Jangan sampai Allah hilangkan kebenaran itu dari kehidupan sosial (berjama’ah) kita,” tegasnya. (L/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?