YAKHSYALLAH: RASUL AJARKAN KASIH SAYANG DAN KESATUAN UMAT

imaam selangor 2
Imaamul Muslimin pada Pengajian di Surau Nurul Hidayah, Cheras, Kajang, Selangor, Malaysia, Jumat malam (8/1). (Foto: Dudin/MINA)

Selangor, 28 Rabi’ul Awwal 1437/8 Januari 2016 (MINA) – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan bahwa diutusanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah dengan membawa misi ajaran yang penuh dan mengajak pada kesatuan umat.

“Karena itu, tanda kita meneladani Nabi adalah dengan mengamalkan ajaran kasih sayiag dan kesatuan umat itu,” ujar Imaam Yakhsyallah pada Pengajian di Surau Nurul Hidayah, Cheras, Kajang, Selangor, Malaysia, Jumat malam (8/1).

Ia menambahkan, umat Islam wajib mewujudkannilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin di permukaan bumi ini.

Menurutnya, diutusnya Nabi adalah tanda kasih sayang Allah kepada manusia, sebagai alat bagaimana Allah mendidik manusia.

“Melalui Nabi-Nya, Allah membuat peraturan bukan untuk kepentingan-Nya. Namun untuk kepentingan manusia itu sendiri,” ujarnya.

Ia menyebutkan surat Al-Ahzab ayat 21 yang menegaskan tentang pentingnya meneladani Nabi agar mendapatkan Allah.

Untuk itu, Imaam Yakhsyallah Mansur, yang juga Pembina Utama Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia, dalam lawatan silaturrahimnya mengatakan, agar umat Islam menyebrkan kasoh sayang tanpa mengharap balasan. Seperti orang tua dalam mengasuh anak, sang ibu dalam menyusui bayinya, dan sebagainya. “Semua dilakukan tanpa mengharap balasan,” imbuhnya.

Karena itu, hendaknya setiap umat Islam lebih mengedepankan prinsip persatuan dan persamaan, serta memaklumi perbedaan yang sifatnya fur’iyyah atau ranting-ranting.

“Berpegang teguh pada tali agama Allah dengan berjamaah merupakan kunci utama, itu pun tanda kasih sayang,” tegasnya.

selangor ibu
Jamaah kaum muslimat pada Pengajian di Surau Nurul Hidayah, Cheras, Kajang, Selangor, Malaysia, Jumat malam (8/1). (Foto: Dudin/MINA)

Prinsip Kesamaan

Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur menyebutkan, dalam pelaksanaan ibadah, hendaknya umat islam lebih mengedepankan rinsip kesamaan, bukan saling mencela dan mengutuk.

“Peraturan kita sama yakni Al-Quran, walaupun kadang ada perbedaan dalam tafsir ayat-ayat tertentu. Sejarah masuknya Islam ke kawasan Indonesia dan Malaysia juga sama, tanpa peperangan,” ujarnya.

Ada kesamaan sejarah yang kuat dalam perjuangan dakwah Islam.

“Islam berkembang luas jika dilakukan dengan saling menolong, bukan saling mendengki,” imbuhnya.

Juga bukan dengan kekerasan seperti dilakukan kelompok ISIS. Itu bukan dari islam, karena tidak menunjukkan rahmat, kasih sayang, ulasnya. (L/K05/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.