Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Bergaul dengan siapapun terlebih lagi dengan seorang muslim, maka sejatinya harus memperhatikan adab bergaul. Dengan adab bergaul yang baik itulah seseorang akan dikumpulkan bersama teman-temannya kelak di akhirat.
Adab yang baik menjadi penting untuk diperhatikan dan dipakai bagi seorang muslim dalam bergaul dengan manusia, terlebih teman bergaulnya itu adalah seorang muslim juga.
Di akhirat nanti, orang-orang yang akrab dulu saat mereka di dunia, kelak akan menjadi musuh satu dengan yang lainnya, kecuali persaudaraan dan pertemananya dulu di dunia didasari iman dan takwa. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Az-Zukhruf : 67).
Rasulullah SAW bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ. (رواه أحمد)
Dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” (HR. Ahmad (no.8065), at-Tirmidzi (no.2387), ia berkata : Hadits ini Hasan Shahih. Dan Abu Dawud (no.4833), Syaikh al-Albani berkata : Hasan)).
Berikut ini adalah beberapa adab bergaul terhadap sesama muslim yang kadang sudah dilupakan oleh sebagian orang. Padahal, dengan mengedepankan adab-adab yang baik inilah kelak seseorang akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Pertama, memilih teman bergaul dan teman duduk. Maknanya, seseorang itu tergantung kebiasaan temannya, tingkah laku dan juga gaya hidupnya, maka hendaklah ia memperhatikan dan meneliti dengan siapa ia berteman. Siapa yang agama dan akhlaqnya diridhai maka hendaklah ia berteman dengannya, dan jika tidak maka hendaklah ia menjauhinya, karena tabiat itu adalah sesuatu yang dicuri (diambil) dari orang lain. Demikian yang disebut dalam kitab ‘Aunul Ma’bud.(Syarh Sunan Abi Dawud (jilid VII (XIII/123))).
Diriwayatkan :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ أَوْ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تَصْحَبْ إِلَّا مُؤْمِنًا وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ. (رواه أحمد)
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra – ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan janganlah memakan makananmu kecuali seorang yang bertakwa.” (HR. Ahmad (no.10909), at-Tirmidzi (no.2395), Abu Dawud (no.4832), Syaikh al-Albani berkata : Hasan)).
Teman dekat dan teman duduk yang berakhlaq jelek menimbulkan bahaya yang nyata dan tidak bisa dihindari, bagaimana pun cara menjaganya, berdasarkan nash dari sabda Nabi,
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
ﷺ : عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً. (رواه البخاري)
Dari Abu Musa ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya.” (HR. Al-Bukhari (no. 5108), Muslim (no. 2628), Ahmad (no. 19163)).
Kedua, cintai karena Allah. Dalam sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dia berkata; Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي. (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat kelak: “Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku.” (HR. Muslim (no.4655), Ahmad (no.7190), Malik (no.1776)).
Dalam hadis lain, Nabi SAW menyebutkan, :
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
عَنْ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ. (رواه أحمد)
Dari Mu’adz bin Jabal, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Wajiblah cintaKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku’. (HR. Ahmad (no.21021) dan hadits ini berdasarkan lafazh beliau, Malik (no.1779), Ibnu ‘Abdil Barr berkata: Dalam hadits ini menerangkan pertemuan Abu Idris al-Kahulani kepada Mu’adz bin Jabal, dan Abu Idris mendengar langsung darinya, dan sanad-sanadnya Shahih. (At-Tamhid (XXI/125)).
Ketiga, menampakkan senyum, bersikap lembut dan berkasih sayang kepada sesama saudara seiman. Diriwayatkan dari Abu Dzar dia berkata, Nabi SAW berkata kepadaku:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ. (رواه مسلم)
“Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu.” (HR. Muslim (no.4760), dan at-Tirmidzi (no.1833)).
Dan dalam riwayat Jabir beliau bersabda :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ وَمِنْ الْمَعْرُوفِ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ… (رواه أحمد)
Dari Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Setiap yang baik adalah sedekah, dan di antara kebaikan adalah kamu bertemu saudaramu dengan wajah ceria,…(HR. Ahmad (no.14182), dan at-Tirmidzi (no.1970) dan ia berkata : Hadits Hasan Shahih)).
Sikap lemah lembut, ramah dan kasih sayang, termasuk hal-hal yang beisa menguatkan ikatan diantara saudara, dan memperdalam hubungan diantara mereka. Maka Allah menyukai sikap lemah lembut dalam segala urusan. (HR. Al-Bukhari dari ‘Aisyah (no.6024), Muslim (no.2165), Ahmad (no.23570), at-Tirmidzi (no.2701), dan ad-Darimi (no.2794)
Keempat, disunnahkan memberi nasihat dan hal itu termasuk kesempurnaan persaudaraan. Nasihat adalah tuntutan syar’i yang dianjurkan oleh pembuat syariat. Dari Jabir bin Abdullah ra, dia berkata,
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه البخاري)
“Aku telah membai’at Rasulullah SAW untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menasehati kepada setiap muslim.” (HR. Al-Bukhari (no.55), Muslim (no.56), Ahmad (no.18760), at-Tirmidzi (no.1925), an-Nasa’i (no.4175), dan ad-Darimi (no.2540)).
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Dalam riwayat yang lain disebutkan,
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ (رواه مسلم)
Dari Tamim ad-Dari bahwa Nabi SAW bersabda: “Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka.” (HR. Muslim (no.82), Ahmad (no.16493), an-Nasa’i (no.4197), dan Abu Dawud (no.4944)).
Kelima, sesama saudara harus saling merendah, tidak sombong atau meremehkan yang lain. Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar Al Mujasyi’i, ia berkata, Rasulullah SAW berdiri berkhutbah pada suatu hari ditengah-tengah kami lalu beliau bersabda:
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ… إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.. . (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanku” ia menyebut hadits seperti hadits Hisyam dari Qadatah, dalam haditsnya ia menambah: “Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku lalim pada yang lain.” (HR. Muslim (no.5109), kitab al-Jannah wa Shifatu na’imiha wa Ahliha, dan lafazh ini menurut riwayatnya, Abu Dawud (no.4685), dan Ibnu Majah (no.4179)).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Sebaliknya, meremehkan orang lain adalah sombong, dan sombong adalah jalan menuju kezhaliman, permusuhan dan kejahatan. Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ. (رواه مسلم)
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri (tawadu’) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim (no.4689), Ahmad (no.8782), at-Tirmidzi (no.2029), Malik (no.1885) dan ad-Darimi (no.1676)).
Meski jaman kian modern, fitnah datang silih berganti, fenomena kemaksiatan terjadi di mana-mana, semoga saja Allah Ta’ala masih membimbing dan memberikan kita kekuatan untuk mengedepankan akhlak mulia dalam bergaul kepada saudara sesama muslim khususnya dan non muslim umumnya.(A/RS3/P1)
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Mi’raj News Agency (MINA)