Yerusalem: Perspektif Historis dan Teologis Yahudi, Kristen dan Islam (Bagian I)

Oleh: ., S.I.Kom (Pemerhati Isu )

.سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ للِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. (Q.S. Al-Isra’ Ayat 1).

Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dengan menyebutkan dua masjid sebagai situs penting dalam tradisi keimanan dan peradaban Islam, yaitu Masjidil Haram yang terletak di Kota Makkah dan Masjidil Aqsa yang terletak di Kota atau .

Penyebutan dua nama masjid tersebut menunjukkan bahwa eksistensi keduanya menempati posisi yang tinggi bagi perkembangan peradaban Islam sepanjang zaman, baik sejak zaman kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu A’alaihi Wa Sallam, sampai saat ini dan sampai akhir zaman.

Yerusalem secara morfologis berasal dari kata Yerusyaláyim dalam Bahasa Ibrani, yang dalam Bahasa Arab dilafalkan Ūrsyalīm atau disebut juga dengan Al-Quds, merupakan salah satu kota tertua di dunia, terletak di sebuah dataran tinggi di Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati.

Joebaar Ajoeb (1980) menyebutkan bahwa terdapat beberapa versi mengenai asal-usul nama Kota Yerusalem, para ahli baik dari Barat maupun Arab, menyebutkan bahwa nama Yerusalem (Jerusalem) berasal dari kata Jebus dan Salem.

Jebus adalah salah satu nama suku dari rumpun bangsa Kanaan, dan Salem adalah nama Tuhan yang paling tinggi yang disembah oleh suku tersebut. Karen Armstrong (2018) menyebutkan bahwa pada 3200 SM, tidak diketahui terdapat catatan tentang siapa orang-orang yang mula-mula bermukim di bukit-bukit dan lembah-lembah yang kemudian menjadi Kota Yerusalem.

Pada sekitar kuburan-kuburan di atas bukit Ofel, di sebelah selatan dinding-dinding yang kini melindungi Kota Tua, ditemukan wadah-wadah tembikar yang diperkirakan berasal dari kota tersebut.

Pada masa itu, kota-kota mulai bermunculan di bagian-bagian lain dari Kanaan, kawasan yang saat ini diklaim menjadi Israel masa modern. Sebagai contoh, di Megido, Yerikho, Ai, Lakhis, dan Bet-Sean (beberapa sebutan yang digunakan para arkeolog untuk mempresentasikan berbagai kuil, rumah, sanggar, jalan, dan saluran air).

Namun hingga saat ini belum ditemukan bukti tak terbantahkan bahwa kehidupan urban telah muncul di Yerusalem pada periode itu. Peradaban pada masa kuno itu bergantung kepada nasib. Sekitar tahun 2300 SM, bisa dikatakan tak tersisa satu pun kota di Kanaan, baik yang diperkirakan karena serangan bangsa asing, perang antar suku, ataupun karena perubahan iklim, kehidupan urban lenyap.

Pada masa itu, Mesir menyaksikan gejolak dan ketidakstabilan di kawasan Timur, hancurnya kerajaan kuno dinasti Akadia di Mesopotamia yang digulingkan oleh orang-orang Amori, bangsa Semitik Barat yang mendirikan ibu kota Babel. Akan tetapi kehancuran di bagian selatan Kota Kanaan berbeda hal dengan bagian utara, seperti Megido dan Bet-Sean yang berhasil bertahan lama.

Berbagai kota baru dan dinasti baru bermunculan, permukiman-permukiman lama dipulihkan dan pada permulaan milenium kedua, kota- kota lama di Kanaan tersebut menjadi pemukiman. Pada perkembangan selanjutnya, mengutip Trias Kuncahyono (2008) sekitar 1600 SM -1300 SM, Kota Jerusalem berada di bawah kekuasaan Raja Mesir dan diperintah oleh para penguasa Kanaan yang tunduk pada Raja Mesir.

Ada sebuah cerita bahwa orang-orang Kanaan itu adalah keturunan Shem dan Eber, anak Nabi Nuh. Mereka inilah yang mula pertama mendirikan Yerusalem yang kemudian dijadikan ibu kota Kerajaan Israel setelah direbut oleh Raja Daud.

Sepanjang sejarahnya yang panjang, sebagaimana dilansir oleh id.wikipedia.org, Yerusalem pernah dihancurkan setidaknya sebanyak 2 kali, dikepung sebanyak 23 kali, diserang sebanyak 52 kali, dan direbut serta direbut kembali sebanyak 44 kali. Bagian tertua kota ini menjadi tempat permukiman pada milenium ke-4 SM.

Pada tahun 1538 dibangun tembok di sekitar Yerusalem dalam pemerintahan Suleiman Al-Qanuni. Saat ini tembok tersebut mengelilingi Kota Lama, yang mana secara tradisi terbagi menjadi empat bagian, sejak awal abad ke-19 dikenal sebagai Kawasan Armenia, Kristen, Yahudi, dan Muslim.

Kota Lama menjadi sebuah Situs Warisan Dunia pada tahun 1981, dan termasuk dalam Daftar Situs Warisan Dunia yang dalam Bahaya. Yerusalem modern pada saat ini telah berkembang jauh melampaui batas-batas Kota Lama.

Secara ringkas Yerusalem tinjauan historis memiliki perkembangan dari masa ke masa sebagaimana diikhtisarkan oleh Deutsche Welle dalam Zikri Sulthoni (2019) adalah sebagai berikut:

  1. Yerusalem, kotanya Nabi Daud. Kitab Perjanjian Lama menyebut, Raja Daud dari dua kerajaan Judea dan Israel, merebut kota Yerusalem dari tangan bangsa Jebusit pada tahun 1.000 SM. Daud menjadikan kota itu sebagai pusat kerajaan dan keagamaan. Kemudian, Raja Sulaiman, putra Raja Daud, membangun kenisah Yahweh pertama di sini sekaligus menjadikan kota itu menjadi pusat agama Yahudi.
  2. Diperebutkan Babilonia dan Persia. Raja Babilonia Nebuchadnezzar II dua kali merebut Yerusalem pada 597 dan 586 SM. Ia memenjarakan Raja Jehoiakim dan kaum elite Yahudi lalu menghancurkan kenisah mereka. Perjanjian Lama menyebutkan, Raja Sirius Agung dari Persia menumbangkan Babilonia pada 540 SM dan membebaskan kaum Yahudi serta membangun kembali kuil mereka di Yerusalem.
  3. Pendudukan Romawi dan Bizantium. Yerusalem berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi sejak 63 M. Perlawanan bangsa Yahudi mencetuskan perang pada 66 M, yang dimenangkan Romawi. Kuil mereka di Yerusalem kembali mengalami aksi penghancuran. Romawi dan Bizantium menguasai Palestina selama 600 tahun.
  4. Masa pendudukan muslim. Di bawah pimpinan Khalifah Umar, tentara Muslim mengepung dan menguasai Yerusalem pada 637 M. Di era pendudukan Muslim inilah, penguasa yang saling bermusuhan dan dari berbagai mazhab Islam silih berganti menguasai Yerusalem.
  5. Perang Salib. Kekhalifahan Seljuk sejak 1070 M terus meluaskan kekuasaan. Akibatnya, kaum Kristen merasa terancam yang memicu Paus Urban II mencanangkan Perang Salib. Dalam 200 tahun selanjutnya terjadi lima kali perang memperebutkan Yerusalem. Pada 1244 pasukan Kristen kalah total dari tentara Muslim yang kembali menguasai Yerusalem.
  6. Kekaisaran Ottoman dan pendudukan Inggris. Setelah menaklukkan Mesir dan Arabia, Kekaisaran Ottoman memasukkan Yerusalem ke dalam wilayah hukumnya pada 1535 dan kota ini kembali mencapai kejayaannya. Namun, pada 1917 Inggris mengalahkan Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I. Palestina kemudian diduduki Inggris dan Yerusalem jatuh tanpa perlawanan.
  7. Kota yang terbelah Setelah Perang Dunia II usai, Inggris mengembalikan mandat Palestina kepada PBB, yang kemudian memilih opsi membaginya menjadi dua negara. Tujuan pembagian itu adalah untuk menciptakan negara bagi kaum Yahudi yang selamat dari Holocaust di Eropa. Sejumlah negara Arab kemudian bergabung memerangi Israel dan menguasai sebagian Yerusalem. Sejak 1967 kota ini terbelah menjadi wilayah Israel di sisi barat dan Yordania di sebelah timur.
  8. Israel kuasai Yerusalem Timur. Dalam perang enam hari 1967, Israel mengalahkan aliansi Mesir, Yordania dan Suriah. Alhasil, Israel menguasai Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat Yordan, Dataran Tinggi Golan dan bagian timur Yerusalem. Untuk pertama kali sejak 1949, Israel kembali menguasai Tembok Ratapan di kota tua Yerusalem. Secara sepihak Israel menyebut tidak menganeksasi Yerusalem timur, melainkan mengintegrasikan kota itu ke dalam wilayah administratifnya.
  9. Umat Muslim bisa berziarah ke Yerusalem. Israel tidak menutup akses umat Muslim ke tempat suci mereka. Bukit Shakrah berada di bawah admistrasi otonomi Muslim. Umat Islam juga diperbolehkan berziarah ke Bukit Zaitun, Kubah Shakrah, dan Masjid Al-Aqsa serta beribadah di sana.
  10. Sengketa status Yerusalem berlanjut. Yerusalem hingga hari ini tetap menjadi hambatan terbesar dalam proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Sementara pada 1988 negara Palestina diproklamasikan dan juga mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibu kotanya. (A/fat/B03/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.