Jakarta, MINA – Direktur Eksekutif InMind Institute Yon Machmudi mengajak masyarakat untuk memberikan simpati kepada korban ledakan di Beirut secara khusus dan masyarakat Lebanon secara umum.
Dia mengatakan, masyarakat Indonesia perlu melihat pemerintah dan rakyat Lebanon yang saat ini sedang menghadapi berbagai masalah, kini menghadapi ledakan yang menelan paling tidak 137 jiwa dan 5 ribu korban luka.
“Kita perlu prihatin dengan kondisi Beirut saat ini, terjadi ledakan luar biasa dengan ledakan yang cukup besar dengan kondisi Lebanon sendiri yang sedang banyak hadapi persoalan ekonomi maupun persoalan pandemi yang sedang berlangsung,” ungkap Yon Machmudi sebagaimana keterangan tertulisnya kepada MINA, Jumat (7/8).
Pernyataan tersebut dia sampaikan saat menjadi salah satu pembicara pada acara Kopi Sore oleh MNC Trijaya Network Kamis kemarin.
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.
Sementara itu, lanjut Yon Machmudi yang juga selaku Kepala Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PSKTTI UI), pada saat yang bersamaan ada beberapa kesan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah (Lebanon) yang berkuasa saat ini.
Hingga hari ini, dua hari setelah ledakan di Pelabuhan Beirut yang terjadi pada Selasa 4 Agustus 2020, belum jelas siapa aktor utama yang bertanggung jawab atas meledaknya 2.750 ton ammonium nitrat di objek vital Lebanon tersebut.
Yon Machmudi megingatkan Lebanon adalah proksi atau titik rentan konflik yang dikelilingi banyak kekuatan besar.
“Banyak analisis menyangkut masalah Lebanon yang dari dulu berada pada pusaran konflik, proksi dari berbagai negara, baik itu Sunni, Syiah, maupun Barat. Ini saling terkaitan satu sama lain tapi kalau kita lihat faksi mana, siapa yang dirugikan paling besar dalam adanya ledakan itu kita bisa lihat seperti apa sebenarnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Walaupun masih belum ada kejelasan, namun Israel yang terakhir berperang melawan Lebanon pada 2006 menjadi salah satu aktor yang dicurigai memicu ledakan yang sampai saat ini menjadi ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah dengan perkiraan kekuatan ledakan setara sepuluh persen ledakan bom nuklir Hiroshima.
“Kalau kemudian penyelidikan mengarah pada keterlibatan Israel, saya kira akan menjadi retaliasi, balas dendam yang dilakukan terhadap Israel apabila itu memang terjadi dan melibatkan tangan-tangan Israel,” pungkas Yon Machmudi.(L/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung