Amman, MINA – Langkah Presiden Donal Trump yang secara sepihak mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel membuat hubungan Amerika Serikat (AS) dan negara di kawasan Timur Tengah memburuk.
Namun, pejabat Yordania pada Rabu (14/2) menyatakan, Pemerintah Amman yakin akan memperoleh dana bantuan lima tahun AS terlepas dari ancaman Presiden Donald Trump yang akan menarik dukungan dari negara-negara yang menentang posisinya atas Al-Quds.
Menteri Luar Negara AS Rex Tillerson diperkirakan akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang tidak mengikat di Amman pada Rabu, kata pejabat itu.
MoU yang baru ini mengamankan minimal US$1,275 miliar per tahun dari tahun 2018, kata pejabat yang menolak disebutkan namanya karena rinciannya belum diumumkan secara resmi.
MoU serupa sebelumnya antara Yordania dan AS menetapkan bantuan selama tiga tahun.
Kendati demikian, Yordania sangat menentang Trump karena keputusannya yang mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.
Pada Desember, Trump mengancam untuk memotong bantuan keuangan untuk negara-negara yang mendukung sebuah resolusi PBB yang meminta AS menarik keputusannya yang mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.
“Komitmen AS untuk menepati janjinya mempertahankan bantuan untuk kerajaan mencerminkan kedalaman hubungan strategis kami dan pengakuan akan peran kunci kerajaan dalam menjaga stabilitas regional,” kata pejabat tersebut.
Raja Abdullah dari Dinasti Hasyimiyah adalah penjaga tempat suci umat Islam di Al-Quds, membuat Amman sangat sensitif terhadap perubahan status di sana.
Perekonomian Yordania telah menderita akibat gejolak konflik di negara tetangga Suriah dan Irak, yang memaksa negara itu untuk meminjam banyak dari sumber luar dan dalam negeri.
Yordania telah menjadi bagian penting dari koalisi pimpinan AS yang telah memerangi kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah. (T/R11/RI-1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza