Amman, MINA – Pemerintah Yordania dilaporkan menolak mengizinkan kembalinya duta besar Israel ke negaranya.
Penolakan itu dilatarbelakangi peristiwa penembakan dan pembunuhan dua warga Yordania yang menjadi petugas keamanan kedutaan Israel, pada Agustus lalu. Demikian diberitakan Palestine Chronicle yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Akibat kejadian itu, hubungan Israel dan Yordania hingga saat ini masih membeku, menyebabkan ribuan warga Yordania dan Palestina tidak bisa memasuki Israel.
“Ada 163 paspor warga Yordania yang menunggu untuk menerima visa ke Israel ditahan di kedutaan Israel di Yordania,” kata situs itu.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Kementerian Luar Negeri Israel pada Senin (24/7) menjelaskan, petugas keamanan menembak mati warga Yordania yang menusuknya dengan obeng di kompleks misi Amman dalam sebuah insiden pada Ahad malam. Staf itu terluka. Petugas keamanan bertindak untuk membela diri dan menembak penyerangnya.
Sementara itu, ayah korban yang bekerja di kompleks kedutaan, mengatakan anaknya itu barulah berusia 16 tahun dan tidak memiliki hubungan dengan militan.
Korban lainnya dikabarkan adalah seorang dokter.
Israel menyensor laporan media mengenai insiden tersebut dengan dalih sebagai langkah untuk melindungi para diplomat dari aksi pembalasan.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Ketegangan Israel-Yordania meningkat sejak Israel memasang detektor logam di tempat masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsha di Al-Quds setelah dua penjaga polisi ditembak mati oleh orang-orang bersenjata di sana pada 14 Juli. (T/P3/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan