Amalan hati sangat penting bagi seorang Muslim karena hati adalah pusat dari semua tindakan manusia. Jika hati bersih dan ikhlas, maka niat ibadah kepada Allah akan tulus. Amalan seperti keikhlasan, syukur, sabar, tawakkal, dan cinta kepada Allah semuanya berasal dari hati. Allah tidak hanya melihat perbuatan lahiriah, tetapi juga isi hati seseorang. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan bahwa hanya orang yang datang dengan hati yang bersih yang akan mendapatkan pertolongan-Nya (QS. Asy-Syu’ara: 88-89).
Hati juga memengaruhi perilaku dan karakter seseorang. Jika hati dipenuhi ketakwaan dan keyakinan kepada Allah, maka seseorang akan berperilaku baik dan berakhlak mulia. Sebaliknya, hati yang dipenuhi iri hati, hasad, atau kebencian akan mendorong perilaku buruk yang merusak hubungan dengan orang lain dan menurunkan kualitas ibadah. Karena itu, menjaga kebersihan hati dan niat adalah tugas penting bagi setiap Muslim, karena amalan hati memengaruhi diterima atau tidaknya amal perbuatan.
Amalan hati adalah perbuatan yang dilakukan dalam hati, yang merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam Islam. Berikut adalah tujuh amalan hati yang utama beserta dalil Al-Quran, hadis, dan manfaatnya.
Pertama, Ikhlas (Ketulusan Niat). Ikhlas adalah memurnikan niat hanya kepada Allah dalam setiap amal. Amalan yang dilakukan tanpa ikhlas tidak akan diterima di sisi Allah.
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ikhlas menjadikan amal diterima di sisi Allah, mendatangkan keberkahan, dan menjauhkan seseorang dari sifat riya’ (pamer). Ikhlas juga membawa ketenangan hati dan memperkuat hubungan seorang hamba dengan Allah Ta’ala.
Kedua, Tawakkal (Berserah Diri kepada Allah). Tawakkal adalah meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi atas izin Allah, dan menyerahkan hasil usaha kepada-Nya setelah berikhtiar.
Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. At-Talaq: 3).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; pagi hari keluar dengan perut kosong dan pulang sore hari dengan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi).
Tawakkal menumbuhkan rasa tenang dan percaya diri, karena seseorang yakin bahwa Allah akan mencukupi kebutuhannya. Selain itu, tawakkal juga menjaga hati dari rasa cemas dan putus asa.
Ketiga, Syukur (Bersyukur kepada Allah). Syukur adalah menyadari dan mengakui nikmat yang diberikan oleh Allah, serta menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Syukur membawa kebahagiaan dan kepuasan hidup, serta menarik lebih banyak nikmat dari Allah. Dengan bersyukur, seseorang akan selalu merasa cukup dan terhindar dari sifat tamak.
Keempat, Sabar (Kesabaran). Sabar adalah kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi ujian, kesulitan, atau ketaatan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Kesabaran membantu seseorang melewati masa-masa sulit dengan ketenangan hati, memperkuat keimanan, dan membuatnya lebih tangguh dalam menghadapi cobaan hidup.
Kelima, Ridha (Menerima Ketentuan Allah). Rida adalah menerima segala keputusan Allah dengan lapang dada dan tanpa keluhan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 8).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh besar pahala seseorang ketika ia ridha dengan apa yang ditakdirkan Allah.” (HR. Tirmidzi).
Baca Juga: Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya
Rida membawa ketenangan jiwa, menjauhkan seseorang dari rasa gelisah, serta menumbuhkan rasa syukur dan cinta kepada Allah.
Keenam, Cinta kepada Allah (Mahabbah). Cinta kepada Allah adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang mendalam kepada Allah, yang menuntut seseorang untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang beriman itu sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya, maka ia telah merasakan manisnya iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Cinta kepada Allah memotivasi seseorang untuk selalu beribadah, mendekatkan diri kepada-Nya, serta menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-15] Berkata yang Baik, Memuliakan Tamu, dan Tetangga
Ketujuh, Tawadhu’ (Rendah Hati). Tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan tidak sombong dalam setiap keadaan, baik dalam urusan dunia maupun agama. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy-Syu’ara: 215).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).
Tawadhu’ menjadikan seseorang dicintai oleh Allah dan manusia, menjaga hati dari kesombongan, dan meningkatkan kualitas hubungan sosial serta keimanan seseorang.
Amalan-amalan hati ini memiliki peran penting dalam memperbaiki hubungan seorang hamba dengan Allah dan dengan sesama manusia. Hati yang baik dan bersih akan memancarkan ketenangan, kebahagiaan, dan ketaatan kepada Allah.[]
Baca Juga: Masih Adakah yang Membela Kejahatan Netanyahu?
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Catatan 47 Tahun Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina