Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Yuk terus semangat dalam mengajak orang lain dalam kebaikan. Yuk semangat dalam menata diri dan keluarga agar selalu istikomah dalam kebaikan. Yuk terus motivasi diri agar selalu menambah ilmu sebagai modal menebarkan kebaikan-kebaikan Islam ke tengah-tengah umat manusia.
Dakwah di jalan Allah Ta’ala memiliki kedudukan yang agung dan tingkatan yang tinggi. Mengapa? Karena dakwah itu merupakan kedudukan makhluk pilihan Allah, yaitu para rasul yang mulia dan para pengganti mereka yang lurus yang mengikuti mereka dalam hal mempelajari kebenaran dan mengamalkannya serta berdakwah kepada kebenaran.
Terkait masalah hukum dari berdakwah kepada Allah, Syaikh Abdul Azis bin Baz rahimahullah mengatakan, dalil-dalil al-kitab dan as sunnah menunjukkan, dakwah kepada Allah Ta’ala itu wajib. Dakwah merupakan salah satu fardhu. Dalil-dalil yang menunjukkan hal ini banyak, di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala antara lain sebagai berikut.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
- Surat Ali Imran: 104
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ – ١٠٤
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
2. Surat An-Nahl: 125
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.”
3. Surat Al-Qashash: 87
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ بَعْدَ اِذْ اُنْزِلَتْ اِلَيْكَ وَادْعُ اِلٰى رَبِّكَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۚ – ٨٧
“dan jangan sampai mereka menghalang-halangi engkau (Muhammad) untuk (menyampaikan) ayat-ayat Allah, setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah (manusia) agar (beriman) kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk orang-orang musyrik.”
4. Surat Yusuf: 108
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ – ١٠٨
“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Para ulama telah menerangkan, dakwah kepada Allah Ta’ala itu fardhu kifayah dalam hubungannya dengan wilayah yang di dalamnya terdapat para dai. Setiap wilayah itu butuh kepada dakwah dan aktifitas dakwah.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Ia merupakan fardhu kifayah. Bila sudah ada orang-orang yang melaksanakan fardhu dakwah secara mencukupi di wilayah tersebut, maka gugurlah kewajiban berdakwah atas yang lainnya. Dan dakwah dalam kaitannya dengan orang-orang yang tersisa ini hukumnya adalah sunnah muakkadah dan amal shalih yang agung.
Namun bila penduduk wilayah tersebut atau suatu daerah tertentu tidak melaksanakan dakwah secara memadai, maka semua orang terkena dosa karena mereka telah meninggalkan sebuah kewajiban.
Dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kewajiban agung yang memiliki banyak keutamaan. Di antara keutamaan dari dakwah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai berikut.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Pertama, dakwah adalah tugas para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Yusuf: 108
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ – ١٠٨
“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Cukuplah seseorang disebut telah mendapatkan kemuliaan saat dia menjadi seorang dai di jalan Allah Ta’ala dan mengikuti jalan hidup manusia pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua, dakwah kepada Allah Ta’ala termasuk dalam kategori perkataan yang paling baik. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala di dalam surat Fushilat surat ke 41 ayat ke 33,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ – ٣٣
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
Ketiga, seorang dai akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapatkan oleh orang – orang yang mengamalkan suatu amal yang dia tunjukkan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أجْرِ فَاعِلِهِ
“Siapa saja yang menunjukkan kepada suatu kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukan kebaikan tersebut.” [HR. Muslim, 9/486]
Keempat, melindungi para dai dari laknat dan adzab karena meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar itu menyebabkan datangnya laknat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat al-Maidah: 78-79,
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۗذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ – ٧٨
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.”
كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ – ٧٩
“Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan para dai dari keburukan apabila adzab menimpa orang-orang yang zhalim. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-A’raf: 165,
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖٓ اَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْۤءِ وَاَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍۢ بَـِٔيْسٍۢ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ – ١٦٥
“Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Kelima, mendapatkan doa Nabi SAW kepada para dai. Doa Nabi SAW diperuntukkan bagi orang yang mendengar sebuah hadits kemudian dia menyampaikannya kepada orang yang belum mendengarnya, beliau bersabda,
نضَّرَ الله أمرأً سمع منا حديثاً فنقله إلى من لم يسمعه فربَّ حامل فقه غير فقيه وربَّ حامل فقه إلى من هو أفقه منه
”Semoga Allah mencerahkan wajah orang yang mendengar dari kami sebuah hadits lalu dia menyampaikannya kepada orang yang belum mendengarnya.
Betapa banyak orang yang membawa fikih itu bukan orang yang faqih (bukan mujtahid,pent) dan betapa banyak orang yang membawa fikih kepada orang yang lebih menguasai ilmunya dari dirinya.” [HR. Ahmad 9/477]
Yuk terus semangat dalam mendakwahkan kebaikan-kebaikan dari Islam ini kepada mereka yang belum mendapatkan hidayah dalam mengenal Islam. Tentu saja dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bagi seorang jurnalis muslim misalnya, tentu saja dia bisa menulis berbagai materi keislaman yang bisa memberi pencerahan kepada para pembacanya.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Lebih dari itu, setiap tulisan yang ditulis oleh seorang jurnalis muslim, selama itu memberi manfaat kepada umat manusia, maka bisa jadi tulisan-tulisannya itu akan menjadi tabungan pahala jariyah di sisi Allah kelak. Jadi, yuk selalu semangat dalam berdakwah.[]
Mi’raj News Agency (MINA)