Athena, MINA – Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi pada Senin (12/10) mengatakan, negaranya akan membangun kamp pengungsi permanen di Lesbos pada musim panas 2021 untuk menggantikan Kamp Moria yang terbakar bulan lalu.
Mitarachi mengatakan, kontraktor telah dipilih untuk membangun kamp baru, yang juga akan dibangun di pulau Samos, Kos, dan Leros, MEMO melaporkan.
Ia mengatakan, kamp-kamp itu akan dilengkapi fasilitas dengan “penutup ganda gaya NATO” dan entri yang dikontrol dengan ketat, serta sistem perlindungan kebakaran.
“Tujuan kami adalah memiliki fasilitas permanen yang beroperasi pada musim panas 2021 di Lesbos,” katanya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Ia menambahkan, Yunani bergerak maju dengan program yang didanai Uni Eropa untuk kamp-kamp tertutup, di mana setiap yang masuk akan dikontrol.
Mitarachi juga mengatakan, fasilitas baru akan memberikan kondisi yang bermartabat bagi pengungsi yang hingga saat ini masih tinggal di kamp Moria yang penuh sesak dan terkenal tidak sehat.
Moria merupakan kamp yang memiliki kapasitas kurang dari 3.000 orang tetapi menampung sekitar 13.000 orang, dihancurkan dalam serangkaian kebakaran pada 8 September.
Hampir 7.500 pengungsi yang kehilangan tempat tinggal dalam kebakaran saat ini tinggal di kamp tenda darurat.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Namun, banyak di antara mereka mengeluhkan fasilitas darurat yang dibangun di bekas lapangan tembak militer, tidak memiliki listrik atau air.
Salah satu kamp lainya di Yunani, Kara Tepe juga dilanda banjir yang disebabkan oleh hujan lebat secara tiba-tiba pada Kamis (7/10), menyebabkan lebih dari 80 tenda harus diganti.
Mitarachi mengatakan pihak berwenang telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi kamp selama musim dingin, termasuk rencana untuk membawa kontainer perumahan dari kamp lain di Lesbos ke Kara Tepe.
Menteri itu juga berharap populasi Kara Tepe bisa berkurang menjadi di bawah 5.000 pada musim panas mendatang, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi jumlah migran yang tinggal di Yunani.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Dia menambahkan bahwa hampir 7.500 migran telah meninggalkan Yunani tahun ini, dengan lebih dari 3.000 keberangkatan tambahan menunggu keputusan.
Mitarachi juga mengatakan Yunani berusaha untuk mencegah migrasi lebih lanjut dengan mengurangi tunjangan moneter dan akomodasi serta menghilangkan semua penginapan hotel yang didanai untuk pengungsi pada akhir tahun.
Siprus, negara lain yang berada di garis depan krisis migrasi Eropa, juga menerapkan langkah serupa untuk mencegah migrasi tahun ini.
Pada bulan September, para pejabat menyetujui pengurangan periode para migran harus mengajukan permohonan suaka yang ditolak dari 75 menjadi 14 hari.
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza
Pada pekan yang sama, Menteri Dalam Negeri Nicos Nouris memperingatkan Siprus tidak dapat lagi menerima migran karena “fasilitas penerimaan secara harfiah tidak lagi memadai, dan kemampuan negara sudah habis”. (T/R7/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Demonstrasi Meletus di Paris Protes Galang Dana Zionis