Oleh: Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi, Wakil Pengarah, Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i, UNISSA Brunai Darussalam
Satu lagi kesibukan yang sangat ketara bagi Muslimin pada bulan yang penuh rahmat ini adalah membayar zakat bagi yang mampu dan menerimanya bagi yang layak.
Kalau pada bulan biasa Muslimin hampir tidak menghiraukan pembayaran zakat harta bendanya karena kurang peka dan kurang sadar kewajibannya, tetapi pada bulan Ramadhan ini dari awal lagi mereka sudah menyediakannya.
Ini disebabkan oleh keimanan mereka yang mengingatkan bahwa amalan puasa tidak akan diterima melainkan jika mereka mengeluarkan zakat khususnya bagi bulan Ramadhan yaitu zakat fitrah.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Zakat fitrah ini tidaklah banyak sangat hanya satu sha, atau lebih kurang dua kilo setengah.
Di negara kita yang menjadi pokok ukuran zakat fitrah ialah beras, tetapi tidak ada halangan apabila diganti dengan barang yang senilai harganya dengan yang diperlukan oleh si penerimanya yang pernah dilakukan oleh sahabat Mu’adz ibn Jabal atau dengan wnng seharganya seperti yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar Ibn al Khattab.
Tapi, perlu diingat, meskipun boleh diganti dengan barang lain yang seharga dan senilai tidaklah diperkenankan zakat fitrah dengan pasir (sebagai contoh) meskipun senilai dan seharga dengan beras apabila tidak diperlukan oleh penerimanya.
Zakat Fitrah adalah ujian iman yang hanya setahun sekali dihadapkan untuk menyempurnakan ibadah yang dibebankan Tuhan kepada seorang muslim.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh seseorang jika mampu dan bagi mereka yang berada di bawah tanggungan orang lain maka zakatnya menjadi tanggungjawab penanggungnya.
Zakat fitrah sebagai satu institusi perzakatan adalah jaminan sosial untuk fakir miskin. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban negara untuk mentadbirnya.
Kalau perlu negara berhak menggunakan kekerasan untuk mendapatkannya, seperti yang pernah dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar terhadap golongan yang enggan mengeluarkannya.
Zakat dari segi bahasa mempunyai arti tumbuh subur, berkembang bersih dan suci. Apa yang dikehendaki oleh Islam dengan penggunaan perkataan zakat itu ialah supaya tertanam di dalam minda seseorang Muslim bahwa dia tidak mengeluarkan belanja harta benda sedikit atau banyaknya, dalam usaha membantu saudaranya kerana menuntut keredaan Allah. Melainkan belanja itu akan kembali semula kepadanya dengan keteguhan dan kekutan hatinya dan dengan kejernihan sifat moralnya juga kebersihan tingkah lakunya seluruhnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Dengan Zakat Fitrah rasa persaudaraan dan persamaan di dalam hati orang Islam tumbuh subur.
Ia menyerikan golongan yang kurang bernasib baik di hari yang penuh kegembiraan selepas melaksanakan suatu kewajiban bergembira bersama-sama.
Sebenarnya, hasil zakat fitrah ditambah dengan zakat lain cukup banyak.
Seandainya institusi perzakatan ini, dijalankan dengan sebenar-benarnya pasti tidak akan ada seorang pun umat Islam yang miskin sebab ia bersumberkan modal, wang, barangan, ternakan, tanaman dan logam.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Untuk zakat fitrah saja, sebagai contoh Muslimin dunia akan mengumpulkan wang sebanyak BND 3.000 juta sehari atau dua hari saja. Ini dengan perhitungan penduduk Muslim yang 1.500 juta umat wajib bayar zakat fitrah.
Bagaimana, orang bukan Islam tidak gemetar mendengarnya? Tapi sayang kita masih belum sedar mengenainya.
Yang kita ‘sadar’ sekarang hanyalah saling meremehkan sesama kita, saling membantai sehingga kita selalu dalam kehinaan dan kelemahan, kalau begini jangan salahkan Islam, lebih baik salahkan diri kita sendiri dan kita mesti memperbaikinya.
Padahal, dengan membayar zakat daripada si kaya kepada si miskin diharapkan dapat mengubah si penerima zakat menjadi wajib zakat. Sehinga lingkaran kemiskinan dapat diputuskan, dan diganti dengan lingkaran kebahagiaan. Dan membenam perasaan cemburu si miskin terhadap si kaya.
Nabi SAW pernah bersabda yang bermaksud: ”Kefakiran membawa seseorang kepada kekafiran.”(HR Abu Nu’aim)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dengan mengeluarkan zakat fitrah setahun sekali di bulan mulia ini, kita dilatih dan dididik menyedari bahawa di sebalik pemilikan harta benda kita ada juga orang yang berhak ke atasnya.
Wallahu a’lam
BSB, 23 Ramadan 1444H/14 April 2023M
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
(AK/RS2/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat