Ziarah ke Masjid Al-Aqsa, Palestina bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang menghubungkan hati dengan sejarah, iman, dan persaudaraan umat Islam.
Masjid Al-Aqsa yang diberkahi tersebut adalah tempat yang penuh keberkahan, keutamaan dan menjadi simbol perjuangan yang harus dipertahankan.
Masjid Al-Aqsa adalah salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk dikunjungi dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menekankan dalam sabdanya:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ
Baca Juga: Ucapan Terima Kasih Saja Belum Cukup: Ini 5 Cara Nyata Menghargai Guru
Artinya : “Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsa (di Palestina)”. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Hadits ini menunjukkan perjalanan ke tiga masjid tersebut memiliki berbagai kebajikan dan keutamaan. Di antaranya shalat di Masjidil Haram pahalanya setara dengan seratus ribu shalat di masjid lainnya. Adapun shalat di Masjid Nabawi sama dengan seribu shalat di tempat lain, dan shalat di Masjid Al-Aqsa setara dengan lima ratus kali.
Jika seseoang berkunjung ke Masjidil Haram, berjumpa Allah di hadapan rumah-Nya, Baitullah, terasa air mata mengalir tak terbendung. Di setiap melihat Ka’bah, saat thawaf mengitarinya, saat Sa’i antara Shafa dan Marwah, semua ada getaran-getaran kerinduan kepada Sang Pencipta.
Terbayang dosa-dosa yang menggunung, disaksikan langsung oleh Sang Maha Pemberi Balasan. Sungguh sekeras jiwa apapun, sekasar apapun karakternya, ia dipastikan akan melelehkan air mata taubat.
Baca Juga: Demo Jumat di Depan Kedubes AS, Dampak Psikologis, Sosial, dan Politik
Demikian halnya saat berkunjung ke Madinah, dan hendak berjumpa baginda Nabi Muhammad Shallalallahu ‘Alaihi Wasallam. Jiwa terasa kerdil dan malu berjumpa Nabi yang separuh hidupnya dipersembahkan untuk perjuangan dakwah dan jihad. Malu pula terhadap dua orang termulia di samping baginda, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Namun akan berbeda, manakala berkunjung ke Masjidil Aqsa. Menurut mereka yang pernah berkunjung ke Masjidil Aqsa, nuansa ziarah ke Al-Aqsa adalah nuansa perjuangan. Betapa para peziarah harus menghadapi check point yang jumlahnya berpuluh-puluh. Tak terkira banyaknya dan rumitnya.
Terlihat bagaimana para peziarah melihat muka-muka bengis dan sosok-sosok jahat tentara Zionis Israel ketika menggeledah setiap tas bawaan dan lipatan-lipatan baju pengujung. Bahkan hingga ke baju-baju dalam segala.
Karenanya, kunjungan ke Al-Aqsa itu bukanlah kunjungan biasa, tapi juga ziarah mengunjungi saudara-saudara kita yang telah berjuang langsung di medan perjuangan. Di sini, terlihat wajah gembira warga dan anak-anak Palestina menyambut para pengunjung yang menyapanya.
Baca Juga: Ketika Umat Islam Mayoritas dalam Kuantitas Tapi Minoritas dalam Kualitas
Para pengunjung pun membeli beberapa barang yang dijual warga Palestina, untuk sedikit menghidupkan unit-unit perekonomian mereka.
Mengunjungi Al-Aqsa adalah seperti mengunjungi saudara lama yang telah lama menanti. Warga Palestina menyambut para peziarah dengan hangat, meskipun mereka hidup dalam tekanan dan penjajahan. Kehadiran kita adalah bentuk solidaritas dan dukungan moral yang sangat berarti bagi mereka.
Terlebih saat memasuki Masjidil Aqsa yang penuh berkah, melalui gerbang utama Magharibah, yang juga dijaga ketat pihak keamaman Zionis Israel.
Terlihat di halaman, serambi dan dalam masjid, terlihat para penjaga (murabithun dan murabithat), yang siaga sepanjang waktu mengawal Masjidil Aqsa dari serbuan tentara Zionis dan para pemukim ektremis Yahudi.
Baca Juga: Miris Fantasi Sedarah, Pelanggaran Agama, Sosial, dan Undang-Undang
Tak sedikit dari mereka menjadi putra-putra terbaik Palestina menjadi bagian dari barisan para syuhada Al-Aqsa.
Maka, akan semakin terasa betapa Masjidil Aqsa adalah bagian yang paling berharga dari umat Islam dan komponen paling penting yang tidak dapat dipisahkan dari iman.
Karenanya, menjadi keinginan iman terdalam kita umat Islam, untuk shalat berjamaah bersama kaum Muslimin di Masjid Al-Aqsa, di negeri para Nabi, wilayah penuh berkah.
Orang-orang Yahudi saja secara berkala berkunjung ke kompleks Al-Aqsa dengan klaim ritual talmud di Tembok Ratapan, di samping Masjid Al-Aqsa. Itu keyakinan mereka. Kita tentu harus lebih kuat dan serius dari mereka.
Baca Juga: Deklarasi Jakarta dan Luka Gaza
Maka, kita perlu terus menganjurkan dan menggerakkan kaum Muslimin untuk berkunjung ke Al-Aqsa. Agar bisa mendengar dan melihat secara langsung perjuangan nyata di sana. Tempat penuh berkah, seperti Allah sebutkan di dalam ayat:
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Artinya: ”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda [kebesaran] Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al-Isra [17]: 1).
Begitulah, Allah memberkahi sekeliling Masjid Al-Aqsa, dan tentu memberkahi orang-orang di sekitarnya yang beriman, dan mereka yang mengunjunginya.
Baca Juga: Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa, Dua Cahaya dalam Satu Ayat
Ya, memprogramkan berziarah ke Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu kedalaman dan kekuatan iman kita.
Tentu akan lebih mendalam manakala khusus perjalanan ke Masjid Al-Aqsa selama sepekan atau 10 hari misalnya. Banyak hal yang dapat didokumentasikan, dikomunikasikan dan diwartakan ke seluruh dunia. Ini akan menjadi perjalanan penuh perjuangan untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa, dan pengembaliannya kepada mereka yang berhak memilikinya, yakni umat Islam seluruhnya.
Masjid Al-Aqsa adalah tempat yang penuh sejarah. Ia merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah di Makkah. Di sinilah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memulai perjalanan Isra’ dan Mi’raj, mengimami para nabi dalam shalat sebelum naik ke langit.
Begitulah, ziarah ke Masjid Al-Aqsa bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang perjuangan. Kunjungan itu adalah langkah awal dalam upaya pembebasan tanah yang terjajah. Dengan mengunjungi dan menyuarakan dukungan, menunjukkan kecintaan dan kesungguhan kita terhadap Masjid Al-Aqsa yang tidak terlupakan.
Baca Juga: Zionisme: Ideologi Setan Berkedok Tanah Terjanji
Seperti pembebasan pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab, yang dimulai dari kunjungan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka