Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zionis Israel, Monster yang Kejahatannya Tak Bertepi di Gaza

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 18 April 2025 - 17:53 WIB

Jumat, 18 April 2025 - 17:53 WIB

60 Views

Nasib warga Palestina kian hari makin tak menentu (foto: ig)

SEJAK serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera 251 orang, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Gaza. Hingga April 2025, lebih dari 51.000 warga Palestina telah syahid, sebagian besar adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Pada 9 April 2025, serangan udara Israel menghantam sebuah gedung empat lantai di Shuja’iyya, Gaza City, menewaskan setidaknya 35 warga Palestina dan melukai lebih dari 70 orang. Serangan ini menghancurkan delapan rumah dan menyebabkan lebih dari 20 orang hilang.

Pada 23 Maret 2025, serangan Israel di Rafah menargetkan kendaraan kemanusiaan, termasuk ambulans dan truk pemadam kebakaran, menewaskan 15 pekerja medis, termasuk anggota Palang Merah Palestina dan staf PBB. Serangan ini dikecam oleh Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagai yang paling mematikan bagi pekerja kemanusiaan dalam hampir satu dekade.

Hingga pertengahan 2024, lebih dari 1,9 juta warga Palestina, sekitar 85% dari populasi Gaza, telah mengungsi secara paksa. Israel juga menghancurkan infrastruktur vital, termasuk 436.000 rumah, 496 fasilitas pendidikan, dan 267 tempat ibadah. Sebanyak 83% sumur air tanah tidak berfungsi, memperparah krisis kemanusiaan.

Baca Juga: Di Balik Salju Kashmir yang Berdarah

Serangan udara Israel pada 13 April 2025 menghancurkan Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza City, satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi penuh di kota tersebut. Serangan ini menghancurkan bangunan bedah dan stasiun oksigen, membuat fasilitas tersebut tidak dapat beroperasi. Seorang anak dilaporkan tewas saat evakuasi darurat.

Israel telah memperluas zona buffer keamanan di Gaza, kini menguasai lebih dari separuh wilayah tersebut, termasuk koridor antara Rafah dan Khan Younis. Lebih dari 400.000 warga Palestina baru-baru ini mengungsi akibat perintah evakuasi massal dan blokade bantuan kemanusiaan, memperburuk kelaparan dan krisis medis.

Hamas telah menawarkan kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri perang di Gaza, termasuk pembebasan semua sandera Israel sebagai imbalan atas gencatan senjata permanen, pembebasan tahanan Palestina, dan rekonstruksi Gaza. Namun, Israel menolak tawaran tersebut dan melanjutkan operasi militernya.

Serangan Israel telah menghancurkan 87.000 rumah di Gaza dan merusak infrastruktur penting senilai $18,5 miliar. Sebanyak 456 sekolah dan universitas, serta 32 rumah sakit dan 115 ambulans, menjadi sasaran serangan. Lebih dari 1,9 juta warga Gaza terpaksa mengungsi di dalam negeri.

Baca Juga: Dari Bandung untuk Palestina, Langkah Solidaritas yang Menggetarkan Jiwa

Israel telah memotong pasokan air dan listrik ke Gaza sejak awal konflik, memperburuk kondisi kehidupan warga. Blokade yang diberlakukan juga menghambat masuknya bantuan kemanusiaan, menyebabkan kelaparan dan krisis kesehatan yang meluas.

Laporan dari Amnesty International dan PBB menunjukkan bahwa Israel telah melakukan penahanan massal tanpa proses hukum, penyiksaan, dan kekerasan seksual terhadap tahanan Palestina. Tindakan ini dianggap sebagai bagian dari strategi genosida terhadap warga Palestina.

Serangan Israel juga menargetkan fasilitas kesehatan perempuan, menghancurkan layanan kesehatan ibu dan anak. PBB melaporkan bahwa Israel secara sistematis menghancurkan fasilitas kesehatan perempuan sebagai bagian dari tindakan genosida.

Lebih dari 70.000 warga Gaza diperkirakan tewas akibat luka traumatis, dengan jumlah korban luka melebihi 100.000 orang. Gaza kini memiliki jumlah amputasi anak tertinggi per kapita di dunia.

Baca Juga: Masjidil Haram, Pusat Peribadatan Islam Terbesar di Dunia

Hingga Februari 2025, setidaknya 160 pekerja kesehatan dari Gaza ditahan oleh Israel, dengan 24 lainnya hilang setelah diambil dari rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, Mohammed Abu Selmia, yang ditahan selama tujuh bulan tanpa dakwaan, melaporkan penyiksaan yang dialaminya di penjara Israel.

Serangan Israel telah menghancurkan 12 universitas di Gaza, 80% sekolah, serta banyak masjid, gereja, museum, dan perpustakaan, menghapus warisan budaya Palestina.

Komite Nagel di Israel merekomendasikan tambahan anggaran pertahanan sebesar 275 miliar shekel (US$74 miliar) selama dekade berikutnya, dengan peningkatan tahunan sebesar 27,5 miliar shekel (US$7 miliar). Anggaran ini akan digunakan untuk memperkuat sistem pertahanan udara Israel, termasuk Iron Dome dan sistem laser baru.[]

Mi’raj News Agency

Baca Juga: Raja Ampat, Surga Bawah Laut yang Wajib Dikunjungi di Indonesia

Rekomendasi untuk Anda