Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zionis Israel Tangkap Istri Syuhada Walid Daqqa 

Arina Islami Editor : Widi Kusnadi - 30 detik yang lalu

30 detik yang lalu

1 Views

Tokoh Perlawanan Palestina, Walid Daqqa [Foto: Amnesty.org[

Al-Quds, MINA – Pasukan pendudukan Zionis Israel pada Kamis malam (29/5) menangkap Sanaa Salameh Daqqa, istri dari syuhada dan tokoh perlawanan Palestina Walid Daqqa, saat ia dalam perjalanan kembali dari Ramallah menuju wilayah Palestina yang diduduki.

Menurut sumber-sumber Palestina, Sanaa ditangkap di sebuah pos pemeriksaan militer pendudukan, saat ia bepergian bersama putrinya, Milad Walid Daqqa, dan seorang gadis muda lainnya. Al Mayadeen melaporkan.

Penangkapan itu terjadi tidak lama setelah seruan publik dari Menteri Keamanan Nasional Zionis Israel, Itamar Ben Gvir, untuk mengusir dirinya.

Penangkapan Sanaa memperpanjang deretan tindakan represif terhadap keluarga Daqqa.

Baca Juga: Tentara Zionis Tewas dalam Ledakan Buldoser Saat Hancurkan Rumah di Gaza

Sebelumnya, suaminya, Walid Daqqa, wafat sebagai syuhada dalam penjara Zionis Israel pada 7 April 2024 setelah hampir 40 tahun menjalani hukuman.

Hingga kini, otoritas pendudukan masih menahan jenazahnya dan belum mengizinkan keluarga untuk memakamkannya secara layak.

Keluarga syuhada Daqqa mengungkapkan bahwa mereka tidak menerima informasi resmi mengenai pemindahan Walid ke Rumah Sakit Assaf Harofeh, dan baru mengetahui kesyahidannya melalui media.

Mereka juga menyatakan bahwa sejak 7 Oktober 2023, awal agresi Zionis Israel ke Jalur Gaza, seluruh akses kunjungan maupun komunikasi dengan Walid dihentikan sepihak.

Baca Juga: Ribuan Akademisi Israel Desak Hentikan Perang Gaza

Perjalanan Perlawanan Walid Daqqa

Walid Daqqa lahir di Baqa al-Gharbiya, wilayah Palestina yang diduduki sejak 1948. Ia merupakan anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) sejak 1983, dan terlibat dalam sejumlah operasi perlawanan terhadap pasukan pendudukan Zionis Israel, termasuk penangkapan tentara Zionis Moshe Tamam.

Daqqa ditangkap pada 1986 dan awalnya dijatuhi hukuman mati, namun kemudian diubah menjadi 37 tahun penjara. Pada 2018, hukuman itu diperpanjang dua tahun atas tuduhan menyelundupkan telepon ke penjara.

Di balik jeruji, Daqqa dikenal sebagai pemikir dan penulis terkemuka dalam Gerakan Tahanan Palestina. Ia meraih gelar sarjana dan magister, serta menulis novel, puisi, dan artikel yang menggambarkan perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Zionis.

Baca Juga: Hamas Desak PBB Bertindak atas Ekspansi Pemukiman Ilegal Israel di Tepi Barat   

Selama penahanannya, Daqqa menderita penyakit serius, termasuk pneumonia akut dan gagal ginjal. Ia menjalani operasi besar pada April 2023 yang menyebabkan pengangkatan sebagian besar paru-paru kanannya. Namun, pendudukan tetap menolak pembebasan dini maupun perawatan medis yang layak.

Pelanggaran Hak dan Hukum Internasional

Penahanan Walid Daqqa bertentangan dengan Perjanjian Oslo 1993 yang mewajibkan pembebasan seluruh tahanan Palestina yang ditangkap sebelum kesepakatan itu berlaku. Daqqa juga tidak diikutsertakan dalam empat kesepakatan pertukaran tahanan yang pernah terjadi, dan dilarang bertemu putrinya Milad.

Milad lahir melalui perjuangan keras, setelah Sanaa berhasil menyelundupkan sperma suaminya dari penjara. Akibatnya, Daqqa dihukum berat, dimasukkan ke dalam sel isolasi dan dibatasi hak kunjungannya.

Baca Juga: Zionis Israel Penjarakan Tentara yang Tolak Perang di Gaza

Kini, penangkapan Sanaa Salameh oleh pasukan Zionis Israel memicu kemarahan di kalangan rakyat Palestina dan aktivis HAM, yang menilai langkah itu sebagai bagian dari kebijakan pendudukan yang menargetkan keluarga pejuang dan memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah jajahan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Warga Israel di Portugal Gabung Aksi Protes, Serukan Hentikan Serangan ke Gaza

Rekomendasi untuk Anda