Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zionis Penjajah Abadi Tanah Para Nabi

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - 19 menit yang lalu

19 menit yang lalu

6 Views

Zionis Yahudi, makhluk terkutuk yang pernah ada di bumi (foto: ig)

PALESTINA, negeri yang diberkahi dan menjadi tempat hidup serta dakwah para nabi seperti Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman, dan Isa ‘alaihimussalam, telah lama menjadi simbol kemuliaan spiritual dalam tiga agama samawi. Namun, negeri penuh berkah ini menjadi saksi penderitaan luar biasa setelah kedatangan proyek kolonialisme Zionis. Mereka bukan hanya menjajah tanah, tetapi juga merampas kehormatan umat dan menginjak-injak nilai-nilai kemanusiaan.

Zionisme modern bermula pada akhir abad ke-19, dipelopori oleh Theodor Herzl yang mempromosikan gagasan negara bangsa Yahudi. Ia menggalang dukungan politik dan dana dari kekuatan kolonial Barat, khususnya Inggris, untuk menjajah tanah Palestina yang saat itu merupakan bagian dari wilayah Kekhalifahan Utsmaniyah. Deklarasi Balfour tahun 1917 menjadi bukti keterlibatan Inggris dalam memberikan tanah Palestina kepada Zionis tanpa hak dan tanpa izin dari penduduk aslinya.

Pendudukan Israel atas tanah Palestina bukanlah hasil kompromi, melainkan akibat dari kekerasan sistematis. Antara tahun 1947–1949, lebih dari 750.000 warga Palestina diusir paksa dari rumah mereka dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Nakba (malapetaka). Ratusan desa dihancurkan, dan puluhan ribu dibunuh dalam pembantaian-pembantaian seperti di Deir Yassin.

Zionis melakukan berbagai pembantaian terhadap rakyat Palestina secara sistematis, dari masa pendirian negara Israel hingga saat ini. Beberapa tragedi terkenal seperti Sabra-Shatila (1982), pembantaian di Jenin (2002), hingga pembunuhan massal di Gaza, menunjukkan kebrutalan tak berperikemanusiaan. Menurut UN OCHA, serangan brutal pada 2014 menyebabkan lebih dari 2.200 warga Palestina gugur, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Baca Juga: ​Amerika: Pelindung Penjahat Perang, Penjual Keadilan di Palestina

Gaza: Penjara Terbuka Terbesar di Dunia

Sejak blokade Israel tahun 2007, Gaza dijuluki sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia”. Lebih dari 2 juta penduduk hidup dalam keterbatasan ekstrem, tidak bebas keluar masuk, kekurangan air bersih, listrik hanya menyala beberapa jam sehari, dan fasilitas kesehatan yang runtuh. Data Human Rights Watch menyatakan blokade ini merupakan bentuk “hukuman kolektif”, yang dilarang dalam hukum internasional.

Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam, menjadi target utama agresi Zionis. Israel secara konsisten melakukan penggalian di bawah Al-Aqsha untuk melemahkan strukturnya, dengan tujuan membangun “Haikal Sulaiman” versi mereka. Serangan pasukan Zionis ke dalam kompleks masjid, terutama saat bulan suci Ramadhan, bukan hanya provokatif, tetapi juga bentuk penodaan terhadap tempat suci umat Islam.

Laporan Defense for Children International – Palestine mencatat bahwa setiap tahun ratusan anak Palestina ditangkap dan disiksa oleh militer Israel. Banyak di antaranya ditahan tanpa dakwaan, disiksa, dan dipaksa menandatangani dokumen berbahasa Ibrani yang tidak mereka pahami. Anak-anak ini diperlakukan seperti teroris, padahal mereka hanya pejuang tanah air atau bahkan hanya karena melempar batu.

Baca Juga: Membunuh dengan Mesin: Keterlibatan AI dan Platform Digital dalam Genosida Gaza

Organisasi seperti Amnesty International dan Human Rights Watch dengan tegas menyatakan bahwa Israel menjalankan sistem apartheid. Ada dua sistem hukum yang berbeda: satu untuk warga Yahudi, satu lagi untuk warga Palestina. Di Tepi Barat, warga Palestina hidup di bawah hukum militer, sementara pemukim Yahudi ilegal di kawasan yang sama mendapatkan perlakuan hukum sipil yang menguntungkan.

Israel terus memperluas pemukiman ilegal Yahudi di wilayah Palestina, yang bertentangan dengan hukum internasional. Ribuan rumah milik warga Palestina dihancurkan, dan tanah-tanah mereka dirampas atas nama “keamanan” atau “pengembangan”. Sebaliknya, pemukiman Yahudi diberi infrastruktur canggih, akses jalan khusus, dan perlindungan militer.

Senjata Kimia dan Fosfor Putih

Israel tidak segan menggunakan senjata terlarang seperti fosfor putih dalam serangan di wilayah padat penduduk. Pada agresi 2008–2009 dan 2014, penggunaan fosfor putih menyebabkan luka bakar mengerikan dan kematian yang menyakitkan, termasuk pada anak-anak. Ini melanggar Konvensi Jenewa dan menunjukkan bahwa Zionis tak peduli pada hukum internasional.

Baca Juga: Berfikir Kritis atas Kebijakan Tarif Trump

Zionis tidak hanya menjajah fisik tanah, tapi juga menjajah opini publik global melalui pengaruh di media mainstream. Mereka mengendalikan narasi, membingkai pejuang Palestina sebagai “teroris”, dan menyembunyikan kebrutalan militer Israel. Ketika warga sipil dibantai, media global sering memilih diam atau menggunakan istilah yang menggiring opini palsu.

Di tengah penderitaan Palestina, sejumlah rezim Arab justru menormalisasi hubungan dengan Israel demi keuntungan politik dan ekonomi. Perjanjian Abraham (2020) menjadi bukti nyata pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina. Sementara rakyat Palestina berdarah-darah mempertahankan tanah suci, sebagian pemimpin Muslim justru berkhianat di meja diplomasi.

Meskipun dijajah selama lebih dari 75 tahun, semangat rakyat Palestina tak pernah padam. Anak-anak kecil tumbuh sebagai mujahid, para ibu membesarkan pejuang, dan generasi muda tetap teguh dengan prinsip: “Tanah ini milik kami, darah kami, dan kami tidak akan menyerah.” Mereka terus bertahan dengan segala keterbatasan, menunjukkan keberanian luar biasa yang menjadi inspirasi dunia.

Kejahatan Zionis bukan hanya isu Palestina, tapi isu kemanusiaan dan akidah. Umat Islam memiliki tanggung jawab moral, spiritual, dan politik untuk membela Al-Aqsha dan saudara-saudara kita. Boikot produk pendukung Israel, dukungan diplomatik terhadap Palestina, serta penyebaran kesadaran publik harus digalakkan terus-menerus.

Baca Juga: Gaya Selangit Isi Dompet Seuprit

Allah telah berjanji dalam Al-Qur’an bahwa bumi ini akan diwarisi oleh orang-orang yang bertakwa (Qs Al-Anbiya: 105). Meskipun Zionis Laknatullah hari ini terlihat kuat, namun kekuasaan mereka penuh kezhaliman dan kebohongan. Kemenangan umat Islam atas penjajah abadi ini adalah keniscayaan. Kita hanya perlu bersabar, bersatu, dan berjuang sesuai kemampuan kita.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Palestina dan Masa Depan Al-Aqsa: Apa yang Bisa Dilakukan Umat Islam?

Rekomendasi untuk Anda