PENGGUNAAN fosfor putih oleh militer Israel di Gaza dan Lebanon telah menimbulkan keprihatinan internasional yang mendalam. Fosfor putih adalah zat kimia yang, ketika terkena oksigen, menghasilkan panas tinggi dan asap tebal, sering digunakan untuk menciptakan tabir asap atau sebagai senjata pembakar. Namun, penggunaannya di area berpenduduk padat menimbulkan risiko serius bagi warga sipil.
Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa pada 10 dan 11 Oktober 2023, militer Israel menggunakan fosfor putih dalam operasi militer di Gaza dan Lebanon. Video yang diverifikasi menunjukkan ledakan udara dari proyektil artileri yang mengandung fosfor putih di atas pelabuhan Kota Gaza dan dua lokasi pedesaan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Saksi mata menggambarkan serangan tersebut dengan asap putih tebal dan bau khas seperti bawang putih, ciri khas fosfor putih.
Fosfor putih dapat menyebabkan luka bakar parah hingga ke tulang yang sulit disembuhkan dan rentan terhadap infeksi. Fragmen fosfor putih yang tertinggal dalam tubuh dapat menyala kembali saat terpapar oksigen, menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi korban. Bahkan luka bakar pada 10% tubuh dapat berakibat fatal. Selain itu, asap yang dihasilkan dapat menyebabkan kerusakan pernapasan dan kegagalan organ.
Penggunaan fosfor putih di area berpenduduk padat seperti Gaza melanggar hukum humaniter internasional yang mewajibkan pihak-pihak yang berkonflik untuk mengambil semua tindakan pencegahan yang layak guna menghindari cedera dan kematian warga sipil. Ledakan udara dari proyektil fosfor putih menyebarkan fragmen pembakar di area seluas 125 hingga 250 meter, meningkatkan risiko bagi warga sipil dan infrastruktur sipil.
Baca Juga: Israel Takut Batu, Amerika Takut Kebenaran
Israel sebelumnya telah menggunakan fosfor putih dalam konflik sebelumnya, seperti selama Operasi Cast Lead pada 2008-2009, yang memicu kecaman internasional. Pada 2013, militer Israel menyatakan akan menghentikan penggunaan fosfor putih di area berpenduduk, kecuali dalam dua situasi khusus yang tidak diungkapkan secara publik. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa komitmen tersebut mungkin tidak dipatuhi sepenuhnya.
Di Lebanon, penggunaan fosfor putih oleh Israel telah diverifikasi di setidaknya 17 kotamadya di selatan Lebanon sejak Oktober 2023, termasuk di lima kotamadya di mana munisi tersebut digunakan secara tidak sah di atas area pemukiman. Warga melaporkan bahwa serangan ini menyebabkan cedera pernapasan dan mendorong banyak orang untuk meninggalkan rumah mereka. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa hingga 28 Mei, setidaknya 173 orang terluka akibat paparan fosfor putih.
Meskipun fosfor putih tidak diklasifikasikan sebagai senjata kimia, efek pembakarnya yang parah menimbulkan pertanyaan etis dan legal tentang penggunaannya. Protokol III Konvensi Senjata Konvensional Tertentu (CCW) mengatur penggunaan senjata pembakar, tetapi memiliki celah hukum yang memungkinkan penggunaan fosfor putih dalam kondisi tertentu. Israel bukan pihak dalam protokol ini, sehingga tidak terikat oleh ketentuannya.
Penggunaan fosfor putih oleh Israel telah menimbulkan kecaman dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan komunitas internasional. Mereka menyerukan penghentian segera penggunaan senjata ini di area berpenduduk dan menekankan perlunya perlindungan lebih besar bagi warga sipil dalam konflik bersenjata. Alternatif yang lebih aman untuk menciptakan tabir asap tersedia dan seharusnya digunakan untuk mencegah penderitaan yang tidak perlu.
Baca Juga: 15 Kejahatan Zionis Yahudi Dari Masa Ke Masa
Dampak psikologis dan sosial dari serangan fosfor putih juga signifikan. Korban yang selamat sering menghadapi trauma berkepanjangan, rasa sakit kronis, dan stigma sosial akibat luka dan bekas luka yang mencolok. Komunitas yang terkena dampak juga mengalami ketakutan dan ketidakpastian yang berkelanjutan, memperburuk penderitaan mereka.
Selain itu, serangan ini merusak infrastruktur penting seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya, menghambat akses warga sipil ke layanan dasar dan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Kerusakan pada lahan pertanian dan sumber daya alam juga mengancam mata pencaharian penduduk setempat, memperdalam kesulitan ekonomi yang sudah ada.
Penting bagi komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam menanggapi penggunaan fosfor putih di area berpenduduk. Ini termasuk menekan Israel untuk mematuhi standar hukum internasional, memberikan bantuan kepada korban, dan mendukung upaya dokumentasi serta investigasi independen terhadap pelanggaran yang terjadi.
Kesadaran dan advokasi publik memainkan peran penting dalam menyoroti isu ini. Media, organisasi non-pemerintah, dan individu harus terus menginformasikan dan menekan pemerintah serta badan internasional untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna mencegah penggunaan senjata yang tidak manusiawi ini di masa depan.
Baca Juga: Silaturahim dengan Sulaturahmi, Ternyata Berbeda Makna
Pada akhirnya, perlindungan warga sipil dalam konflik bersenjata harus menjadi prioritas utama. Penggunaan senjata seperti fosfor putih yang menyebabkan penderitaan tak terbayangkan tidak dapat dibenarkan dan harus dihentikan. Komunitas internasional memiliki tanggung jawab moral dan legal untuk memastikan bahwa hukum humaniter internasional ditegakkan dan bahwa mereka yang melanggarnya dimintai pertanggungjawaban.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Keistimewaan Puasa Enam Hari Bulan Syawal Seperti Berpuasa Setahun