Oleh: Uray Helwan Rusli, Majelis Kutab Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Kalimantan Barat
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS. Almaidah:78)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah melaknat orang-orang kafir kalangan Bani Israil dari masa yang cukup lama, melalui apa yang telah Dia turunkan kepada Nabi Dawud alahi wasallam, dan melalui lisan Isa ibnu Maryam. Hal itu disebabkan kedurhakaan mereka kepada Allah dan tindakan mereka yang sewenang-wenang terhadap makhluk Nya. Al Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas bahwa mereka telah dilaknat dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al Furqon (Al Quran). [1]
Perihal Bani Isral yang mendapatkan kutukan dari Allah Subhanahu wataala, juga terdapat dalam ayat-ayat lain. Masih dalam surah Al Maidah ayat 64 disebutkan, mereka dilaknat lantaran melecehkan sifat Allah dengan mengatakan Tangan (kekuasaan) Allah terbelenggu (kikir). Allah Subhanahu wata’ala Maha Agung dan Maha Sempurna, tidak mungkin memiliki sifat itu, dalam lanjutan ayat yang sama, DIA menjawabnya: kedua tangan (kekuasaan) Allah terbuka, DIA menafkahkan sebagaimana DIA Kehendaki.
Surah Al Baqarah ayat 159 yang menyatakan tentang mereka menyembunyikan apa yang telah Allah Subhanahu wata’ala turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk padahal Allah telah menerangkannya kepada manusia, mereka mendapat laknat dari Nya bahkan dari semua makhluk yang dapat melaknat. Ayat ini juga bersangkutpaut dengan Yahudi, yang menyembunyikan pengetahuan mengenai sifat nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam, sebagaimana diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir.[2] Mereka bermaksud demikian lantaran tidak ingin kebenaran yang mereka ketahui dari al-kitab tersebar dan menambah keimanan umat Islam kala itu.
Berikutnya masih terkait surah Al Baqarah. Disebutkan dalam Tafsir AthThobari[3] (dan banyak kitab lainnya) dari Ibnu Abbas: “Sesungguhnya orang-orang Yahudi sebelum diutusnya Beliau, berharap dapat mengalahkan kaum Aus dan Khazraj dengan kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Allah mengutus beliau dari kalangan Arab, orang-orang Yahudi kufur kepada Beliau dan mengingkari perkataan yang dulu pernah mereka ucapkan tersebut. Maka berkatalah kepada mereka, Muadz bin Jabal dan Bisyr bin Barra dari Bani Salamah: “Wahai orang-orang Yahudi, bertaqwalah kepada Allah dan masuk Islamlah kalian, padahal dulu kalian berharap dapat mengalahkan kami dengan kehadiran Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika kami dalam keadaan musyrik. Kalian pun telah mengabarkan kepada kami bahwa beliau akan diutus serta kalian sampaikan sifat-sifat beliau kepada kami.” Maka berkata Salam bin Misykam dari Bani Nadhir, ”Nabi yang kami kenal masih belum datang. Dan dia (muhammad) bukanlah nabi yang kami ceritakan kepada kalian.” Maka Allah menurunkan ayat:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu”. (QS. Al Baqarah:89).
Begitulah Yahudi dengan berbagai perilaku buruk mereka, mendapat laknat dari Allah Subhanahu wata’ala. Meskipun kita tidak menapikan ada diantara mereka yang berbuat baik sehingga luput dari kutukan, namun sebagian besar bertindak nista. Hanya saja, masa mereka Allah takdirkan terbentang panjang. Sebagaimana prediket laknat mereka yang juga telah berumur lama.
Ironisnya orang Yahudi justru bangga dengan semua itu. Mereka tetap eksis hingga kini, dengan sifat dan karakter tidak pernah berubah sebagai biang kerusakan di muka bumi, namun dengan kemasan yang berbeda.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dari Yahudi, Lahirlah Zionisme
Dalam torehan panjang sejarah Yahudi, ada satu semangat yang selalu mereka pelihara, yakni kembali ke Zion. Max. I. Dimont, seorang Yahudi Amerika kelahiran Finlandia dalam bukunya yang terbit tahun 1970an, The Jews, God and History, menyatakan ide kepulangan ke Yerusalem telah meresap ke dalam pikiran orang Yahudi, sejak hari-hari pertama diaspora[4]. Meskipun bangsa Yahudi telah kehilangan kepemilikan fisik atas Palestina, mereka tidak pernah menghentikan harapan bahwa suatu saat akan menegakkan kembali ibukota mereka di Zion.[5]
Inilah yang melandasi lahirnya Zionisme. Kata Zion pada sejarah awal Yahudi, merupakan sinonim untuk kota Yerusalem.[6] Menurut keyakinan Yahudi, Zion adalah nama asli benteng Jebusite di Yerusalem, ketika kota direbut oleh raja David, ia menjadikan Zion sebagai simbol bagi Jerusalem.[7] Sejak permulaan kisah mereka hingga periode modern, semangat kembali ke Zion tidak pernah terorganisir dengan baik. Selain itu mereka meyakini bahwa kembalinya ke Tanah yang dijanjikan akan dipimpin oleh seorang Messiah. Atau dengan kata lain, istilah Zion semata-mata urusan agama yang identik dengan keyakinan ortodoks.
Zionisme modern, yang melingkupi ranah politik pertama kali dicetuskan oleh Nathan Bernbaum dengan berdirinya Zionisme Internasional pada tanggal 1 Mei 1876 di New York, Amerika Serikat.[8] Pada abad ke 19, muncul tokoh-tokoh Yahudi lainnya, menggaungkan kembali Zionisme yang kemudian dituntaskan oleh Theodore Herzl.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Herzl kemudian diangkat sebagai pemimpin Organisasi Zionis yang didirikan seiring dengan Kongres pertama di Basle, Swis tahun 1897. Gerakan ini yang paling terorganisir dari gerakan-gerakan sejenis lainnya yang pernah berdiri sebelumnya. Tiga perangkat pendukung utama yang paling penting: Jewish Colonial Trust berfungsi sebagai bank Zionis, Jewish National Fund bertugas mendapatkan tanah untuk orang Yahudi dan surat kabar Die Welt sebagai organ resmi organisasi.[9]
Ada dua persyaratan bagi orang Yahudi yang akan bergabung dengan organisasi ini, yakni menerima program kerja dan membeli shekel (istilah untuk iuran). Gerakan ini terus berkembang, terbukti pada kongres Zionis ke XXII yang dilangsungkan setelah Perang Dunia II (1946), lebih dari dua juta Yahudi yang bergabung dari berbagai belahan dunia dan 2.159.840 shekel yang terkumpul.[10]
Mereka juga berhasil menjadikan Yerusalem sebagai markas organisasi ini sejak tahun 1939. Menambah populasi Yahudi di Palestina dari 12.000 orang sebelum tahun 1880, menjadi 758.000 jiwa pada tahun 1948 dan 2.000.000 orang pada tahun 1960.[11] Dan satu hal yang menjadi tonggak bersejarah mereka tanggal 14 Mei 1948 jam 04.00 sore, David Ben Gurion yang berdiri dibawah potret Herzl mengumumkan lahirnya negara Yahudi Israel.
Secara de jure, ini menjadi puncak tonggak pencapaian Yahudi yang terpendam selama 2000 tahun. Awal dari wujudnya negara impian untuk mengulang kejayaan King Solomon puluhan abad silam. Tentu saja menurut keyakinan mereka.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Makar Kerusakan
Zionisme identik dengan makar dan kerusakan. Untuk merealisasikan cita-cita membentuk negara Israel Raya, segala upaya mereka lakukan. Perangai buruk dan konspirasi kotor pun jadi identitas yang melekat.
Untuk membangun simpati dunia terhadap kebutuhan sebuah negara bagi kaum Yahudi, mereka mengorbankan darah daging sendiri. Rekayasa Holocaust pun tercipta. Tahun 1933 para tokoh Zionis memobilisasi boikot terhadap Jerman. Boikot ini tidak terlalu mengganggu negara Hitler itu, sebaliknya justru menjadi awal malapetaka bagi Yahudi Eropa. Akibat kemarahan pemimpin Jerman, maka genosida pun terjadi. Ironisnya para petinggi Zionis hanya diam saja tanpa ada upaya berarti.
Sebenarnya tokoh-tokoh Zionis bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan pembantaian Yahudi oleh Jerman. Pada 6-15 Juli 1938, Presiden Roosevelt menggelar Konferensi Evian untuk menangani pengungsi Yahudi. Delegasi Jews Agency Golda Meir mengabaikan tawaran Jerman untuk mengizinkan Yahudi pindah ke negara lain dengan biaya 250 dolar per kepala dan para Zionis tidak berupaya mempengaruhi Amerika Serikat dan 32 negara lainnya yang menghadiri konferensi untuk menyelamatkan imigran Yahudi Jerman dan Austria.[12]
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Selain itu Jerman pernah menawarkan semua Yahudi Eropa untruk transit di Spanyol dengan berbagai persyaratan, namun para petinggi Zionis mengabaikan, bahkan salah satu jawaban yang mereka sampaikan: “Kaum Yahudi Eropa harus menyetujui penderitaan dan kematian yang lebih besar dari pada bangsa lainnya, agar para sekutu yang menang setuju untuk sebuah ‘Negara Yahudi’ pada akhir perang.”[13]
Konspirasi besar kaum Zionis prinsip dasarnya terangkum dalam Protokolat-Protokolat Hakim-Hakim Zionisme atau biasa dikenal Protokol Zionisme. Hingga sekarang belum diketahui pasti siapa peletak dasarnya dan kapan waktunya. Naskah protokol yang awalnya sangat rahasia ini, bocor secara tidak sengaja kemudian dipubilkasikan oleh seorang Profesor Rusia, Sergio Nilos pada tahun 1901.[14]
Isi Protokol tersebut menjadi cetak biru sepanjang masa bagi kalangan Zionis untuk merancang tata dunia di dalam genggaman mereka. Memuat rancangan terorisme, konsep politik kotor, kebebasan untuk chaos dan huru-hara, media massa sebagai kekuatan propoganda, skenario perpecahan, monopoli ekonomi dan produksi, sebarkan paham merusak generasi, menguasai dan mengontrol kantor berita, memusnahkan agama apapun selain Yahudi dan lain-lain.
Saat ini terbukti, satu persatu poin dari protokol tersebut menjadi nyata. Mereka euforia, merasa berjalan menuju kemenangan, namun sebenarnya skenario Ilahiyah tidak pernah berhenti justru takdir kehancuran yang sedang menunggu kaum yang dilaknat ini.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kehancuran Zionisme, Suatu Keniscayaan
Sejarah awal interaksi Bani Israil terhadap Yerusalem (Baitul Maqdis) dibangun atas perintah dengan penekanan dahsyat. Yakni masuk ke dalamnya dengan bersujud, sembari bukit Thursina yang diangkat diatas kepala mereka, seakan-akan siap dijatuhkan. Al Quran mengungkap hal ini:
وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّورَ بِمِيثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُواْ الْبَابَ سُجَّداً وَقُلْنَا لَهُمْ لاَ تَعْدُواْ فِي السَّبْتِ وَأَخَذْنَا مِنْهُم مِّيثَاقاً غَلِيظاً
Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: “Masuklah pintu gerbang (Baitul Maqdis) itu sambil bersujud”, dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu”, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh. (QS. An Nisa:154).
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Secara futuristik perintah dalam ayat tersebut mengandung makna untuk tunduk menjaga kesucian Baitul Maqdis hingga kapanpun. Jika itu tidak mereka lakukan maka Bukit Thursina akan Allah timpakan ke atas kepala mereka, atau azab yang setimpal dengan itu. Namun bukan Yahudi kalau tidak membangkang. Mereka melanggar perintah tersebut. Mereka katakan, “Kami dengar tapi kami maksiyati” (QS. Al Baqarah:93).
Berbagai kemaksiyatan dan keburukan perilaku mereka perlihatkan selama berada di bumi yang diberkahi itu. Bertindak buruk terhadap Nabi Dawud dan Sulaiman alaihimussalam serta berpecah belah setelahnya. Sama sekali tidak tampak sebagai umat yang sujud dan tunduk terhadap kesucian Baitul Maqdis. Akibatnya mereka dihukum. Diserang oleh musuh (Nebukadnezzar) dan disamaratakan dengan tanah. Mereka banyak yang dibunuh, ditawan, dijadikan budak dan terusir dari negeri. Insyaa Allah inilah “Bukit Thursina yang ditimpakan atas mereka” itu. Tobatkah Yahudi?
Kemaksiyatan berlanjut. Sebagian mereka Allah kembalikan ke Yerusalem dari pengasingan di Babilonia. Bukan malah bersyukur, mereka justru bersekongkol dalam pembunuhan para Nabi yang Allah utus kepada mereka, Nabi Zakaria, Yahya dan Isa alaihimussalam. Namun Nabi Isa Allah selamatkan dari kekejian tersebut. Sebagai hukuman, Allah datangkan raja zalim (Kaisar Romawi) yang menghancurkan mereka. Kembali Yerusalem disamaratakan dengan tanah dan orang Yahudi dibinasakan. Ini kehancuran kedua dan lagi-lagi ini ibarat bukit Thursina yang dijatuhkan ke atas mereka.
Apakah hukuman tersebut berakhir sampai di sini? Ancaman ini terus berlanjut, seiring dengan perilaku buruk yang mereka perlihatkan. Kali ini disambut Zionis yang menapaktilas kedurhakaan para pendahulu mereka. Seharusnya ketika mereka kembali ke Yerusalem, menjunjung tinggi kemuliaan Baitul Maqdis dengan tetap menjadikannnya sebagai Masjid sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al Quran, dan begitupula yang telah diperbuat oleh Nabi-nabi terdahulu.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Namun kini mereka berniat menghancurkannya, melarang orang-orang lain yang justru akan berbuat untuk memakmurkannya dan bergerak sistematis akan menggantikannya dengan Kuil Ketiga. Seperti hukuman yang telah diterima sebelumnya, kali ini pun mereka akan rasakan, yakni: “…(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” QS. Al Isra:7.
Ya, mereka akan dihancurkan ketika saatnya tiba. Ini sekaligus sebagai kehancuran akhir zaman bagi mereka, dan ini ibarat bukit Thursina yang dijatuhkan ke atas mereka, sebagaimana ayat di atas. Jadi kehancuran Zionisme adalah suatu keniscayaan, pasti akan terjadi. Wallahu a’lam.
Catatan Kaki
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
[1] Tafsir Al Quranul Azhim, Imam Ibnu Katsir, jilid 2, hal. 103, Darul Fikr.
[2] Tafsir Al Quranul Azhim, Imam Ibnu Katsir, jilid 1, hal. 249, Darul Fikr.
[3] Maktabah Syamilah, Tafsir AthThobari/Jami’ul Bayan, Juz 2 Hal. 333
[4] Diaspora atau pengasingan akibat serangan Nebukadnezzar, raja Babilonia pada abad 6 SM yang menghancurkan kota Yerusalem.
[5] Max. I.Dimont; Jews, God and History, edisi bahasa Indonesia: Kisah Hidup Bangsa Yahudi Kepongahan yang Menelanjangi Dunia Barat, Penerbit Masasena, 2002. Hal. 344
[6] Prof. Jacob Katz & Firends, Teraj. Sejarh Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme, 1997, alih bahasa: Joko Susilo, MA, Pustaka Progresif Surabaya, Hal. 19
[7] Max. I.Dimont; Jews, God and History, edisi bahasa Indonesia: Kisah Hidup Bangsa Yahudi Kepongahan yang Menelanjangi Dunia Barat, Penerbit Masasena, 2002. Hal. 344
[8] Z.A. Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, 2002, Penerbit Daseta, Jakarta, Hal. 7
[9] Prof. Jacob Katz & Firends, Teraj. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme, 1997, alih bahasa: Joko Susilo, MA, Pustaka Progresif Surabaya, Hal. 183
[10] Idem.
[11] Max. I.Dimont; Jews, God and History, edisi bahasa Indonesia: Kisah Hidup Bangsa Yahudi Kepongahan yang Menelanjangi Dunia Barat, Penerbit Masasena, 2002. Hal. 358
[12] Haris Priyatna, 2009, Kebiadaban Zionisme Israel Kesaksian Orang-orang Yahudi, Mizan Pustaka, Bandung, Hal. 54
[13] idem
[14] Prof. Dr. Ahmad Syalabi, Sejarah Yahudi dan Zionisme, Alih Bahasa: Anang Rikza Masyhadi dkk, 2006, Penerbit CV. Arti Bumi Intaran, Hal. 279
(P3/P1)