Zona Aman

Wawan Ruswandi, Pengusaha Muslim Garut

Oleh Wawan Ruswandi | Pengusaha Muslim Garut, Jawa Barat

Dalam satu kesempatan sesi pelatihan bisnis untuk para pengusaha, Saya kembali mendapati kisah tentang seorang yang hidup di pinggir rel kereta api.

Kisah ini menceritakan bagaimana orang tersebut punya rumah di pinggir rel kereta. Tiap hari, saat hilir mudik lalu lalang kereta api dengan suara yang berisik itu, si pemilik rumah biasa saja.

Ia merasa tidak terganggu dengan suara berisik kereta yang lewat. Apakah itu melintas di malam hari siang hari, atau pagi hari. Tiada beda bagi si penghuni rumah, semua berlalu begitu saja. Ia masih bisa tidur nyenyak.

Saya menyebut kisah pemilik rumah di pinggir rel kereta itu adalah manusia yang hidup di Zona aman. Ia tidak lagi merasa ada sesuatu yang akan merugikannya dan akan membahayakannya.

Baca Juga:  Fadli Zon Dukung Rencana IPU Kunjungi Rafah, Palestina 

Zona aman, bagi sebagian orang dianggap situasi yang menguntungkan dan itu pandangan umumnya manusia. Namun, dalam perspektif dunia usaha zona aman sebenarnya bahaya yang mengintai para pengusaha.

Zona aman, atau “comfort zone,” adalah kondisi di mana individu merasa aman dan nyaman karena situasi atau aktivitas yang dihadapi sudah dikenal dan mudah dikelola.

Dalam konteks bisnis, tetap berada dalam zona aman bisa menjadi masalah karena beberapa alasan antara lain, kurangnya Inovasi.

Bisnis yang tidak berani keluar dari zona aman cenderung stagnan dan tidak melakukan inovasi. Inovasi diperlukan untuk mengikuti perkembangan pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berubah.

Zona aman akan mengakibatkan para pengusaha akan tertinggal dari Kompetitor yang lebih berani mengambil risiko dan berinovasi dengan cepat.

Baca Juga:  Juara Dunia UFC, Islam Makhachev Tunaikan Ibadah Haji

Bisnis yang hanya melakukan aktivitas yang sudah dikenal tidak akan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan seringkali memerlukan eksplorasi pasar baru, produk baru, atau metode operasi baru.

Saat ini, di tengah perubahan teknologi dan pasar yang cepat, bisnis yang tidak siap beradaptasi akan kesulitan bertahan.

Segeralah keluar dari zona aman mempersiapkan perusahaan untuk lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan. Jangan puasa dengan capaian keuntungan yang diraih.

Banyak perusahaan besar di sekitar kita yang aman-aman saja, tiba-tiba mengumumkan diri tutup dan mengatakan selamat tinggal kepada pelanggan.

Secara keseluruhan, meskipun zona aman bisa memberi stabilitas jangka pendek, untuk keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang, bisnis perlu berani mengambil langkah-langkah yang keluar dari zona aman dengan perhitungan yang matang.

Baca Juga:  Pejabat PBB: Kerusakan di Gaza Sulit Digambarkan

Jika seorang pengusaha, masih bertahan di Zona Aman. Siap-siap, ia akan dilindas zaman dan terbelalak ketika orang-orang di sekitarnya telah bergerak jauh, sementara ia masih seperti manusia yang hidup di pinggir rel kereta api.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Arif Ramdan

Editor: Widi Kusnadi