Brussels, 17 Jumadil Akhir 1437/26 Maret 2016 (MINA) – Seorang guru Muslimah yang bekerja di sebuah sekolah Islam di Brussels, Belgia, satu di antara mereka yang tewas dalam serangan bom di stasium metro.
Setelah kematiannya dikonfirmasi, guru-guru dan siswanya telah berduka karena kehilangan Loubna Lafquiri, seorang ibu muda dari tiga orang anak. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sejak Selasa, mereka telah mengkhawatirkan nasib Lafquiri, sebab di hari serangan, dia tidak muncul untuk mengajar. Dia selalu bepergian menggunakan metro.
serangan terkoordinasi di bandara Zaventem dan stasiun metro Maelbeek di ibukota Belgia, menyebabkan 31 orang tewas. Serangan diklaim oleh kelompok Islamic State (ISIS/Daesh).
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa, tapi marah dan menolak iman orang-orang yang mengaku sebagai Muslim (ISIS),” kata Mohamed Allaf, Sekjen Sekolah Asosiasi Muslim. “Tidak ada agama di dunia yang menganjurkan membunuh manusia.”
Para siswa memilih mengekspresikan diri mereka dalam gambar, puisi dan pesan. Guru lainnya mengatakan, mereka berharap cara itu bisa membantu anak-anak mengobati rasa kehilangan mereka.
Di masjid-masjid di seluruh Brussels, tema tentang serangan telah mendominasi isi khutbah salat Jumat. Muslim di Belgia telah berpikir tentang posisi mereka dalam masyarakat Belgia dan mereka khawatir tentang kondisi di waktu yang akan datang.
Khadijah Zamouri, seorang anggota parlemen Muslim di Brussels, mengatakan, anak-anaknya mulai mempertanyakan tentang agamanya.
Baca Juga: Ribuan Warga Inggris Demo Kecam Genosida Israel
Para korban serangan bom pada Selasa lalu berasal dari beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, India, Maroko, Peru dan Cina. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah