Dakar, MINA – Jaringan Solidaritas Palestina Pan-Afrika (PASN) mengatakan, delegasi dari 21 negara Afrika yang bersidang di Dakar Sabtu (12/3) menyusun strategi solidaritas untuk perjuangan Palestina.
Seperti dikutip dari Wafa pada Selasa (14/3), para delegasi mendengarkan laporan langsung tentang ketahanan dan perlawanan rakyat Palestina terhadap rezim apartheid Israel dan menyambut baik laporan terbaru Amnesty International.
Mereka membahas penetrasi apartheid Israel di benua Afrika, tercermin dalam akreditasi memalukan Israel sebagai pengamat Uni Afrika pada Juli 2021.
Para delegasi mengatakan, akreditasi Israel ke blok 55-anggota itu dipicu peningkatan kerja sama militer antara Israel dan beberapa rezim Afrika yang pembelian senjatanya membiayai praktik genosida Israel terhadap Palestina dan memicu penindasan serta perang di Afrika.
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
Penjualan perangkat keras militer dan teknologi pengawasan dan keamanan Israel seperti spyware Pegasus ke berbagai pemerintah Afrika merusak demokrasi dan hak-hak rakyat di benua tersebut.
Menjawab klaim Israel membantu Afrika dengan proyek-proyek pertanian, para peserta mengatakan, Israel berusaha untuk menutupi kejahatan apartheidnya dengan menjual peralatan irigasi dan teknologi pertanian ke negara-negara Afrika. Faktanya, proyek-proyek ini tidak berkelanjutan dan merusak komunitas lokal.
Mereka juga membahas pengaruh Zionisme Kristen di Afrika yang berusaha memberikan pembenaran teologis untuk kejahatan apartheid Israel.
Sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat PASN, mereka berjanji untuk membantu kampanye Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), memastikan bahwa Afrika menjadi zona bebas apartheid dan berkomitmen untuk melawan mesin ‘hasbara’ (propaganda negara) Israel dan kekuatannya.
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir
Mereka menuntut pemerintah Afrika, komunitas ekonomi regional dan Uni Afrika (AU) untuk mencabut akreditasi Israel ke AU, mengakui Israel sebagai negara apartheid dan menekan PBB untuk menyelidiki praktik apartheid Israel dan mengaktifkan kembali mekanisme anti-apartheidnya, segera mengakhiri pembelian semua militer Israel dan teknologi pengawasan, akhiri proyek agroindustri dan air dengan perusahaan Israel, akhiri hubungan diplomatik dengan Israel dan dengan demikian membuka jalan bagi isolasi Israel dari dunia, sama seperti apartheid Afrika Selatan diisolasi.
“Kami yakin bahwa kami, orang Afrika, tidak akan pernah bisa menikmati buah dari pembebasan kami sampai rakyat Palestina juga dibebaskan dari rasisme, apartheid, dan pendudukan kolonial Israel,” pungkas pernyataan tersebut. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih