London, MINA – Sejumlah 26 komunitas mahasiswa Palestina di universitas-universitas Inggris telah mengeluarkan pernyataan mendesak pemerintah Inggris untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel dan mengecam pembantaian demonstran tidak bersenjata di Gaza.
Pernyataan itu muncul menyusul tindakan keras mematikan militer Israel terhadap demonstran Palestina pada tanggal 14 Mei, menentang pembukaan kedutaan AS di Yerusalem yang diduduki.
“Pemerintah Inggris terus menyetujui penjualan senjata ke Israel, bertentangan dengan peraturan ekspornya sendiri. Sementara impor perangkat keras militer ke Israel terbukti digunakan untuk perang,” bunyi pernyataan seperti disebutkan Palinfo, Kamis (24/5/2018).
Para mahasiswa mengecam kekerasan Israel yang terus berlanjut terhadap mereka yang berpartisipasi dalam aksi kembali pulang Great March of Return.
Baca Juga: Yaman Tegaskan Dukungan Penuh untuk Palestina, Siap Hadapi Segala Agresi
Mereka menyerukan kepada Pemerintah Inggris “untuk memberlakukan embargo pada perdagangan senjata dua arah dengan Israel guna mengakhiri abad kejahatannya terhadap rakyat Palestina.”
Kelompok mahsiswa dari berbagai perguruan tinggi juga mendesak Inggris untuk bergabung dengan kampanye memboikot Israel.
Presiden Masyarakat Palestina di Universitas Aberdeen, Sarah Schröder, mengatakan kepada Middle East Monitor (MEMO), “Setelah 70 tahun Nakbah, kita harus melakukan segalanya untuk mencegah lebih banyak bencana di Palestina.”
“Sebagai mahasiswa di Inggris, kami merasa bertanggung jawab untuk berdiri bersama Palestina dan menjadi aktif untuk menghentikan penjualan senjata lebih lanjut ke Israel dan investasi universitas di Israel.”
Baca Juga: Pengadilan Brasil Terbitkan Surat Penangkapan Seorang Tentara Israel atas Kejahatan Perang di Gaza
Presiden City University Palsoc, Abdelrahman al-Tamimi mengatakan bahwa pemerintah Inggris harus lebih menekan agresi Israel.
“Kami perlu mengingatkan semua orang tentang kejahatan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah Israel terhadap rakyat Palestina,” katanya.
Presiden Warwick Friends of Palestine Society, Yasmin Huleileh, mengatakan bahwa “Tidak cukup bagi orang untuk menjadi penonton dan hanya menunggu. Ini adalah contoh ketidakadilan abad modern, perampasan hak asasi manusia, penjajahan, dan pendudukan yang brutal.”
“Jika Anda mendukung hak asasi manusia, bantulah mengakhiri pendudukan,” serunya.
Baca Juga: Israel Bakar Rumah dan Blokir Jalan di Lebanon Selatan
Ke-12 lembaga mahasiswa tersebut adalah:
1.City University Palestinian Society
2.UCL Friends Of Palestine
3.Aberdeen University Palestine Society
Baca Juga: Bergabung di Dewan HAM PBB untuk Pertama Kalinya, Kolombia Komitmen Dukung Palestina
4.University of Leeds – Palestine Solidarity Group
5.SOAS university Palestine society
6.Exeter University Friends of Palestine Society
7.Queen Mary Friends of Palestine
Baca Juga: PM Greenland Tolak Bergabung dengan AS dan Ingin Jadi Negara Merdeka Penuh
8.Brunel University London Friends of Palestine Society
9.KCL Action Palestine
10.Strathclyde Students for Palestine Society
11.Cambridge University Palestine Society
Baca Juga: Tiongkok Desak Israel Patuhi Hukum Kemanusiaan
12.University of Bristol Friends of Palestine
13.Goldsmiths Palestine Society
14.BDS campaign University of Manchester
15.Sussex Friends of Palestine society
Baca Juga: Penerbangan Internasional ke Bandara Damaskus akan Kembali Beroperasi Pekan Depan
16.Warwick Friends of Palestine Society
17.Aston University Palestine Society
18.Glasgow University Palestine Society
19.Sheffield Hallam Palestine Society
Baca Juga: Organisasi HAM Chile Ajukan Penangkapan Tentara Israel
20.University of Sheffield Palestine Society
21.SGUL Palestine society
22.Westminster students for Palestine society
23.The Palestine society university of Nottingham
Baca Juga: Dukungan Terus Berlanjut, AS akan Kirim Senjata Senilai USD 8 Miliar ke Israel
24.Oxford Students’ Palestine Society
25.Keel Friends of Palestine
26.University of York Palestinian Solidarity Society
(T/RS2/P1)
Baca Juga: Jaksa Minta Pj Presiden Korsel Izinkan Penangkapan Yoon
Mi’raj News Agency (MINA)