London, 26 Jumadil Akhir 1436/15 April 2015 (MINA) – Organisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia di Inggris (AOHR Inggris) mengatakan, anggaran Otoritas Palestina untuk 2014 terdapat perbedaan besar antara jumlah yang dialokasikan untuk masing-masing kementerian, sementara sektor keamanan menerima porsi terbesar dari anggaran tersebut.
Mengutip data yang dikeluarkanKementerian Keuangan Palestina, AOHR mengatakan, biaya sektor keamanan menyumbang 28 persen dari total pengeluaran sepanjang 2014.
Menurut data kementerian, jumlah beban keamanan selama tahun 2014 lebih dari $ 1 miliar (sekitar Rp 12 Triliun) dari total palestina/">anggaran Palestina $ 3,9 miliar (sekitar Rp 50 triliun), demikian Middle East Monitor (MEMO) melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu (15/4).
Data menunjukkan, biaya keamanan meningkat sebesar sembilan persen dibandingkan dengan tahun 2013 dan dua kali jumlah yang dialokasikan untuk Kementerian Kesehatan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Data juga menunjukkan beban Kementerian Pertanian selama 2014 mencapai hampir $ 27 juta (sekitar Rp 350 miliar), sedangkan Kementerian Pendidikan menerima $ 722 juta (sekitar Rp 9 triliun) dan Kementerian Kesehatan sekitar $ 512 juta(sekitar Rp 6 triliun).
AOHR Inggris mengatakan Palestina mempekerjakan hampir 70.000 orang di Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang tersebar keenam badan-badan keamanan yaitu polisi, Keamanan Preventif, Intelijen Umum, Intelijen Militer, Pasukan Keamanan Nasional dan Garda Presiden.
Organisasi itu mengatakan angka-angka ini menunjukkan Otoritas Palestina telah mengabaikan peran dasar sebagai wakil dari rakyat Palestina dan berubah menjadi badan keamanan yang melindungi kepentingan pendudukan Israel.
AOHR Inggris menyerukan kepada Otoritas Palestina untuk melanjutkan tanggung jawabnya terhadap rakyat Palestina dan menggunakan anggaran untuk membiayai proyek-proyek pembangunan sebagai gantinya. (T/L02/R05)
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas