Washington, 20 Dzulhijjah 14346/4 Oktober 2015 (MINA) – Lebih dari 30 ribu warga Amerika Serikat diberitakan tewas tiap tahun, akibat aksi bersenjata api oleh warga sipil yang melanda negara itu.
Menurut data yang dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan CDCP (The Center for Disease Control and Preventive), data tahun 2013 saja menyebutkan, lebih dari 30 ribu warga tewas akibat penembakan senjata api sipil.
“Data terus berkambang tahun-tahun berikutnya, dan kini telah menjadi begitu terbiasa adanya kekerasan bersenjata di negara,” laporan CDCP.
Masih menurut laporan, seperti disebutkan media setempat The Washington Post, Jumat (2/10), kekerasan bersenjata menjadi aksi kriminal paling keji, meliputi aksi penembakan terhadap anak-anak, sipil, dan wartawan tv, menjadi sebuah siklus berita harian media.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Tahun ini juga terjadi penembakan brutal terhadap jamah sebuah gereja warga kulit hitam yang sedang beribadah, yang dilakukan oleh pemeluk agama yang sama tapi berlainan warna kulit.
“Bahkan penembakan massal telah menjadi rutinitas,” sebut media.
Data menyebutkan, puluhan warga saat ini tewas hampir setiap hari. Hanya sebagian kecil dari kematian itu yang menjadi berita utama nasional. Tindakan kriminal yang telah merusak keamanan warga setempat dan keluarga yang terkena dampaknya.
Hal itu sampai membuat Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mengatakan dalam pidatonya di markas PBB pada Jumat (2/10), yang menyerukan Amerika Serikat untuk mengambil tindakan mengurangi kekerasan senjata api, setelah penembakan massal yang menewaskan sembilan orang di sebuah kampus di negara bagian Oregon, AS.
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
“Amerika Serikat melalui proses demokrasi yang kuat kami harapkan dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi jumlah korban mengerikan dalam kehidupan manusia akibat kekerasan senjata di masyarakat Amerika,” ujarnya.
Menurut catatan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan UNODC (The United Nations Office on Drugs and Crime), 67% dari semua kasus pembunuhan di AS dilakukan menggunakan senjata api.
Presiden Barack Obama sendiri merasa geram dengan semakin maraknya aksi penembakan bersenjata di negaranya. Obama menyinggung perlunya peraturan kepemilikan senjata di negaranya lebih diperketat. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu