Tel Aviv, MINA – Sebanyak 41 tentara penjajah Israel pada Selasa (10/6) mengumumkan penolakan mereka untuk melanjutkan dinas militer, menyebut genosida yang terus berlangsung di Gaza sebagai perang “demi bertahan hidup politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu,” bukan demi keamanan Israel atau penyelamatan sandera.
Para tentara tersebut berasal dari unit intelijen dan perang siber militer Israel. Mereka mengirim surat yang telah ditandatangani kepada Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Katz, Kepala Staf Eyal Zamir dan anggota kabinet lainnya, seperti dilaporkan harian Yedioth Ahronoth.
Dalam surat berjudul “Soldiers for the Hostages” (Tentara untuk Para Sandera), mereka menyatakan bahwa kampanye militer baru di Gaza bukanlah keputusan keamanan, melainkan keputusan politik. Mereka mengkritik perluasan operasi militer di Jalur Gaza sebagai upaya untuk “mempertahankan koalisi pemerintahan,” bukan untuk melindungi warga Israel.
Mereka menegaskan tidak akan ambil bagian dalam apa yang mereka sebut “perang bertahan hidup Netanyahu.” Beberapa menyatakan akan menolak secara terbuka, sementara lainnya akan menggunakan bentuk protes “wilayah abu-abu” yang lebih tenang.
Baca Juga: Media Ungkap Israel Lancarkan Serangan Udara di Gaza Lindungi Milisi Abu Shabaab
Pada awal Juni, Zamir memerintahkan militer memperluas serangan darat di Gaza ke wilayah utara dan selatan, meski krisis kemanusiaan di wilayah tersebut terus memburuk.
Militer Israel mengklaim bahwa tujuan operasi tersebut adalah untuk menciptakan kondisi bagi pembebasan sandera dan kekalahan total Hamas.
Saat ini Israel memperkirakan masih ada 56 sandera di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup. Di sisi lain, lebih dari 10.100 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi sangat buruk, termasuk penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, menurut laporan kelompok HAM Palestina dan Israel.
Hamas telah berulang kali menawarkan pembebasan seluruh sandera Israel dengan syarat: diakhirinya perang, penarikan total pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan tahanan Palestina. Namun, Netanyahu menolak tawaran tersebut dan bersikeras pada pelucutan senjata kelompok perlawanan Palestina serta menginginkan kendali kembali atas Gaza.
Baca Juga: Laporan PBB: Israel Bersalah Lakukan Pembantaian di Gaza
Oposisi Israel dan keluarga para sandera menuduh Netanyahu memperpanjang perang untuk menyenangkan mitra koalisi sayap kanan dan mempertahankan kekuasaannya.
Sejak Oktober 2023, militer Israel melancarkan serangan brutal ke Gaza yang menewaskan hampir 55.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, meski mendapat seruan internasional untuk gencatan senjata. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Gaza Bantah Klaim Israel soal Penemuan Terowongan di Bawah Rumah Sakit Eropa