Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

53 Wartawan Terbunuh di Seluruh Dunia Sepanjang 2018

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 20 Desember 2018 - 07:11 WIB

Kamis, 20 Desember 2018 - 07:11 WIB

1 Views



Washington, MINA – Sejumlah 53 wartawan terbunuh di seluruh dunia sepanjang tahun 2018, menurut laporan yang dirilis Rabu (19/12) oleh Komite untuk Melindungi Wartawan (CPJ).

Jumlah itu tercatat hingga 14 Desember. Angka tersebut naik dari tahun lalu, ketika 18 wartawan terbunuh saat melaksanakan pekerjaan mereka. Anadolu Agency melaporkan.

CPJ juga menyebutkan, dalam daftar itu termasuk pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan dan kolumnis Saudi untuk The Washington Post, yang terbunuh setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada awal Oktober.

Organisasi itu menyalahkan pada kurangnya kepemimpinan internasional dalam hal keamanan wartawan.

Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi

Majalah Time pekan lalu menobatkan Khashoggi bersama dengan wartawan lainnya, termasuk wartawan Reuters Kyaw Soe Oo dan WaLone yang telah dipenjara di Myanmar, sebagai Person of the Year.

Uni Eropa juga menghadapi masalah dengan keamanan wartawan, seperti Jan Kuciak, seorang wartawan investigasi yang menyelidiki korupsi di Slowakia ditembak mati bersama tunangannya pada bulan Februari.

Petugas berwenang juga masih menyelidiki kematian Viktoria Marinova, yang diperkosa, dipukuli dan dicekik sampai mati di Bulgaria pada bulan Oktober.

Negara yang paling berbahaya bagi wartawan adalah di Afghanistan, menurut laporan itu.

Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel

Sebanyak 13 wartawan tewas di Afghanistan pada tahun 2018, dan termasuk paling banyak sejak komite itu mulai melacak kematian wartawan pada tahun 1992.

Angka yang meningkat ini muncul setelah penurunan dua tahun, dan komite mengatakan itu telah menyebabkan krisis di dunia jurnalisme.

“Konteks untuk krisis bervariasi dan kompleks, dan terkait erat dengan perubahan teknologi yang telah memungkinkan lebih banyak orang untuk berlatih jurnalisme. Bahkan karena telah membuat jurnalis masuk ke dalam kelompok politik yang membutuhkan media berita untuk menyebarkan pesan mereka,” tambah laporan itu. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Internasional
Palestina
Indonesia