Tel Aviv, 8 Dzulqa’dah 1436/23 Agustus 2015 (MNA) – Lebih dari 600 wanita pekerja prostitusi Israel melakukan demo atas kasus bunuh diri yang menimpa rekan mereka, Jessica, di sebuah rumah bordil di Tel Aviv, Sabtu malam (22/8).
Koran setempat Haaretz melaporkan, demo para pelacur tergolong langka, apalagi berkaitan dengan kasus bunuh diri yang menimpa komunitas mereka sendiri.
Telah terjadi 31 kasus kematian sejak rumah bordir Saleet beroperasi tujuh tahun lalu. Sementara itu lembaga-lembaga HAM internasional mengatakan rata-rata lebih dari 3.000 wanita didatangkan ke Israel untuk pekerjaan protistusi. Laki-laki hidung belang Israel yang mengunjungi rumah-rumah protistusi rata-rata mencapai jumlah 1 juta setiap bulan.
Polisi Israel setempat meminta agar aksi demo tidak dilanjutkan di depan rumah bordil Saleet, di mana wanita itu bekerja, namun agar pindah ke tempat lain.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Salah satu wanita yang datang ke tempat demonstrasi, Eti (60) mengatakan, ia mendengar kasus bunuh diri itu dari temannya dan datang untuk mengekspresikan dukungan.
Para demonstran membawa poster dengan slogan-slogan antara lain “Semua prostitusi adalah perkosaan”. Ada juga, “Selama wanita bisa dibeli, tidak ada wanita dilindungi”, dan lainnya.
Namun media menyebutkan, aksi tersebut tidak mempengaruhi para pelanggan rumah bordil itu.
Anggota Parlemen Israel Knesset dari Uni-Zionis, Merav Michaeli mengatakan, ia akan mendorong adanya undang-undang untuk memberikan pelayanan rehabilitasi kepada perempuan pekerja protistusi.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Lahan Subur Prostitusi
Sivan (35), wanita yang bekerja bersama Jessica, mengatakan, demonstrasi itu adalah penting agar ada perubahan persepsi masyarakat tentang profesi ini.
“Ini penting, bagian dari proses yang akan menyebabkan perubahan dalam persepsi masyarakat umum tentang prostitusi,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa dirinya awalnya juga pekerja protistusi. Namun kemudian berhenti karena merasa seperti membunuh dirinya sendiri dan seperti di dalam neraka.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
“Tidak ada hal seakan prostitusi adalah pilihan. Para wanita dihadapkan dengan dunia gelap yang sulit keluar dari situ,” imbuhnya.
Naomi Ze’evi-Rivlin, aktivis yang mengarahkan program untuk rehabilitasi perempuan yang telah menjadi pekerja protistusi, mengatakan, protes pada Sabtu malam itu adalah demonstrasi pertama atas nama perempuan pelacur di Israel.
“Jessica adalah kasus kematian ke-31 pelacur di Tel Aviv, sejak rumah bordil Saleet didirikan tujuh tahun lalu, rata-rata kematian setiap tiga bulan, dengan usia rata-rata perempuan pada saat kematian 40 tahun,” papar Ze’evi-Rivlin.
Laporan media mengungkapkan, bahwa Israel ternyata menjadi pusat perdagangan kaum perempuan dari berbagai negara, untuk dijadikan pelacur. Kaum perempuan itu bahkan ada yang dipaksa atau tertipu iklan yang menawarkan studi di Israel.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Sebut saja Maria asal Ukraina, yang datang ke Israel tahun 1999 memenuhi panggilan kesempatan studi di Israel, dari sebuah iklan yang ia baca. Namun, ketika ia sampai di Israel, ia dibawa ke sebuah apartemen di kawasan Ashkelon, untuk dijadikan sebagai pekerja protistusi.
Media The Guardian menyebutkan, jumlah pengunjung rumah-rumah prostitusi di Israel mencapai satu juta per bulan.
Juga disebutkan, berdasarkan laporan berbagai lembaga-lembaga HAM internasional, sedikitnya 3.000 perempuan setiap tahunnya diselundupkan ke Israel untuk dijadikan sebagai pelacur. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian