Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 Dosa Besar Membuka Aurat di Hadapan Non-Mahram

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 35 menit yang lalu

35 menit yang lalu

4 Views

Muslimah berjilbab syar'i (foto: ig)

DI TENGAH derasnya arus gaya hidup modern, seorang Muslimah sering berada di persimpangan antara menjaga kehormatan diri dan mengikuti arus tren dunia. Media sosial berlomba memamerkan tubuh, mode berani dianggap biasa, dan standar kecantikan terus berubah dari hari ke hari. Namun, Islam mengangkat derajat wanita bukan karena tubuhnya dipamerkan, tetapi karena kehormatannya dijaga.

Ketahuilah, aurat bukan sekadar aturan berpakaian—ia adalah amanah dari Allah, perhiasan yang harus dirawat, dan tameng yang melindungi seorang Muslimah dari pandangan serta godaan dunia. Ketika aurat terbuka di hadapan non-mahram, ia bukan hanya kehilangan kehormatan, namun juga terjerumus pada tiga dosa besar yang sering luput disadari.

Memahami dosa-dosa ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyelamatkan, melindungi, dan menguatkan hati setiap Muslimah agar tetap teguh di jalan Allah.

  1. Melanggar Perintah Allah dan Rasul-Nya

Dosa terbesar pertama ketika membuka aurat di hadapan non-mahram adalah secara langsung melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam QS. An-Nur ayat 31 agar para wanita beriman menutupkan jilbab dan menjaga pandangannya. Ayat ini tidak turun sebagai beban, tapi sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar terjaga dari fitnah dan kehinaan.

Baca Juga: Muslimah Cerdas di Akhir Zaman: Tetap Bersinar di Tengah Badai Fitnah

Ketika aurat dibuka, bahkan “sedikit saja”, itu berarti seorang Muslimah menentang syariat yang Allah tetapkan sebagai bentuk penjagaan dan kemuliaan. Mungkin terasa sepele—sekadar tidak memakai kaus kaki, sedikit memendekkan jilbab, atau mengikuti gaya yang memperlihatkan lekuk tubuh—namun setiap bagian tubuh yang terlihat bagi non-mahram adalah pelanggaran yang nyata.

Lebih berat lagi adalah ketika seseorang membuka aurat dengan sadar, padahal ia tahu perintah Allah. Ini bukan lagi ketidaksengajaan, tetapi bentuk kelalaian yang bisa menghapus keberkahan hidup. Hati menjadi gelisah, doa tak lagi naik setinggi dulu, dan nurani perlahan kehilangan sensitivitasnya.

  1. Menjadi Penyebab Fitnah dan Mengundang Syahwat (Dosa Sosial)

Dosa kedua yang sering tidak disadari adalah bahwa membuka aurat bukan hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga membawa dosa sosial: menjadi sebab orang lain terjerumus dalam dosa pandangan dan syahwat. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa pandangan adalah “panah beracun dari setan”.

Ketika seorang Muslimah menampakkan auratnya, ia mungkin tidak bermaksud menggoda siapa pun. Namun syariat tidak menilai berdasarkan niat saja, tetapi juga dampak. Jika tampilan seorang wanita membuat laki-laki non-mahram tergoda, salah fokus, atau terpancing syahwat, maka bagian dosa itu kembali kepada dirinya.

Baca Juga: Muslimah, Jangan Pernah Meremehkan Doamu

Inilah mengapa menjaga aurat disebut sebagai penjagaan sosial. Ketika seorang Muslimah menutup dirinya dengan baik, ia bukan hanya menjaga harga dirinya, tetapi juga membantu laki-laki menjaga imannya. Ia menjadi penyebab orang lain selamat dari dosa—dan itu adalah amalan besar.

Sebaliknya, ketika aurat terbuka, ia menjadi pintu fitnah. Fitnah yang bisa merusak rumah tangga seseorang, mengganggu ibadah orang lain, bahkan memicu kerusakan moral di masyarakat. Dosa yang menyebar seperti ini tidak pernah ringan.

  1. Merusak Kemuliaan Diri dan Mengundang Murka Allah di Akhirat

Dosa ketiga adalah hilangnya izzah—kemuliaan diri seorang Muslimah. Aurat adalah kehormatan. Ketika ia dibuka, maka hilanglah perlindungan yang Allah siapkan. Dalam hadis tentang wanita berpakaian tetapi telanjang, Rasulullah ﷺ menyebut mereka sebagai penghuni neraka. Itu bukan ancaman kosong, tetapi peringatan keras bahwa membuka aurat bukan perkara sepele.

Di akhirat, setiap anggota tubuh akan bersaksi. Kulit, mata, dan bahkan rambut yang dipamerkan akan berkata, “Ya Allah, aku disuruh tampil di hadapan non-mahram.” Apakah ada yang lebih menakutkan dari itu?

Baca Juga: 5 Tips Menjadi Muslimah di Zaman Fitnah 

Selain itu, ketika seorang Muslimah dengan sengaja membuka aurat, Allah mencabut rasa malu dari hatinya. Padahal rasa malu adalah perhiasan paling indah yang dimiliki seorang wanita. Tanpa rasa malu, seseorang mudah tergelincir, mudah melakukan dosa lain, dan hubungannya dengan Allah semakin jauh.

Yang lebih menyedihkan, membuka aurat sedikit demi sedikit sering menjadi awal dari keruntuhan iman. Dari tidak memakai kaus kaki, lalu melepas manset, kemudian jilbab dipendekkan, pakaian diperketat, hingga akhirnya tanpa sadar seorang Muslimah kehilangan prinsip yang dulu ia pegang teguh. Itulah murka Allah yang datang perlahan, tapi pasti.

Jika engkau sedang berjuang memperbaiki hijabmu, engkau sedang berada di jalan yang sangat dimuliakan Allah. Jihadmu tidak terlihat oleh manusia, tapi dicatat besar oleh malaikat. Jika engkau pernah lalai membuka aurat, pintu taubat selalu terbuka selebar-lebarnya. Allah tidak melihat masa lalumu, tapi langkahmu hari ini.

Menutup aurat bukan tentang sempurna, tapi tentang terus berusaha. Tentang memilih ridha Allah daripada pujian manusia. Tentang menjaga dirimu dari dunia yang ingin memanfaatkan tubuhmu tanpa peduli kehormatanmu.

Baca Juga: Hijabmu Bukan Beban, Tapi Kemuliaan

Semoga Allah menjadikan setiap Muslimah teguh menjaga aurat, mulia di dunia, dan bersinar di akhirat. Aamiin.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Peran Ibu Rumah Tangga dalam Menanamkan Narasi Perjuangan Palestina

Rekomendasi untuk Anda

MINA Edu
Tausiyah
Kolom
MINA Edu
Khadijah