Lampung, MINA – Sebanyak 7.000 mahasiswa dan pimpinan Perguruan Tinggi di wilayah Sumatera bagian Selatan mengjadiri acara Dialog Nasional 11 Indonesia Maju di Convention Hall Mahligai Agung Universitas Bandar Lampung, Senin (14/5).
Hadir sebagai pembicara anatara lain Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Sosial Idrus Marham.
Dalam sambutannya, Menteri Nasir memaparkan beberapa capaian dan mengatakan bahwa inovasi pembelajaran berbasis digital akan terus ditingkatkan untuk merespons era disrupsi teknologi revolusi industri 4.0. Nasir menyoroti bahwa pada zaman sekarang harus dihilangkan dikotomi PTN dan PTS, karena kompetensi lulusan nanti yang akan menentukan.
“Lulusan PTS juga harus bangga lahir dari PTS bila di akhir keluar kampus nanti memang memiliki kompetensi yang bagus. Saya yakin mahasiswa di PTS Lampung bagus-bagus,” kata Nasir diiringi tepuk tangan meriah mahasiswa.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Nasir menerangkan mengenai beasiswa yang kini sudah ada di Kemenristekdikti untuk menambah akses masuk ke Perguruan Tinggi dan meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK).
“Beasiswa bidikmisi, ADik, dan PPA meningkat setiap tahun untuk menjamin peningkatan akses dan mutu pendidikan tinggi,” ujarnya.
Bidikmisi sendiri, lanjut Nasir, trendnya tiap tahun penerimanya naik, tahun 2017 berada di angka 80.000, sedangkan di 2018 naik menjadi 90.000. Beasiswa Program Prestasi akademik (PPA) di tahun 2018 diberikan kuota kepada 130.000 mahasiswa penerima.
“Dari 130.000 tersebut, sekitar 60.000 disebar ke PTS, termasuk PTS yang ada di wilayah Lampung,” terang Nasir.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Untuk publikasi internasional, selama hampir 20 tahun, Indonesia selalu berada di bawah Negara Thailand, namun menurut Nasir, tahun 2017 yang lalu menjadi momen dimana akhirnya peringkat publikasi internasional Indonesia berada di atas Negara Thailand.
Nasir menjelaskan bahwa kebijakan menghadapi era revolusi industri 4.0 juga terus diperkuat. Hal tersebut dilakukan dengan beberapa strategi.
“Kita lakukan reorientasi kurikulum seperti lakukan literasi baru, meningkatkan kegiatan kepemimpinan dan bekerja dalam tim, entrepreneurship dan internship agar diwajibkan. Menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh dengan metode hybrid/blended learning yang bisa diterapkan dengan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA), serta pembentukan unit khusus life long learning di Perguruan Tinggi,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut Nasir juga meyakinkan bahwa Kampus harus menjadi pintu utama penangkalan radikalisme.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
“Kita berempati terhadap kejadian pemboman di Surabaya, bahwa setiap kampus harus menjadi gerbang utama penangkalan radikalisme. Terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun. Oleh karena itu saya minta para Pimpinan Perguruan Tinggi bila menemukan indikasi terjadi intoleransi dan radikalisme, segera selesaikan dan bina. Kalau sudah diduga dan terbukti ada dosen dan mahasiswa yang melenceng ke arah terorisme, laporkan segera ke Kepolisian,” tegas Nasir. (R/R09/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis