Jalur Gaza, 15 Sya’ban 1434/24 Juni 2013 (MINA) – Rafah kembali perketat perbatasan, hanya 50 orang per hari yang boleh melintasi perbatasan ini, Nur Ikhwan Abadi, kontributor MINA di Gaza melaporkan, Senin (24/6).
“Kondisi terkini Gaza, perbatasan Rafah di perketat, hanya 50 orang perhari yang boleh melintasi perbatasan, kondisi ini diperparah dengan ditutupnya hampir 90 % terowongan yang menghubungkan Rafah Gaza dengan Rafah Mesir,” kata Nur Ikhwan.
Kondisi ini tentunya berdampak sangat besar bagi kehidupan masyarakat Gaza, ketidaktersediaan bahan pangan dan bangunan juga membuat kondisi ini semakin parah dan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat Gaza.
“Dampak dari diperketatnya Rafah dan di tutupnya terowongan sangat dirasakan masyarakat Gaza, sejak awal Juni, semen, besi, block dan peralatan bangunan lain menjadi barang yang langka. Ini menghambat proses pembangunan di Gaza,“ kata Ikhwan.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Di Tanya mengenai pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Nur Ikhwan menuturkan pembangunan masih terus berjalan sampai sekarang. “Pembangun RSI terus berjalan. Kita masih punya stok bahan-bahan bangunan.
Akibat dari penutupan terowongan itu, terjadi kelangkaan bahan bangunan seperti semen, besi dan block di Gaza. “Harga bahan bangunan saat ini melonjak drastis,“ ujar Ikhwan.
“Untuk semen saja, harga normalnya 400 shekel sekarang menjadi 700 shekel (1 juta – 1,5 juta rupiah), dan sulit untuk menemukan barangnya. Tambah nur ikhwan yang juga manager pembangunan RSI di Gaza,” jelasnya.
Menurut Abdurrahman Parmo salah satu relawan RSI Gaza mengatakan stok semen saat ini hanya tersisa 5 zak saja. Menurutnya, material lain tidak masalah. Hari ini seharusnya melanjutkan pemasangan keramik kamar mandi lantai 2. “Namun terpaksa dihentikan dulu karena tidak ada semen, dan pindah ke pekerjaaan pengecatan lantai 2,” katanya saat dikonfirmasi MINA.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Ikhwan mengatakan Gaza telah diblokade sejak beberapa tahun lalu dan kondisinya tidak pernah stabil. Menurutnya, masyarakat Gaza bisa menikmati hidupnya dengan kecukupan, namun tiba-tiba tidak bisa makan apa-apa ketika blokade dan penutupan terowongan itu terjadi.(L/K1/R2).
MINA (Mi’raj News Agency)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan