Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DESAIN ISRAEL DALAM SERANGAN PARIS

Ali Farkhan Tsani - Jumat, 27 November 2015 - 13:02 WIB

Jumat, 27 November 2015 - 13:02 WIB

446 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Sebuah laporan Dinas Intelijen Luar Negeri  Rusia (Russian Foreign Intelligence Service) terbaru mengungkapkan bahwa Direktorat Jenderal  Keamanan Luar Negeri Prancis (The French General Directorate for External Security/DGSE) sudah diperingatkan oleh Israel akan adanya serangan di Paris, sehari sebelum kejadian Jumat (13 November 2015).

Laporan yang dimuat dalam media online Tap News Wire edisi Sabtu (21 November 2015) itu menyebutkan, dinas intelejen memperingatkan akan adanya serangan itu agar disampaikan pada masyarakat Yahudi di Paris.

Laporan menjelaskan, informasi diberikan oleh Yaakov Amidror, Kepala Departemen Riset Intelijen Militer Israel, yang pekan sebelumnya berada di Washington DC dalam pertemuan intelejen bersama dinas intelejen Amerika Serikat, Prancis dan Inggris. Dalam pertemuan itu dikemukakan tentang akan adanya aksi serangan Paris, yang mereka sebut dengan the “planning / operation for the Friday the 13th Paris Massacre“ (perencanaan / operasi pembantaian Paris  Jumat 13 November).

Baca Juga: Kejahatan Zionis di Era Digital

“Peringatan diberikan untuk orang-orang Yahudi Paris agar setidaknya mereka bisa dilindungi,” bunyi laporan itu.

Peringatan Komunitas Yahudi

Peringatan akan adanya serangan Paris juga diungkapkan oleh Komunitas Yahudi Prancis, seperti dilaporkan Voltaire Network edisi Kamis (19 November 2015) mengutip Times of Israel.

Voltaire Network adalah sebuah organisasi nirlaba internasional berbasis di Paris, yang mempromosikan isu-isu kebebasan dan sekularisme.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Saat Menghadiri Tabligh Akbar: Ini 7 Kiatnya

Times of Israel menyebutkan laporan Jonathan-Simon Sellem, wartawan berkewarganegaraan ganda Perancis-Israel, yang juga pendiri situs berita Zionis JSS News.

Sellem memperingatkan komunitas Yahudi Prancis untuk menjaga keamanaan masing-masing pada 13 November 2015 karena akan ada serangan teror massal di Paris.

Memang benar terjadi serangan itu, dan disusul pernyataan Presiden François Hollande yang menyatakan ‘telah memenuhi syarat tindakan perang’.

Dua hari setelah insiden, saluran TV-2 Israel merilis berita bahwa dinas intelijen Israel memberi informasi penting tentang profil para teroris yang bertanggung jawab atas serangan mematikan itu.

Baca Juga: Silaturahim Membuka Pintu Keberkahan

“See parallels to Israel,” (terlihat hubungan paralel dengan Israel), laporan Voltaire Network.

Serang Suriah dan Irak

Thierry Meyssan, wartawan dan aktivis politik Prancis, menulis pendapatnya ‘France and Israel launch a new war in Iraq and Syria’ di media alternatif Russie News Feed edisi Senin (23/11/2015),  bahwa satu sisi pemerintah Perancis sedang fokus menangani aksi serangan 13 November. Namun, pada sisi lainnya, dengan Israel meluncurkan perang baru di Irak dan Suriah. Tujuannya tidak sekedar untuk menggulingkan rezim Suriah, atau menghancurkan tentaranya, tetapi untuk memperkuat koloni yang meliputi perbatasan antara Irak dan Suriah.

Israel hendak menerapkan cengkeraman lebih kuat di negara-negara Arab, sesuai impiannya menjajah seluruh kawasan antara Nil dan Efrat, tulis Thierry Meyssan.

Baca Juga: Ini Dia Para Pembicara Tabligh Akbar dari Luar Negeri

Meyssan menyebutkan, Rusia dan Amerika Serikat rupanya bergabung dengan Perancis dalam operasi ini. Mereka berpura-pura bereaksi terhadap serangan Paris, dan Persiden Hollande pun tanpa malu-malu mengumumkan bahwa ia telah memberikan perintah pasukannya untuk mengebom sasaran tertentu di Suriah.

Sementara Presiden Putin memberi instruksi umum kepada tentara Rusia untuk berkoordinasi dengan Perancis dan bertindak dalam sekutu.

Analisis politiknya adalah bahwa Perang Suriah edisi terbaru ini bertujuan untuk menciptakan sebuah negara baru di utara Suriah dan Irak, atas nama perjuangan independen Kurdistan (yang memiliki jumlah hanya di bawah 30% populasi). Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, tentu tidak akan mengumumkan bahwa mereka membuat perang dalam rangka menciptakan sebuah negara kolonial Israel.

Resolusi PBB 2249

Baca Juga: Panitia Nyatakan Siap Gelar Tabligh Akbar, Layani Jamaah dengan Sepenuh Hati

Sepekan setelah serangan Paris, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) secara bulat telah merespon permintaan Barat yang diajukan Prancis dalam bentuk Resolusi PBB Nomor 2249 yang berisi ‘take all necessary measures’ (menempuh semua langkah yang diperlukan).

Sebuah resolusi ‘serangan yang sah’ intervensi militer Prancis dan sekutunya terhadap ISIS/Daesh di Suriah dan Irak.

Masih menurut pendapat Thierry Meyssan wartawan dan aktivis politik Prancis mengatakan, meskipun resolusi dapat ditafsirkan dalam berbagai cara yang berbeda, itu tidak lain adalah untuk menginjak-injak secara de facto, pada kedaulatan nasional Irak dan Suriah.

“Sebuah kewenangan negara-negara besar untuk mengganggu dengan berpura-pura menyerang Daesh (ISIS),” ujar Meyssan.

Baca Juga: Pentingnya Tabligh Akbar dalam Dakwah Islam

Rusia tidak menentang resolusi itu, walau tampaknya lebih memilih untuk mendapatkan keuntungan dari rencana Franco-Israel.

Analisis pada media independen State of Globe, 2 November 2015, menyebutkan, telah berlangsung kolonisasi bagian utara Suriah, sebuah proyek lama Israel terkait dengan pengembangan persenjataan  rudal. Misi proyek untuk menciptakan sebuah negara merdeka di utara negara itu untuk mengontrol Suriah dari belakang, seperti Israel telah menciptakan negara Sudan Selatan pada tahun 2011, untuk mengontrol Mesir dari belakang. Proyek Israel ini diambil alih oleh Perancis dalam kesepakatan rahasia tahun 2011.

Pada September 2013, Pentagon menerbitkan peta baru pembagian wilayah (a new map of the division of the region ) yang dirancang oleh Robin Wright. Pada peta baru disebutkan, termasuk penciptaan Daesh (ISIS) dan penciptaan Kurdistan di wilayah Arab Suriah.

Jika ini terjadi, penciptaan negara Kurdistan dalam wilayah Arab akan membuka konflik baru sebanding dengan di Palestina.

Baca Juga: Melek Literasi dalam Jama’ah: Fondasi Kuat untuk Kemajuan Umat

Itulah gaya Israel dalam membuat peta konflik di Timur Tengah. Blog Counter Information menyebutnya dengan ‘Kurdistan Israeli Style’. Sebuah penciptaan dan pencitraan Kurdistan independen, sebagai bagian dari manipulasi mimpi bangsa Kurdi untuk keuntungan Israel.

Begitulah, sebuah penciptaan Timur Tengah Baru (New Middle East), yang sebenarnya sudah dirancang sejak Juni 2006 di Tel Aviv oleh Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice, sebagai bagian dari rencana “Timur Tengah Raya.” (P4/R07)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Inilah 10 Kebiasaan yang Dilarang dalam Islam tapi Dianggap Biasa

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Palestina
Palestina
Palestina