Baku, 19 Rajab 1437/27 April 2016 (MINA) – Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr. A.M. Fachir, menyampaikan kembali pandangan Indonesia mengenai pentingnya menerapkan strategi hard approach dan strategi soft approach dalam menghadapi meningkatnya fenomena islamophobia, terorisme, ekstrimisme dan disharmoni pada sesi pertemuan Group of Friends, High Level Meeting, Forum Global ke-7 Aliansi Peradaban PBB/UNAOC.
“Kurangnya rasa toleransi dan perlakuan diskriminatif terhadap sesama, berpadu dengan rendahnya kondisi sosial ekonomi, telah memacu berkembangnya aksi terorisme dan ektrimisme di berbagai belahan dunia,” Kemenlu melaporkan dalam sebuah pernyataan yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan kombinasi upaya penegakan hukum dan kebijakan penanganan terorisme yang efektif sebagai strategi hard approach, dan implementasi kebijakan di bidang sosial ekonomi sebagai bagian dari soft approach guna menangani berkembanganya gerakan terorisme dan ekstrimisme.
Fachir juga menegaskan kembali komitmen untuk mempererat kerja sama internasional sebagai mandat konstitusional Indonesia, yaitu ikut menjaga ketertiban dunia.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Indonesia merupakan shining model dari bagaimana demokrasi, pluralisme, dan Islam dapat berkembang dan berjalan beriringan. Melalui berbagai forum dialog lintas agama tingkat bilateral, regional, dan multilateral, Indonesia giat mempromosikan budaya dialog, toleransi, dan kerja sama.
Sebagai bagian dari kontribusi dalam forum UNAOC, Indonesia juga telah menjadi tuan rumah dari Forum Global ke-6 UNAOC di Bali tahun 2014, yang menghasilkan kesepakatan Bali Declaration. Melalui Bali Declaration, Indonesia menampilkan kearifan nasional sebagai bangsa yang majemuk, yang senantiasa mengedepankan dialog dan toleransi serta semangat Bhinneka Tunggal Ika. Sampai saat ini Bali Declaration masih menjadi menjadi referensi sekaligus panduan penting bagi program kerja dan proyek-proyek UNAOC.
Fachir juga tekankan pentingnya menggunakan platform digital untuk menyebarkan nilai toleransi dan perdamaian. Untuk itu, Indonesia mengajak para pemimpin dunia untuk menyebarkan nilai inklusif dan perdamaian melalui sosial media, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu.
UNAOC merupakan sebuah forum internasional yang bertujuan untuk mensinergikan perspektif masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan etnis untuk mengurangi ketegangan antar kebudayaan, sekaligus membangun kesepahaman antar komunitas. Tema yang diangkat dalam Forum Global ke-7 yang dihadiri oleh lebih dari 143 negara serta lebih dari 2.500 tokoh masyarakat dan pemuda ini adalah“Living Together in Inclusive Socities : A Challenge and A Goal.”
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
Forum tersebut telah menghasilkan Baku Declaration, yang diharapkan dapat semakin meneguhkan Bali Declaration sebagai cerminan nilai-nilai perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan dalam mewujudkan persatuan dalam lingkungan masyarakat global yang majemuk.(L/R04/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas