Kabul, MINA – Laga pemilihan Presiden Afghanistan dimulai pada Sabtu (28/9) di tengah kekhawatiran soal serangan Taliban.
Berdasarkan aturan Komisi Pemilihan Independen (KPI), kampanye pemilihan presiden selama 28 hari berakhir pada Rabu (25/9) tengah malam.
Persaingan menuju posisi nomor satu di negara itu diramaikan oleh 15 kandidat, di antaranya adalah Presiden Mohammad Ashraf Ghani Wakil Presiden Abdullah Abdullah, mantan Penasihat Keamanan Nasional Haneef Atmar dan mantan pemimpin Mujahidin Gulbuddin Hekmatyar.
Di bawah Konstitusi, seorang kandidat presiden membutuhkan lebih dari 50 persen suara untuk dinyatakan sebagai pemenang. Anadolu Agency melaporkan dikutip MINA, Ahad (29/9).
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Jika tidak ada kandidat yang memenangkan mayoritas sederhana pada Sabtu, putaran kedua antara dua kandidat teratas dari putaran pertama akan diadakan pada 23 November.
KPI akan mengumumkan hasil awal pada 19 Oktober, sementara hasil akhir pemilihan akan diumumkan pada 7 November.
Hampir 9,7 juta pemilih telah terdaftar untuk memberikan suara mereka dalam pemilu demokratis keempat sejak jatuhnya Taliban pada 2001.
Sekitar 3,3 juta perempuan – 35 persen dari total jumlah pemilih – diperkirakan akan memilih presiden mereka.
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
IEC mengumumkan persiapan matang pesta demokrasi terbesar negara itu pada Kamis, di tengah kekhawatiran soal keamanan.
“Pemilihan umum akan dianggap sebagai proses nasional dan sebagai dasar kekuatan rakyat. Komisi Pemilihan Independen menganggap dirinya sebagai organisasi teknis yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemilu yang adil dan adil sesuai dengan Konstitusi,” kata IEC dalam sebuah pernyataan. (T/R03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh