Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADHYAKSA: MUSLIMIN JANGAN SIKUT-SIKUTAN

Rudi Hendrik - Ahad, 22 Juni 2014 - 19:55 WIB

Ahad, 22 Juni 2014 - 19:55 WIB

1076 Views

Adhyaksa Dault (Gambar: Rudi/MINA)

Adhyaksa Dault (Gambar: Rudi/MINA)

Bogor, 24 Sya’ban 1435/22 Juni 2014 (MINA) – Mantan Menpora, Adhyaksa Dault menilai, kondisi umat Islam saat ini seperti jamaah umrah atau haji yang berusaha dengan berbagai cara termasuk sikut sana-sini utuk mencium Hajar Aswad di Ka’bah.

“Kita sering mengatakan, orang-orang Mukmin itu bersaudara, tapi kenyataannya hal itu  hanya tampak di masjid-masjid saja. Pada saat shalat wajib saja kita bisa bersatu, bahu ketemu bahu, kaki ketemu kaki, tapi begitu salam, kita langsung bersaing saling menyingkirkan,” ujar Adhyaksa di depan puluhan ribu jamaah Tabligh Akbar Jamaah Muslimin (Hizbullah)  di Ponpes Al Fatah Cileungsi, Bogor, Ahad.

Tokoh yang kini menjadi Pelatih Utama perguruan Pencak Silat  Seni Bela Diri Al Azhar itu menceritakan pengalamannya. Ketika umrah, seorang stafnya ijin “berjihad” untuk mencium Hajar Aswad. Setelah sikut sana dan sini, dia akhirnya bisa mencium Hajar Aswad.

“Saya katakan kepadanya, kamu tahu tidak, waktu kamu berjuang ke sana mencium Hajar Aswad, berapa banyak orang yang kamu sikut dan injak? Seperti itulah kondisi umat Islam saat ini, saling desak-desakan, saling sikut-sikutan. Bertakbir, tapi tarik sana tarik sini,” kata Adhyaksa.

Baca Juga: Guru Supriyani Divonis Bebas atas Kasus Aniaya Siswa

Menurut pria kelahirang Donggala, Sulawesi Tengah, yang kini menjabat Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka  itu, umat Islam jika sudah keluar dari shalat berjamaah, kembali sendiri-sendiri, apa lagi jika sudah politik.

“Sebab, kata Rasulullah, bukan bagian dari umatku orang yang dengki dan adu domba. Tapi kenyataannya pada hari ini, kita memakai sistem politik Barat. Kita bukan lagi melakukan  modernisasi tapi sudah westernisasi,” katanya.

Menteri era 2004-2009 itu menambahkan, setiap binatang memiliki alat untuk menjatuhkan lawannya. Dalam ilmu politik, alat untuk menjatuhkan lawan adalah “isu dan intrik”.

Adhyaksa juga menekankan perlunya ada suatu gerakan perubahan, yaitu “Gerakan Perubahan Dakwah” untuk merubah dan membentuk karakter umat.

Baca Juga: Menteri Abdul Mu’ti: Guru Agen Peradaban

“Yang kita perlukan adalah ‘revolusi akhlak’, bukan revolusi mental,” tambahnya. (L/P09/EO2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Jelang Pencoblosan, Calon Wabup Ciamis Meninggal Dunia

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Breaking News
Breaking News
Breaking News