Jakarta, MINA – Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Adian Husaini mengatakan bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, telah meluluskan sekitar 1000 alumni.
” Selama tigakan tahun kami diamanahkan menjadi Ketua Umum DDII, pernah keliling wilayah di Indonesia banyak dai—dai lulusan STID M Natsir berkiprah jadi aktivis dakwah keposok nusantara,” kata Adian di Aula Masjid Al Furqan Dewan Dakwah, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, Sabtu (27/4).
“Dai-dai alumni STID S1 meneruskan perjuangan pendiri Dewan Da’wah Mohammad Natsir. Semasa hidup M. Natsir berjuang melakukan kaderisasi ulama dan intelektual,” imbuhnya.
Tokoh nasional seperti Amien Rais, Didin Hafidhuddin, AM Saefuddin, Jimly Ash Shiddieq pernah merasakan sentuhan dakwah M. Natsir.
Baca Juga: Menag RI Buka BAZNAS International Forum untuk Palestina
“Bahkan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memiliki kesan dengan Pak Natsir. Kami pernah diundang secara khusus oleh Anwar Ibrahim, setengah jam Anwar Ibrahim menceritakan Pak Natsir,” jelas Adian.
Kader-kader M. Natsir, jelas Adian, tersebar di berbagai daerah Indonesia. Banyak para kader kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Selain itu mendirikan Rumah Sakit Yarsi.
“Jejak dakwah Pak Natsir itu luar biasa. Kalau kita keliling, di Padang Sumatera Barat ada enam RS Yarsi mendirikan Pak Natsir,” kata Adian.
Lanjutnya, pembangunan komplek Dewan Da’wah di Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, menara masjid simbol syiar dakwah Islam, kemudian lima lantai diproyeksikan pengembangan bisnis.
Baca Juga: Masjid Pantai Bali Gelar Lomba Omplok Layar Tunjukkan Solidaritas Palestina
“Lima lantai (Menara Dakwah) rencananya buat hotel syariah. Diperlukan anggaran Rp37 miliar,” jelas Adian.
Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan Dewan Dakwah dan umat Islam perlu merancang agenda strategis bersama untuk masa depan.
“Salah satunya bisakah kita memiliki kalendar Islam global Hijriyah, dan hal ini memerlukan dialog dan mendiskusikan,” ujarnya.
Agenda strategis ini, lanjut Haedar Nashir, adalah ikhtiar kesatuan politik. “Bukan soal wadahnya, tetapi membuka dialog tentang perlunya negosiasi, adaptasi, akomodasi, dan moderasi dalam politik.[]
Baca Juga: Market Day Festival Baitul Maqdis Meriahkan BSP 2024 di Samarinda
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jama’ah Muslimin Kutuk Keras Tentara Zionis Kencingi Al-Qur’an