Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahlul Qur’an, Generasi Cahaya di Tengah Kegelapan

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 25 detik yang lalu

25 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

AHLUL Qur’an adalah sekelompok manusia yang hatinya terikat dengan Kalamullah, baik dalam hafalan, pemahaman, maupun pengamalan. Mereka bukan hanya para penghafal Al-Qur’an, tetapi juga mereka yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan. Di tengah dunia yang diliputi oleh kegelapan moral, materialisme, dan fitnah zaman, Ahlul Qur’an bagaikan lentera yang menerangi jalan umat menuju kebaikan dan kebenaran.

Keutamaan menjadi Ahlul Qur’an telah banyak disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.(HR. Bukhari). Hadits ini menunjukkan bahwa Ahlul Qur’an adalah manusia terbaik dalam pandangan Allah karena mereka tidak hanya memahami wahyu-Nya, tetapi juga berusaha menyebarkannya kepada orang lain.

Al-Qur’an adalah cahaya yang tidak pernah padam, sebagaimana Allah berfirman, “Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang jelas.” (Qs. Al-Ma’idah: 15). Dalam ayat ini, Al-Qur’an digambarkan sebagai cahaya yang membimbing manusia dari kegelapan menuju terang benderang. Maka, siapa pun yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an akan mendapatkan cahaya petunjuk dalam kehidupan.

Namun, menjadi Ahlul Qur’an bukan sekadar hafalan semata, melainkan juga memahami dan mengamalkan isinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan dalam sebuah hadits, “Akan datang suatu kaum yang membaca Al-Qur’an, tetapi tidak melewati tenggorokan mereka.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa membaca Al-Qur’an tanpa memahami dan mengamalkannya dapat menjauhkan seseorang dari nilai-nilai yang seharusnya dipraktikkan dalam kehidupan.

Baca Juga: 8 Tim Lolos ke Perempat Final Liga Champions 2025: Siapa Akan Berjaya?

Di era modern, tantangan bagi Ahlul Qur’an semakin besar. Gelombang sekularisme, hedonisme, dan liberalisme berusaha menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai Qur’ani. Generasi muda dihadapkan pada berbagai godaan duniawi yang dapat melemahkan hubungan mereka dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, peran para pendidik, ulama, dan orang tua sangat penting dalam menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an sejak dini.

Ahlul Qur’an tidak hanya memiliki keutamaan di dunia, tetapi juga di akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang membaca dan menghafal Al-Qur’an, ia akan diberi mahkota di surga yang cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari…” (HR. Abu Dawud). Hadits ini menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk terus berinteraksi dengan Al-Qur’an, karena Allah telah menjanjikan balasan yang sangat besar.

Selain mendapatkan keutamaan pribadi, Ahlul Qur’an juga berperan dalam membangun peradaban. Sejarah telah mencatat bagaimana para ulama besar seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ibnu Taimiyah adalah mereka yang sangat dekat dengan Al-Qur’an. Pemahaman mereka terhadap wahyu menjadikan mereka pilar dalam membimbing umat menuju kebangkitan.

Di sisi lain, Ahlul Qur’an juga memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan nilai-nilai Islam ke masyarakat. Mereka bukan hanya harus menjaga hafalan, tetapi juga harus menjadi contoh dalam akhlak dan muamalah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan merendahkan yang lain dengannya.” (HR. Muslim). Artinya, kemuliaan seseorang sangat bergantung pada sejauh mana ia menghidupkan Al-Qur’an dalam dirinya.

Baca Juga: Safari Ramadhan Bupati Paramitha, Merajut Kebersamaan dan Menebar Kasih di Bumi Brebes

Pendidikan berbasis Al-Qur’an harus menjadi prioritas dalam membentuk generasi Qur’ani. Pesantren tahfidz, madrasah diniyah, dan program tahsin di berbagai tempat menjadi sarana penting dalam melahirkan Ahlul Qur’an yang berkualitas. Dengan sistem pendidikan yang kuat, umat Islam dapat memiliki generasi penerus yang berpegang teguh pada wahyu Ilahi.

Selain pendidikan formal, lingkungan juga berperan dalam membentuk Ahlul Qur’an. Keluarga harus menjadi tempat pertama dalam menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an. Para orang tua yang membiasakan anak-anaknya membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an akan melahirkan generasi yang memiliki keteguhan iman dan akhlak yang luhur.

Teknologi modern dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam menghidupkan budaya Qur’ani. Aplikasi Al-Qur’an digital, kajian online, dan platform dakwah dapat digunakan untuk mendekatkan umat kepada Kalamullah. Namun, teknologi juga bisa menjadi fitnah jika tidak digunakan dengan bijak. Oleh karena itu, Ahlul Qur’an harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai alat dakwah, bukan sebagai penghalang dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an.

Ahlul Qur’an juga harus berperan dalam memperbaiki umat, terutama dalam mengatasi krisis moral yang melanda masyarakat. Perilaku korupsi, ketidakadilan, dan lemahnya ukhuwah Islamiyah dapat diperbaiki jika nilai-nilai Qur’ani benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: 12 Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Membangun generasi Ahlul Qur’an bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan investasi besar bagi kejayaan umat Islam. Jika setiap keluarga, sekolah, dan masyarakat berkontribusi dalam membina generasi Qur’ani, maka cahaya Islam akan terus bersinar di tengah kegelapan zaman.

Sebagai penutup, marilah kita mengingat firman Allah, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus…” (Qs. Al-Isra’: 9). Generasi Ahlul Qur’an adalah mereka yang menjaga, mengajarkan, dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan. Mereka adalah cahaya di tengah kegelapan, yang akan terus membawa umat menuju kejayaan Islam di dunia dan akhirat. []

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Menjaga Tutur Kata dan Kehormatan: Pelajaran Berharga dari Surat Al-Hujurat Ayat 11

Rekomendasi untuk Anda