Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Airdrop” Menggambarkan Betapa Besarnya Bencana di Gaza

Rana Setiawan - Rabu, 6 Maret 2024 - 21:59 WIB

Rabu, 6 Maret 2024 - 21:59 WIB

15 Views

Oleh: Mark Stone, wartawan Inggris yang sekarang menjadi Koresponden Sky News

Airdrop adalah pilihan terakhir. Airdrop tidak efisien, tidak akurat, mahal, dan berbahaya.

Airdrop hanya diambil sebagai pilihan ketika keadaan benar-benar putus asa.

Juru bicara Gedung Putih mengakui hal tersebut setelah Presiden Biden mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan melakukan serangan udara ke Gaza.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

“Tidak ada misi yang lebih rumit daripada bantuan kemanusiaan melalui udara,” kata Laksamana John Kirby.

Keputusan Biden menjadi lebih luar biasa karena Amerika Serikat (AS) menghentikan bantuan dengan cara biasa, yaitu via Badan Pengungsi PBB (UNRWA) untuk melawan konsekuensi perang yang dilakukan dengan menggunakan senjata Amerika oleh salah satu sekutu terdekatnya [Israel].

Ini adalah perang yang dilakukan oleh Israel dan didukung oleh AS.

Ini bukan Gunung Sinjar di Irak tempat militer AS mengirimkan bantuan melalui udara ke kota yang dikepung ISIS pada 2014. Ini bukan Berlin pada 1948 yang diblokade oleh Uni Soviet.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Israel memiliki kendali militer hampir total di sebagian besar wilayah Jalur Gaza. Israel mengontrol bantuan yang masuk ke Gaza.

Bantuan tersebut datang hanya melalui dua penyeberangan di wilayah selatan dan menurut lembaga-lembaga bantuan serta PBB jumlahnya tidak mencukupi.

Penyeberangan Erez di bagian utara Jalur Gaza, di mana warga dikatakan hampir mengalami wabah kelaparan telah ditutup.

Namun tentara Israel, dengan perbekalannya sendiri, masuk dan keluar Gaza setiap hari melalui beberapa penyeberangan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Menteri Keamanan Israel mengatakan pekan ini bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah “kegilaan sementara korban penculikan masih ditahan”.

Ini seruan nyata untuk hukuman kolektif terhadap populasi Gaza yang sengsara.

Keputusan Amerika Serikat untuk mengirimkan bantuan melalui udara ke Gaza merupakan pengakuan diam-diam atas kegagalan mendasar AS dalam mengontrol sekutunya.

Airdrop juga tidak mungkin berbuat banyak untuk meringankan bencana kemanusiaan.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Airdrop tidak efisien karena hanya sejumlah kecil bantuan yang dapat dijatuhkan dalam satu waktu – palet makanan diterjunkan dari bagian belakang pesawat.

Airdrop tidak akurat karena Anda tidak mempunyai kendali terkait di mana tepatnya bantuan akan jatuh.

Hal ini berbahaya karena bantuan yang diberikan dapat mengenai orang-orang saat mereka mendarat dan dapat menyebabkan terinjak-injak di tanah.

Biasanya bantuan disalurkan dengan koordinasi petugas pemberi bantuan di lapangan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Biayanya mahal karena memerlukan koordinasi Angkatan Udara yang signifikan.

Singkatnya – ini adalah gambaran nyata betapa besarnya bencana- yang-disebabkan-oleh-manusia (man-made disaster/bukan bencana alam) yang sedang berlangsung di Gaza saat ini.(AK/RS1/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

 

Rekomendasi untuk Anda