aisha buhari osundefender" width="300" height="208" />Oleh: Neni Reza, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Mohammadu Buhari (72 th), dari Partai Kongres Progresif APC (The All Progressives Congress), terpilih sebagai presiden Nigeria pada pemilu 28 Maret 2015 lalu, mengalahkan lawan politiknya, presiden sebelumnya Goodluck Jonathan.
Presiden terpilih dijadwalkan dilantik tanggal 29 Mei mendatang di pusat ibokota, Abuja.
Republik Nigeria merupakan salah satu negara di kawasan Afrika Barat, dengan penduduk sekitar 174 juta jiwa, dan 50% berpenduduk Muslim.
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Dengan tampilnya presiden terpilih, maka tampil pulalah sosok ibu negara yang mendampinginya. Pendamping Presiden terpilih Nigeria itu adalah, Aisha Buhari.
Sosok Aisha
Meskipun tidak ada peran resmi untuk pasangan penguasa Nigeria terpilih, namun setiap kesuksesan seorang suami pasti ada peran isteri di belakangnya. Aisha dikenal memainkan bagian yang penting dalam politik Nigeria.
Aisha, menikah dengan suaminya Muhammadu Buhari, tahun 1989. Sebelumnya, Buhari menikah dengan Safinatu tahun 1971, namun kemudian bercerai tahun 1988.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
Pasangan Aisha-Buhari dikaruniai lima orang anak, yaitu: Aisha, Halima, Yusuf, Zarah dan Amina.
Aisha lahir di negara bagian Adamawa, dan ia dibesarkan oleh tradisi adat istiadat setempat. Ia berasal dari suku Fulani, kelompok etnis Afrika Islam terbesar di Afrika Barat, terutama Nigeria utara.
Ia adalah seorang wanita berpendidikan dan fasih berbahasa Inggris dan Arab. Dia lulus dengan gelar sarjana administrasi publik dari Universitas Ahmadu Bello, universitas terbesar di Nigeria dan terbesar kedua di Afrika.
Kemudian dia menerima ijazah dan pelatihan tata rias dan kecantikan dari lembaga di Paris dan London.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Aisha saat ini tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana jurusan internasional dan perencanaan strategis.
International Business Times menyebutkan, peran politik Aisha terlihat ketika ia menyerukan pengunduran diri Presiden Jonathan dari istana, menyusul bom bunuh diri dan percobaan pembunuhan yang menargetkan suaminya Juli 2014.
Aisha bersuara lantang mendesak Jonathan untuk mengikuti mantan Perdana Menteri Korea Selatan Jung Hong-won, yang mengundurkan diri April 2014 pasca bencana feri Sewol.
“Saat Hong-won melihat keluarga korban berduka dan menderita, kehilangan orang-orang yang mereka cintai, ia mengambil tanggung jawab sebagai perdana menteri, ia pun meminta maaf kepada negaranya dan mengundurkan diri karena pelayanan kepada umat manusia,” kata Aisha dalam sebuah pernyataan musim panas lalu.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Aisha menambajkan, Presiden Jonathan harus meniru langkah pemimpin seperti itu, karena Nigeria selama empat tahun telah terjadi ketidakamanan dan meningkatnya serangan terhadap orang-orang yang tidak bersalah.
“Ini tidak cukup hanya mengecam dan mengecam, sebab aksi telah berlangsung lama,” papar Aisha.
Peran Aisha
Aisha mengatakan, dia dan suaminya akan menghormati aturan Nigeria untuk berkantor pada akhir Mei 2015.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Ia kini menjadi ibu negara yang diakui secara konstitusional. Tapi Aisha mengatakan bahwa dia akan tetap melakukan tugas tradisional sebagai seorang isteri dan berharap untuk mendukung pengembangan kaum perempuan dan pemuda Nigeria.
“Isteri presiden memiliki beberapa peran tradisional, seperti menerima tamu, mengunjungi panti asuhan, membantu orang-orang yang kurang beruntung. Juga, memimpin perjuangan untuk hak perempuan dan anak-anak yang kurang gizi, mengatasi angka kematian bayi, penculikan dan perdagangan anak perempuan,” kata Aisha.
Di kalangan wartwan, Aisha dikenal sebagai sebagai sosok wanita yang tenang, sabar, cantik, bersuara lembut dan sederhana.
“Saya bertemu Aisha Buhari tiga kali, dan dia tampaknya adalah wanita yang sangat rendah hati, ramah dan pendengar yang baik,” kata pengacara Ebere Ifendu, Kepala Perempuan dalam Kelompok Forum Politik di Abuja beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Aisha mengatakan, Nigeria tidak perlu takut terhadap suaminya, seorang Muslim dari Afrika utara, yang merupakan mantan penguasa militer.
“Saya mengenal suami saya secara pribadi. Bukan sebagai pemimpin Nigeria. Saya tahu dia sebagai suami saya, dan saya pikir Nigeria harus merasa nyaman dengan dia. Dia akan mengarah ke sana,” katanya. (T/nrz/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa