PERDANA MENTERI Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan, upaya mediasi merupakan bagian dari identitas Qatar dan tidak ada yang akan menghalangi perannya dalam hal itu.
Sheikh al-Thani mengatakan beberapa jam setelah militer Zionis Israel menyerang para pemimpin Hamas di Doha, ibukota Qatar.
Doha, bersama Kairo dan Washington, telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas dalam perang di Gaza.
Lalu, akankah Qatar melakukan respon serangan balik militer ke Israel, seperti ketika Iran diserang Israel?
Baca Juga: Peringatan Rasulullah tentang Fitnah Akhir Zaman
Qatar kemungkinan besar akan menempuh jalur diplomatik dan hukum sebagai respons utama.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan tindakan terorisme negara dan sabotase terhadap upaya perdamaian yang sedang berlangsung.
Qatar juga segera membentuk tim khusus untuk merumuskan respons formal terhadap serangan tersebut.
Tentu saja, meskipun Qatar telah menjadi mediator utama dalam konflik Gaza, serangan tersebut dapat memengaruhi peran tersebut.
Baca Juga: Mengapa AS dan Israel Wajib Kuasai TikTok?
Pemerintah Zionis Israel seolah memberi sinyal jangan ada lagi perundingan di Qatar. Karena memang serangan diarahkan pada gedung tempat pertemuan pembahasan proposal perundingan oleh delegasi Hamas bersama mediator Qatar. Namun, Al-Thani menegaskan bahwa Qatar tetap berkomitmen pada peran mediasi dan tidak akan terintimidasi oleh tindakan semacam itu.
Qatar dapat mencari dukungan dari negara-negara regional dan internasional untuk mengecam tindakan Zionis Israel.
Beberapa negara, termasuk Arab Saudi, UEA, Mesir, dan Prancis, telah mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan dan hukum internasional.
Bahkan para pemimpin Timur Tengah akan mengunjungi Doha setelah serangan Israel. Ada laporan bahwa para pemimpin dari Yordania, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi akan melakukan perjalanan ke Qatar setelah serangan militer Israel yang fatal di Doha.
Baca Juga: Pembatalan Kontrak Senjata Spanyol, Tandai Runtuhnya Industri Israel
Putra Mahkota Yordania, Hussein, dan Presiden UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan, juga akan tiba di sana Rabu, 10 september 2025. Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, akan menyusul dan mengunjungi negara itu pada Kamis, 11 September 2025.
Terdapat “kecaman yang semakin meningkat” terhadap Israel di beberapa Negara Uni Eropa setelah serangan itu, menurut Editor Diplomatik Al Jazeera, James Bays.
Adapun dari sisi kemampuan militer, negara kecil Qatar dengan penduduk sekitar 2,66 juta jiwa (tahun 2024) memiliki angkatan bersenjata yang relatif kecil dan tidak dirancang untuk operasi ofensif besar-besaran.
Negara ini lebih mengandalkan aliansi strategis, terutama dengan Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan militer besar di Al Udeid.
Baca Juga: Daftar Kebohongan Netanyahu di Sidang Umum PBB
Tidak seperti Iran, yang memiliki kemampuan militer dan jaringan proksi regional, Qatar tidak memiliki kapasitas untuk melakukan serangan balasan militer langsung terhadap Israel.
Maka, Qatar kemungkinan besar hanya akan memilih respons diplomatik dan hukum atas serangan Israel, mengingat keterbatasan militer dan peran strategisnya sebagai mediator regional.
Meskipun serangan tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan Qatar, tindakan balasan militer langsung tampaknya tidak akan diambil. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Resolusi 181 Dosa PBB terhadap Palestina