Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhlak Bagian dari Implementasi Syariat Islam

Rana Setiawan - Sabtu, 16 Januari 2016 - 11:45 WIB

Sabtu, 16 Januari 2016 - 11:45 WIB

351 Views

Aslam Nur

Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Aceh, Aslam Nur. (Foto: KWPSI)

Banda Aceh, 6 Rabi’ul Akhir 1437/16 Januari 2015 (MINA) – Akhlak merupakan bagian dari implementasi syariat Islam, yaitu sifat dan perilaku‎ yang harus dimiliki setiap muslim guna menyempurnakan pengamalannya terhadap Islam yang menjadi bagian dari perintah dan larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Aceh, Aslam Nur, sebagaimana keterangan pers Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI)  yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (16/1), mengatakan, akhlak Islami tidak mungkin dipisahkan dari hukum-hukum syariat lainnya, semisal ibadah dan muamalah. Karenanya, keterkaitan antara ibadah dan akhlak sangat erat.

‎”Salah satu dimensi ibadah yang banyak dilupakan oleh kaum Muslimin adalah berakhlak baik. Ibadah sangat erat kaitannya dengan akhlak. Bahkan, ibadah-ibadah ritual yang kita kenal dan rutin kita jalani, mengandung nilai-nilai akhlak yang mulia di dalamnya. Jika shalatnya, puasanya, zakatnya dan hajinya benar maka akhlaknya pasti baik,” ujar Aslam Nur.

Menurutnya, ibadah yang baik benar membentuk akhlak yang baik. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga sering mengaitkan ibadah dengan akhlak. Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang artinya, “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”

Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan

‎”Akhlak refleksi pemahaman seseorang agama terhadap agama Islam yang terpantul dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa menilai sesuatu itu dari perilaku,” sebutnya.

Disebutkannya, selama ini ajaran Islam normatif adalah yang ideal berdasarkan tuntunan Al-quran dan Hadits. Namun, dalam implementasi sehari-hari justru Islam praktis jauh berbeda dengan Islam normatif dan historis.

Ustaz Aslam Nur juga menyebutkan, kenapa selama ini kalangan orientalis Barat kerap menulis yang tidak baik terhadap Islam karena mereka melihat prilaku umat Islam.

“Orientalis biasa menulis Islam praktis‎ di tengah masyarakat muslim.‎ Mereka tidak bicara ayat dan hadits seperti kejujuran, keadilan, serta kebersihan sebagian dari‎ iman. Kita kadang marah orientalis menulis yang jelek-jelek tentang Islam.‎ Karena mereka tidak belajar Al-quran, yang mereka lihat perilaku muslim sehari-hari. Antara ideal dan praktek itu beda sekali,” ungkapnya.

Diakuinya, selama ini memang ada yang salah dengan umat Islam, kita tidak mempraktikkan Islam secara normatif. Kita anggap sudah shalat, puasa, zakat dan haji selesailah Islam kita.

Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama

“Refeksi akhlak Islam dalam kehidupan sehari-hari‎, ‎seolah-olah tak ada hubungan antara aqidah, ibadah dan akhlakAkhlak tidak bisa dipelajari karena yang dipelajari itu ilmu. Akhlak itu dipraktekkan‎, sehingga Rasullah Shallallahu ‘alaihi wassalam itu diutus ke dunia ini khusus untuk menyempurnakan akhlak,” jelas Dosen UIN Ar-Raniry ini.

Dalam pengajian KWPSI itu, ada jamaah yang bertanya, jika memang Rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak, lalu kenapa disuruh shalat, puasa, zakat dan ibadah lainnya.

“Tidak mungkin orang akhlak mulia jika dia tidak shalat lima waktu dan ibadah lain‎. Untuk bisa muncul akhlak mulia itu memang harus melalui proses ibadah, dan terkait juga dengan iman. Akhlak tidak bisa berdiri sendiri tapi ada proses. Akhlak bukan ilmu tapi praktek,” terangnya.

Ustaz Aslam Nur juga menyampaikan beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk meraih akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, berdoa. Kunci paling utama minta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar diberikan kita akhlak mulia. Karena di dalam diri setiap manusia itu ada dua kekuatan yang saling tarik menarik, yaitu sifat Abrar (taqwa) dan fujur.

Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak  

“Misalnya ketika kita ingin berbuat baik seperti shalat berjamaah, tiba-tiba muncul bisikan dalam hati nanti saja, itu sifat fujur. Ketika mau ke masjid kita tunda juga fujur. Rasul saja selalu minta sama Allah untuk akhlak baik. Seperti yang diajarkan kepada Muaz bin Jabal dengan doanya, “Allahumma Inni A’uzubika Husni Ibadatik. Kalau ingin kebaikan, minta dipermudah oleh Allah, karena Allah yang punya kuasa untuk membolak-balik hati manusia.

Kiat kedua, bersahabat dengan orang-orang baik yang satu visi dengan kita memperbaiki akhlak. Bergaul akrab dengan orang yang baik, bukan pula berarti kita menjauhi orang tidak baik.

“Persahabatan bukan urusan dunia saja. Nanti di hari kiamat ada tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah, diantaranya adalah orang bertemu karena Allah dan berpisah juga karena Allah,” sebutnya.

Ketiga, agar konsisten akhlak yang mulia, kita perlu membaca buku biografi kisah-kisah hidup orang saleh dan tokoh Islam yang hidup dengan akhlakul karimah seperti imam mazhab yang empat.

Baca Juga: Krisis Suriah, Rifa Berliana: Al-Julani tidak Bicarakan Palestina

“Lalu kita azamkan dan bertekad dalam hati ingin kita praktikkan. Jika kita suka melihat dan membaca yang baik, maka itu yang akan terus kita ingat. Tapi jika sering nonton sinetron dan suka gosip, maka itu juga yang sering terekam dalam kehidupan sehari,” katanya.(T/R05/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: AWG Selenggarakan Webinar “Krisis Suriah dan Dampaknya bagi Palestina”

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
MINA Preneur