Yangon, MINA – Pemerintah Myanmar memulihkan akses internet di lima dari sembilan kota di barat Myanmar, tempat terjadinya bentrokan antara militer dan kelompok pemberontak etnis selama beberapa bulan terakhir.
Pemblokiran internet telah diberlakukan di delapan kota di utara Negara Bagian Rakhine dan satu di Negara Bagian Chin sejak 22 Juni, karena pemerintah mengklaim kelompok pemberontak Arakan Army mempromosikan propaganda dan informasi yang salah di media sosial.
Pada pekan lalu, Kementerian Transportasi dan Komunikasi Myanmar mengkonfirmasi pencabutan pemblokiran internet di empat kota di Rakhine dan satu di Chin, demikian Anadolu Agency melaporkan.
“Karena situasi sudah kembali stabil, layanan internet pun diberlakukan kembali sejak Sabtu tengah malam,” ujar seorang pejabat kementerian, Soe Thein, kepada Anadolu Agency via telepon.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
Sebelumnya, otoritas Myanmar mendapat kecaman keras dari kelompok-kelompok hak asasi lokal maupun internasional atas pembatasan ini.
Telenor Group, penyedia layanan Internet di Myanmar, menyambut hangat pencabutan larangan internet meskipun masih parsial.
“Kami mendukung kebebasan berekspresi melalui akses ke layanan internet dan komunikasi untuk tujuan kemanusiaan, khususnya selama masa konflik,” kata Telenor Group dalam sebuah pernyataan.
Pemblokiran internet masih berlangsung di empat kota di Rakhine Utara – Mrauk-U, Kyauktaw, Minpya, dan Ponnagyun – yang telah menyaksikan bentrokan bersenjata setiap harinya sejak Arakan Army melancarkan serangan ke pos-pos polisi pada Januari, hingga menewaskan 13 perwira. (T/R03/RI-1)
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Mi’raj News Agency (MINA)