Gaza, MINA – Aktivis, masyarakat sipil dan kelompok hak asasi manusia di Eropa sedang mempersiapkan “Freedom Flotilla” baru untuk berlayar ke Jalur Gaza, memecahkan blokade Israel yang telah diberlakukan selama 17 tahun.
Pengumuman itu dibuat oleh Zaher Birawi, Presiden Komite Internasional untuk Memecah Pengepungan di Gaza dan anggota pendiri Freedom Flotilla.
Persiapan telah dimulai menyiapkan armada untuk berlayar pada musim panas, kata Birawi kepada Arabi21, yang dikutip Middle East Monitor, Kamis (26/1).
“Komite berusaha menyatukan upaya untuk memberikan tekanan politik dan rakyat pada pemerintah Barat dan Arab.” Dia menunjuk ke mitra lain, termasuk Konferensi Populer untuk Orang Palestina di Luar Negeri, yang telah menyatakan bahwa memecah blokade Israel adalah prioritas utama mereka.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
“Ada indikasi kita bisa memberi dampak bersama sejumlah kelompok solidaritas di Barat,” tambah Birawi.
Koalisi Freedom Flotilla Internasional mengadakan pertemuan pada bulan November untuk membahas rencana, guna melanjutkan upaya menghentikan pengepungan di Gaza tahun ini.
Pada Mei 2010, armada yang dipimpin Kapal Mavi Marmara dibajak di perairan internasional oleh pasukan komando Israel; sembilan aktivis tewas dalam serangan itu. Sepersepuluh meninggal setelahnya karena luka-luka. Israel dilaporkan membayar kompensasi kepada keluarga mereka yang terbunuh.
Sebuah kelompok Israel menuduh penyelenggara bersiap menyerang Israel dan menghasut pemerintah menghentikan kapal mencapai Gaza. Kapal-kapal dialihkan ke pelabuhan di negara pendudukan dan para aktivis dideportasi setelah barang-barang pribadi mereka diambil oleh otoritas Israel.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Israel memberlakukan blokade melumpuhkan di Jalur Gaza sejak 2006, yang merusak layanan kesehatan, pendidikan, penyediaan sosial dan ekonomi yang paling dasar, serta infrastruktur penting. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam