Tel-Aviv, 19 Ramadhan 1436/6 Juli 2015 (MINA) – Aktifis mahasiswa dari Green Course memimpin demonstrasi menentang ekspansi minyak, bertempat di Tel Aviv Rabin Square dan beberapa jalan utama negara itu.
Para aktivis menuntut pemerintah Zionis untuk menurunkan harga minyak. Mereka menuduh pemerintah tunduk kepada kepentingan asing, demikian The Jerusalem Post dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
“Orang-orang yang sejalan dengan saya sekarang dan turun ke jalan di seluruh negeri menunjukkan bahwa masyarakat tidak acuh terhadap masalah minyak. Netanyahu menyebabkan perjuangan warga untuk mempertahankannya,” kata Mor Gilboa, CEO Green Course.
Demonstrasi ini adalah demonstrasi yang kesekian kalinya sejak dua bulan terakhir. Sejak bulan lalu, demonstran mendirikan tenda di depan lingkungan mewah Tel Aviv. Kerumunan tenda semakin besar dan berujung protes kemarin malam.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
“Kami sedang menunggu pemerintah Israel mengubah keputusannya untuk kepentingan semua dan untuk kepentingan anak cucu kita yang akan tinggal di sini dalam beberapa dekade mendatang,” katanya.
Kebanyakan demonstran meyakini telah terjadi kecurangan dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka menuduh Netanyahu telah memberikan uang pajak mereka kepada para pengusaha dan orang-orang kaya, bukannya dikembalikan kepada kaum miskin.
Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi pada Sabtu malam, 6 Agustus 2011. Ketika itu, ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan di beberapa kota di Israel menuntut reformasi perekonomian dan penurunan harga minyak. Para demonstran mengeluhkan tingginya biaya hidup dan perumahan di Israel bagi kalangan menengah ke bawah.
Sekitar 250 ribu demonstran ketika itu membawa spanduk-spanduk bertuliskan “rakyat menuntut keadilan sosial” dan “pentingkan rakyat, jangan laba” di kota-kota besar, di antaranya Al-Quds dan Tel Aviv.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Kalangan menengah di Israel merasa sulit hidup di negara ini. Sulit membesarkan anak-anak. Sulit menemukan apartemen yang layak. Kalian tidak layak menderita lagi, turunlah ke jalan dan protes,” ujar seorang pendemo, Noga Klinger.
Israel adalah salah satu wilayah dengan perekonomian terkuat di kawasan. Tingkat pengangguran hanya 5,7 persen, sedangkan perkembangan perekonomian mencapai 4,7 persen pada 2010. Meski demikian, biaya hidup terus bertambah.
Sejak 2007, harga sewa apartemen tiga kamar meningkat hingga 40 persen. Akibat hal ini, para kaum menengah ke bawah Israel merasa dilupakan dan tidak disejahterakan di tengah perkembangan ekonomi wilayah tersebut. (T/P011/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza