Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aku Mencintaimu Karena Allah

Bahron Ansori - Sabtu, 9 Desember 2017 - 08:52 WIB

Sabtu, 9 Desember 2017 - 08:52 WIB

539 Views

Oleh Bahron Ansori, Wartawan MINA

CINTA adalah perasaan hati yang menjadi fitrah setiap insan. Rasa cinta juga menjadi sunnatullah makhluk hidup. Bahkan, hewan pun punya rasa cinta, hanya saja kita tidak pernah tahu kecuali hanya melihat wujud perilaku, seperti seekor kucing yang menyusui anak-anaknya, atau beberapa hewan lain. Dengan rasa cinta itulah manusia sebagai makhluk sosial bisa hidup dan berkembang biak.

Atas dasar cinta pula sebuah komunitas bisa bahu-membahu menguatkan satu sama lain untuk terus bangkit dan bergerak menjadi lebih baik. Bahkan, perjuangan dakwah yang melalui jalan berduri, licin dan terjal ini pun akan terasa indah jika para pelaku dakwahnya memiliki rasa cinta dan saling mencintai satu sama lain.

Benar kata pepatah, “Cinta membuat orang lemah menjadi kuat. Cinta membuat orang takut jadi berani. Dan jangan lupa, karena skandal cinta pula yang membuat seorang penguasa menjadi hancur tak berbekas. Cinta memang fitrah setiap insan. Namun, bagaimana cara meletakkan rasa cinta yang sesuai pada tempatnya, itulah yang seharusnya dilakukan seorang muslim.

Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza, Rakyat Palestina tidak Bersama Saudaranya

Cinta bukan sekedar cinta, tapi cinta itu dalam Islam harus dinyatakan karena Allah, “Aku mencintaimu karena Allah.” Namun jangan ucapkan rasa cinta itu kepada lawan jenis yang belum halal. Sebab bila ungkapan rasa cinta itu dikatakan kepada lawan jenis yang belum halal, maka akan ada fitnah besar menimpa.

Dari Habib bin ‘Ubaid, dari Miqdam ibnu Ma’dy Kariba –dan Habib menjumpai Miqdam ibnu Ma’di Kariba-, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ

Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 421/542, shahih kata Syaikh Al Albani)

Dalam penjelasan lain dikisahkan, dari Mujahid berkata,

Baca Juga: Mendidik dengan Kasih Sayang

لقيني رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فأخذ بمنكبي من ورائي. قال: أما إني أحبّك. قال : أحبك الله الذي أحببتني له. فقال : لولا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” “إذا أحب الرجل الرجل فليخبره أنه أحبه”. ما أخبرتك. قال: ثم أخذ يعرض علي الخطبة. قال: أما إن عندنا جارية، أما إنها عوراء

“Ada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertemu denganku lalu ia memegang pundakku dari belakang dan berkata,

أما إني أحبّك

“Sungguh saya mencintaimu.”

Dia lalu berkata,

أحبك الله الذي أحببتني له

“Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu.”

Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa

Dia berkata, “Kalau sekiranya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak bersabda, “Jika seorang pria mencintai saudaranya hendaklah dia memberi tahu bahwa dia mencintainya“, maka tentulah ucapanku tadi tidak kuberitahukan kepadamu.”

Dia   lalu   menyodorkan   sebuah lamaran kepadaku sambil berkata, “Kami memiliki seorang budak  perempuan  dia  buta sebelah matanya (silakan engkau mengambilnya).” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod 422/543. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Inilah ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling mencintai. Ketika kita mencintai saudara kita karena Allah, maka ungkapkanlah cinta tersebut dengan mengatakan, “Inni uhibbuk” atau “Inni uhibbuk fillah”. Lalu ketika saudaranya mendengar, maka balaslah dengan mengucapkan “ahabbakallahu alladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu). Ini menunjukkan hendaknya cinta dan benci pada orang lain dibangun karena Allah, bukan karena maksud dunia semata.

Perlu menjadi catatan, pertolongan Allah itu akan datang kepada orang-orang yang saling membangun rasa cinta karena Allah semata, tak lebih, tak kurang. Inilah salah satu kekuatan kaum muslimin yang selalu menang dalam setiap peperangan dan mengundang pertolongan Allah, sebab di antara mereka sudah terbangun rasa saling mencintai hanya karena Allah.  Bukan karena jabatan, keturunan, ikatan saudara atau lainnya.

Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern

Ibnu ‘Abbas berkata, Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak adakn bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi)

Cintailah Al Aqsa

Karena dalam Islam rasa cinta itu dinyatakan, maka ada sebagian orang muda yang memelintir ungkapan, “Aku mencintaimu karena Allah.” Kalimat itu diucapkannya pada lawan jenis. Akibatnya, gayung bersambut, maka terjadilah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pemahaman tentang hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang ungkapkan rasa cinta itu perlu diluruskan bagi sebagian orang, sebab salah menempatkan ungkapan itu, maka akan salah pula dampaknya.

Baca Juga: Tadabur Surah Al-Baqarah 168, Makanan Halal dan Thayyib Kunci Kesehatan

Rasa cinta kepada sesuatulah yang membuat orang lain bergerak melakukan apapun. Kaum muslimin yang mencintai Masjid Al Aqsa bukan saja karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencintainya (Al Aqsa), tapi jauh lebih besar lagi, Allah yang maha menciptakanpun mencintai Al Aqsa (Qs. Al Isra: 1).

Mencintai Masjid Al Aqsha yang kini sedang tertindas oleh penjajah Zionist laknatullah ‘alaih adalah sebuah keharusan bagi setiap Muslim. Mencintai Al Aqsa adalah bagian dari rasa cinta kepada Allah dan Nabi-Nya juga kaum muslim di Palestina.

Wujud mencintai Al Aqsa pun banyak macamnya antara lain; mempelajari secara serius apa itu Al Aqsa, mendisksuikan, membuat dan mengikuti seminar-seminar tentang Al Aqsa adalah wujud dari rasa cinta seorang muslim. Bahkan melakukan aksi damai dengan long march pun bukti rasa cinta dan pembelaan kepada Al Aqsa.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa meneguhkan rasa cinta kita kepada saudara muslim di mana pun berada, termasuk mencintai Masjid Al Aqsa dengan berusaha terus bersungguh-sungguh mempelajarinya dan berniat besar untuk bisa ikut andil membebaskannya, wallahua’lam. (A/RS3/P1)

Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khutbah Jumat
Kolom
Tausiyah
Bunga
Tausiyah