Kairo, MINA – Lembaga otoritas Islam tertinggi Mesir, Al-Azhar, membuka sebuah kios konsultasi agama di stasiun metro Kairo untuk menyampaikan nasihat dan menjawab berbagai permasalahan agama yang diajukan masyarakat.
Pemuka agama dari Universitas Al-Azhar mengatakan, kegiatan yang mereka lakukan adalah upaya untuk melawan ekstremisme dan radikalisme, Al-Monitor melaporkan.
Gagasan menjemput bola itu terbukti menarik minat wisatawan dan komuter yang melewati stasiun metro al-Shohada, sebuah pusat transportasi yang sibuk di Kairo. Mereka mengantre untuk bisa bertanya langsung kepada sekelompok pakar agama di dalam sebuah bilik berpola hijau.
“Kami biasanya membicarakan masalah kehidupan sehari-hari, dan bagaimana agama menjelaskan tentang hal-hal seperti itu. Topik yang kebanyakan kita diskusikan adalah pernikahan, perceraian, dan warisan,” kata seorang syekh yang kena jadwal menjaga stan pagi hari.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Menurut Al-Azhar Al-Sharif, lembaga Islam terkemuka Mesir, pihak yang mendirikan gerai di stasiun tersebut, proyek itu dimaksudkan untuk memperbaiki penafsiran yang dalah tentang Islam.
Lembaga tersebut kerap bentrok dengan rezim yang berkuasa saat ini, pemerintahan Presiden Abdel-Fatah al-Sisi, yang telah berulang kali menyerukan ‘reformasi agama’ dalam Islam untuk memerangi ekstremisme.
Mesir telah menghadapi lonjakan aktivitas serangan militan sejak Al-Sisi berkuasa pada 2013, termasuk serangkaian serangan berskala besar baru-baru ini di situs Kristen Koptik serta kekerasan yang sedang berlangsung di semenanjung Sinai.
Al-Azhar, yang didirikan di Kairo pada 971 sebagai pusat pembelajaran Muslim Sunni, berharap bahwa gerai fatwa tersebut akan membantu mengarahkan orang-orang Mesir menjauh dari pemikiran ekstremis.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Sheikh Tamer Mattar, koordinator Pusat Internasional untuk Fatwa Elektronik, mengatakan bahwa kios tersebut dirancang untuk mengarahkan warga negara supaya meminta saran dari Al-Azhar, bukan kelompok ekstremis.
“Percobaan ini terpantau berhasil sejauh ini dan kami berharap akan terus berkembang,” ujarnya seperti dilansir The Guardian.
“Bisa dikatakan sukses, dalam delapan hari inisiatif ini dijalankan, kami menerima 1.500 pertanyaan. Setiap saat Anda bisa melihat puluhan orang yang mengantre untuk mengajukan pertanyaan-yang mereka miliki,” kata Mattar.
Operasional bilik fatwa tersebut dibagi ke dalam dua shift setiap hari dan buka dari pukul 09.00 pagi hingga 20.00.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Sejumlah kalangan menyambut baik prakarsa ini, yang digambarkan sebagai upaya ulama untuk menjangkau lebih banyak warga masyarakat. Namun ada juga yang tidak sependapat dengan langkah ulama Al-Azhar tersebut.
Mohamed Abu Hamed, seorang anggota parlemen Mesir yang sering berselisih dengan Al-Azhar yang disebutnya menerapkan peraturan pemerintah lebih besar pada lembaga keagamaan itu dan ajarannya, menolak keras ide bilik fatwa itu.
“Seluruh proyek itu tidak masuk akal. Ini adalah pemahaman yang dangkal tentang seruan untuk memperbaharui retorika religius,” ujarnya. (T/R11/RS1)
Miraj Islamic News Agency/MINA
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah