Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PEMUDA MENURUT AL QUR’AN

Admin - Rabu, 27 Maret 2013 - 19:35 WIB

Rabu, 27 Maret 2013 - 19:35 WIB

8898 Views ㅤ

Oleh Widi Kusnadi*

Agama Islam yang kita yakini kebenarannya, memiliki perhatian sangat besar terhadap pemuda, karena pemuda hari ini akan penjadi pemimpin-pemimpin dimasa yang akan datang. Merekalah yang akan mewarisi tugas-tugas mulia dari para pendahulunya untuk menggembala umat ini.

Definisi Pemuda

Siapakah yang layak dikategorikan sebagai pemuda. Baik ditinjau dari fisik maupun psikisnya, atau dilihat dari semangat dan usianya. 

Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka

Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus webstersnya dengan kalimat: “the time of life between childhood and maturity; early maturity; the state of being young or immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person”. Dalam terjemahan bebasnya dapat diartikan; pemuda adalah rentang waktu antara usia kanak-kanak sampai dengan usia kematangan (kedewasaan).  Atau seseorang yang mengalami kedewasaan dengan usia dan pengalamannya. Sedangkan ciri khas dari pemuda itu sendiri adalah mereka yang memiliki semangat yang membara dan vitalitas (kemampuan) yang prima dalam melakukan sebuah pekerjaan.

Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan pemuda itu adalah mereka yang berusia 10 – 24 tahun (young people), sedangkan remaja atau adolescence adalah mereka yang berusia 10 -19 tahun. Contoh lain di Negara Canada, negara tersebut menerapkan bahwa “after age 24, youth are no longer eligible for adolescent social services”. Setelah usia 24 tahun, para pemuda itu sudah tidak layak lagi menerima layanan sosial dari pemerintah.

Definisi yang berbeda ditunjukkan oleh Al Qur’an. Dalam kaidah bahasa Qur’ani, seorang pemuda atau yang disebut “asy-syabab” adalah mereka yang memiliki sifat dan sikap seperti yang tergambar dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an:

  1. 1.       Surah  Yunus ayat 83 ;

فَمَآ ءامَنَ لِمُوسَى إِلاَّ ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَن يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الاٌّرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ

Baca Juga: Zionis Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Genosida, Dunia Tak Berdaya

“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemudadari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.”

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ذُرِّيَّةٌ pada ayat tersebut adalah para pemuda yang memiliki keimanan dan keyakinan yang teguh terhadap agamanya meskipun berada dibawah ancaman Fir’aun dan para pengikutnya.

Jadi yang dimaksud pemuda dalam Al Qur’an pada ayat ini adalah mereka yang memiliki keimanan dan keyakinan yang kuat terhadap agamanya. Seorang pemuda tidak gentar dengan ancaman, gangguan, dan rintangan yang menghadangnya. Keimanan dan keyakinan yang kokoh adalah syarat utama seorang pemuda.

  1. 2.       Surah Yusuf ayat 36;

 وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانَ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْراً وَقَالَ الآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزاً تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Baca Juga: Pesan Surah As-Syuraa: Persatuan Bukti Keimanan, Perpecahan Bukti Kemusyrikan

“Dan bersama dengan dia (Yusuf) masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda*. Berkatalah salah seorang diantara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung.” Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi).”

*Menurut riwayat dua orang pemuda itu adalah pelayan-pelayan raja; seorang pelayan yang mengurusi minuman raja dan yang seorang lagi tukang buat roti.

Ayat di atas menggambarkan bahwa salah satu ciri utama seorang pemuda adalah mereka yang memiliki rasa ingin tahu terhadap sebuah informasi. Ketika menemukan atau mengalami sesuatu yang baru, yang belum mereka ketahui, maka seorang pemuda bersegera untuk mencari dan menemukan apa sebenarnya yang terjadi dan apa manfaat atau hikmah dibalik peristiwa atau sesuatu yang ia temukan (alami).

Seorang pemuda hendaknya memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity) yang tinggi serta semangat untuk bisa menemukan dan mengungkap informasi dibalik kejadian yang ia rasakan (alami). Selanjutnya ia bisa menjadikannya sebagai sebuah pengalaman atau disiplin ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain yang membutuhkannya.

Baca Juga: Bacalah: Perintah Ilahi yang Mengubah Dunia

  1. 3.       Surah Al Kahfi ayat 10;

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”

Ayat ini menceritakan tentang kisah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua). Mereka rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan keluarganya, serta teman-temannya demi menyelamatkan keimanan dan aqidah kepada Tuhannya (Allah).

Seorang pemuda hendaknya memiliki konsistensi yang tinggi dalam memegang teguh prinsip-prinsip yang telah diyakininya sesuai dengan ajaran agamanya. Pemuda bukanlah seseorang yang dengan mudah tergiur oleh indahnya godaan dunia yang hanya akan melunturkan aqidah dan keyakinannya terhadap ajaran agamanya.

Baca Juga: Tiga Godaan Lelaki: Ujian Harta, Fitnah Wanita, dan Ambisi Takhta

Seorang pemuda harus memiliki standar moralitas, berwawasan, bersatu, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam perkataan. Seperti tergambar pada kisah Ash-habul Kahfi diatas.

  1. 4.       Surah Al An biya ayat 60;

قَالُواسَمِعْنَافَتًىيَذْكُرُهُمْيُقَالُلَهُإِبْرَاهِيمُ

“Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.“

Sosok pemuda seperti Ibrahim as. yang dengan keberaniannya menghancurkan tradisi penyembahan kepada berhala, yang dengan hidayah Tuhannya dia mendahulukan kecintaan kepada Rabb-nya daripada kecintaannya kepada ayahandanya.

Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Sesuai Syariat, Ini Panduan Lengkapnya

Sifat berani menghadapi tantangan dan rintangan dalam melawan kebatilan adalah ciri utama seorang pemuda yang tergambar dalam ayat ini. Seorang pemuda tidak takut dengan ancaman dari penguasa atau teror dari masyarakat sekitarnya. Meskipun banyak orang yang membencinya, para tetangga dan saudara mencibirnya, akan tetapi demi sebuah keyakinan dan prinsip agamanya, ia rela melakukan tindakan yang mungkin dapat mengancam jiwanya.

Jadi pemuda identik dengan sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.

Nabi kita Muhammad saw diangkat menjadi Rasul tatkala berada dalam puncak usia produktif (40 tahun). Sosok pemuda bernama Muhammad yang dengan kelembutannya menghancurkan kejahiliyahan, yang dengan kasih sayangnya menghapuskan perbudakan, yang dengan kewibawaannya memimpin umatnya untuk tunduk kepada hukum Ilahi, yang dengan rasa kecintaannya memberikan syafa’atnya kepada umatnya di hari Kiamat kelak.

Pengikut-pengikut beliau pada generasi pertama kebanyakannya juga dari kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil. Mereka yang berada dalam pembinaan Rasulullah adalah; yang paling muda (8 tahun) yaitu Ali bin Abi Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Thalhah bin Ubaidillah saat itu masih  berusia 11 tahun; Al Arqaam bin Abil Arqaam berusia 12 tahun, Abdullah bin Mazh’un berusia 17 tahun, Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun, Qudaamah bin Abi Mazh’un berusia 19 tahun, Said bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi berusia dibawah 20 tahun, ‘Aamir bin Fahirah 23 tahun, Mush’ab bin ‘Umair dan Al Miqdad bin al Aswad berusia 24 tahun, Abdullah bin al Jahsy 25 tahun, Umar bin al Khathab 26 tahun, Abu Ubaidah Ibnu Jarrah dan ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Amir bin Rabiah, Nu’aim bin Abdillah, ‘ Usman bin Mazh’un, Abu Salamah, Abdurrahman bin Auf , kesemuanya sekitar 30 tahun.

Baca Juga: Doa untuk Orang Haji dan Umroh Agar Mendapat Haji Mabrur

Bahkan ratusan ribu lagi para pejuang Islam yang terdiri dari golongan pemuda. Mereka memperjuangkan dakwah Islam, menjadi pembawa panji-panji Islam, serta merekalah yang akan menjadi benteng pertahanan ataupun serangan bagi bala tentera Islam dimasa nabi ataupun sesudah itu. Mereka  secara keseluruhannya  adalah dari kalangan pemuda, bahkan ada diantara mereka adalah remaja.

Usamah bin Zaid dianggat oleh Nabi saw sebagai pemimpin pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam (saat itu merupakan wilayah Rum) dalam usia 18 tahun. Padahal di antara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua daripada Usamah, seperti Abu Bakar, Umar bin Khathab dan lain-lainnya.

Abdullah bin Umar pula telah memiliki semangat juang yang bergelora untuk berperang sejak berumur 13 tahun. Ketika Rasulullah saw sedang mempersiapkan barisan pasukan pada perang Badar, Ibnu Umar bersama al Barra’ datang kepada Baginda Nabi seraya meminta agar diterima sebagai prajurit. Saat itu Rasulullah saw menolak kedua pemuda kecil itu. Tahun berikutnya, pada perang Uhud, keduanya datang lagi, tapi yang diterima hanya Al barra’. Dan pada perang Al Ahzab barulah Nabi menerima Ibnu Umar sebagai  anggota pasukan kaum muslimin (Shahih Bukhari VII/266 dan 302).

Perubahan

Baca Juga: Silaturahim vs Silaturahmi: Apa Bedanya Menurut Syariat?

Peran penting dari seorang pemuda adalah pada kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya.

Keinginan akan suatu perubahan melahir sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan pasti lebih baik. Namun segalanya tidak semudah yang kita sangkakan. Untuk membangunkan umat ini, segalanya perlu bermula dari diri kita sendiri. Kesugguhan kita untuk berubah menjadi pemuda berkualitas, memahami ajaran agamaNya, menurut perintah TuhanNya, bersungguh-sungguh dalam setiap kerja dan focus dan fakih dalam pelajaran dan pekerjaan. Tanpa itu semua, umat Islam tidak akan kembali disanjung seperti pada masa dahulu.

Bergeraklah dan berubahlah. Agar kita dapat sama-sama menyumbang keberhasilan da’wah umat ini.(L/P04/R2).

*Wartawan Kantor Berita Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Keutamaan Haji: Pahala dan Kedudukan Mulia di Sisi Allah

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

 

Baca Juga: Panduan Haji, Apa Saja yang Tidak Boleh Dilakukan?

 

Rekomendasi untuk Anda