Tirana, MINA – Negara kecil di Semenanjung Balkan Eropa Tenggara ini memiliki sejarah dan budaya unik karena mengakui agama yang dulu pada masa Turki Ustmaniyah sempat dilarang dan dihapus.
Albania, negara yang hanya memiliki luas 28,748 km persegi, memiliki penduduk dengan jumlah 2.933.017 jiwa, angka ini tidak meningkat tajam sejak tahun 50-an yang berkisar pada angka satu jutaan jiwa. Uniknya, negara ini mengakui empat agama besar diantaranya: Katolik, Islam, Kristen Ortodox, dan Bektashi. Ketiga aliran kepercayaan mungkin familiar bagi kita, namun bagaimana dengan yang terakhir?
Meskipun Bektashi tidak banyak dikenal di luar wilayah ini, namun eksistensi mereka cukup dipertimbangkan di negara bekas jajahan Roma itu. Setidaknya ada 60.000 sampai 750.000 pemeluk Bektashi di Albania saja. Bisa dibilang, Bektashi banyak bercerita tentang bagian sejarah Kristen yang terlupakan.
Bergantung pada sumber yang Anda baca, mungkin ada banyak versi berbeda yang menjelaskan tentang asal dan identitas Bektashi. Penjelasan paling sederhana yang dikenal orang adalah bahwa mereka mengikuti paham percampuran Syi’ah dan Sunni, dan mengklaim pendiri mereka adalah santo (seorang yang dianggap suci) pada abad ke-13 yang bernama Haji Bektash Veli. Para pengikutnya juga mengembangkan tatanan sufisme dalam Islam, biasanya para darwis tinggal di rumah atau pondok-pondok yang mereka sebut dengan istilah ‘tekkes’, masing-masing orang dipimpin oleh seorang ‘baba’ atau dalam Islam dikenal dengan istilah “murabbi”.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Aliran Bektashi menyebar luas menyusul penaklukan Balkan oleh Turki Ustmaniyah. Pada abad ke-19, orang-orang Turki menekan gerakan tersebut, sehingga banyak orang Bektashi beraktivitas secara sembunyi-sembunyi. Namun kini, Albania malah kembali mengakui mereka sebagai bagian sebuah agama, meskipun umat Islam dan Kristen sendiri banyak yang tidak mengakui mereka sebagai bagian dari dua agama ini. Selain berpusat di ibukota Albania, Tirana, penganut Bektashi juga banyak yang tinggal di Amerika Serikat, menarik bukan?
Pada dasarnya, penganut Bektashi mengakui diri mereka sebagai bagian dari Islam. Bektashi juga mengakui adanya trinitas dalam Islam, dimana Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam dan Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhu merupakan satu keilahian bersama dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena kepercayaan yang terlampau jauh dari Islam ini, Muslim di Albania mengecam dan tidak mengakui kesesatan dari gerakan Bektashi.
Tidak hanya itu, penganut Bektashi diizinkan untuk minum anggur yang memabukkan, di baptis saat lahir, memiliki makanan suci yang mirip dengan perjamuan kudus kaum Kristiani dan mereka mendengar pengakuan dosa. Bektashi memungkinkan pengikut untuk beribadah dan berdoa dalam bahasa mereka sendiri daripada bahasa Arab. Wanita pun tidak berjilbab.
Meskipun mengaku sebagai bagian dari ajaran Islam, Bektashi sangat jauh dari ajaran Islam dan lebih mendekati ajaran-ajaran Kristen. Karenanya sejak abad ke-19 mereka memiliki hubungan baik dengan umat Kristen dibanding umat Islam. Mereka juga suka mengajak kaum Kristen untuk berdoa dengan mereka.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Berbagai spekulasi para peneliti terhadap ajaran Bektashi mungkin masuk akal. Pengaruh kehadiran Turki Ustmaniyah yang adalah Muslim saat menduduki Balkan yang pada waktu itu merupakan Kristen ortodox bisa menjadi preseden awal mula gerakan muncul. Mereka menyebutnya dengan istilah Kripto-Kristen. Paham Islam yang mulai membudaya di Balkan yang awal mulanya Kristen menjadi perpaduan yang menguat dan dikaitkan warga di Semenanjung, hal ini juga didasari pada laporan sejarah yang menyebut warga Balkan saat itu kuat mempertahankan agamanya dan tetap pergi ke gereja walaupun mereka juga terbuka dengan ajaran Islam.
Situs tersuci kaum ini ada di Anatolia tepatnya di lokasi biara Kristen St. Charalambos. Bektashi mengizinkan dan mendorong pemujaan terhadap orang-orang suci dari masa lalu. Meskipun secara garis besar mereka lebih mirip dengan ajaran Kristiani, namun mereka secara terbuka mengaku sebagai bagian dari Islam. Menarik bukan?(A/RE1/P2)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza